Hidup Bukan Semata-mata Materi, Sekalipun Kenyataan Sangatlah Diperlukan

Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang berkediaman di negara asing karena status pernikahan. Saya tinggal di lingkungan gerejawi. Hampir sebagian besar anggota keluarga saya adalah pekerja gereja, dalam arti, pendeta dan majelis. Saya sendiri hanyalah jemaat, tidak pernah terbayangkan saya akan bekerja juga di lingkungan gereja setelah jauh merantau. Namun itulah kenyataanya.

Saya saat ini adalah salah satu majelis gereja dimana saya setiap minggu berbakti. Sejak 5 tahun lalu saya ditahbiskan menjadi majelis. Tentunya tak luput dari jatuh bangun, karena penyesuaian dan pemanduan cara berpikir kami yang berasal dari kultur yang berbeda dan bahasa menjadi salah satu faktor yang cukup sulit dalam melaksanakan pelayanan. Namun hal itu tidak membuat saya surut dan berkecil hati.

Keinginan yang bersemangat terus membuat saya mencoba untuk bertahan bahkan berusaha mencapai peningkatan-peningkatan, baik secara rohani maupun secara organisatoris. Selain bekerja sebagai majelis gereja, saya juga bekerja sebagai kuli pabrik, dengan penghasilan yang diatur oleh peraturan tenaga kerja di negara tersebut. Tidak berlebihan, namun juga tidak kekurangan. Saya sangat menginginkan menjadi saluran berkat bagi gereja tersebut, terutama pelayanan dan pekerjaan membangun jemaat.

Sekali lagi bukan untuk kepentingan pribadi atau organisasi, namun untuk kepentingan gereja dan jemaat Tuhan di tempat saya tinggal. Saya berkata dalam hatï, "Tuhan, Engkau memberi saya berkat setiap minggunya cukup, saya akan membantu pelayanan gereja dengan berkat yang saya terima, tidak besar, namun cukup berarti". Beberapa hari setelah saya katakan itu dalam hati, saya memdapat kabar bahwa kontrak kerja saya tidak akan diperpanjang lagi. Sebagai manusia yang membutuhkan pekerjaan dengan penghasilan yang cukup, tentunya berita itu merupakan pukulan batin bagi saya, sehingga mata rohani saya tidak dapat melihat kasih-Nya.

Saya bekerja di lingkungan yang sesungguhnya sangat berbahaya. Di lingkungan yang dipenuhi zat-zat kimia, yang bila terlalu banyak sangat tidak ditolerir oleh tubuh kita. Pendek cerita, saya hanya memiliki waktu dua minggu untuk bekerja dan itu terserah saya, akan berhenti saat itu juga dan tetap menerima bayaran, atau terus hingga hari terakhir masa kontrak. Saya memutuskan untuk tetap bekerja hingga hari terakhir masa kontrak. Saat itu saya sangat sedih dan saat saya pulang rumah, saya menangis diatas scooter, sambil berkata "Kenapa Tuhan...?" Setiba dirumah saya menceritakan hal itu pada suami saya dan ia pun turut sedih.

Beberapa saat kemudian saya mendapat SMS dari mantan rekan kerja saya di pabrik tempat saya kerja dulu. Katanya, "Udah denger belum, teman satu bagian kamu kehilangan tiga jari, dua terputus total, yang satu masih ada, namun tidak dapat berfungsi lagi". Saya terkejut dan segera menyadari bahwa Dia, Tuhan menunjukan hal itu kepada saya. Saya segera menyadari akan kecilnya iman saya, lalu saya naik ke kamar dan berdoa "Tuhan ampuni saya atas kelemahan akan iman percaya saya, barangkali ada maksud-Mu dibalik kesemuanya ini" Beberapa hari kemudian, sebelum saya benar-benar berhenti bekerja, saya mendapat telpon dari kotamadia, yang mengatakan mereka membutuhkan saya untuk bekerja sebagai penjaga anak-anak yang orang tuanya bekerja. Bayaranya tidak seberapa, namun kelegaan batin dan sukacita, serta waktu yang lebih tersedia untuk pelayanan, membuat saya sangat bersyukur.

Tuhan benar-benat menunjukan kepada saya akan kuasa-Nya, campur tangan-Nya dalam kehidupan kita, apa bila kita selalu datang pada-Nya. Dan Dia juga menunjukan kepada saya, betapa uang bukanlah segalanya dalam pelayanan, namun kesungguhan, waktu, dan pengabdian, itulah yang Ia inginkan dari kita, terutama selaku pekerja-pekerja di ladang Tuhan. Semoga kesaksian ini memberi suatu kekuatan iman dan juga semangat dalam melayani. Tuhan beserta kita.

Tinggalkan Komentar