Terang Seorang Martir

Gambar: KISAH_ketakutan

H dilahirkan di sebuah keluarga Kristen di Mesir pada 1985. Ia bangga dilahirkan sebagai orang Kristen, dan seperti banyak orang Kristen Koptic, ia membuat tato sebuah salib di atas pergelangan tangannya. Ia juga bangga dengan namanya, yang artinya "sukacita" dalam bahasa Arab. Ia memperlakukan orang-orang dengan baik; mereka dapat melihat sukacita dan kasih Kristus dari pancaran matanya. Lampu kehidupannya diisi dengan minyak dan bercahaya dengan terang, bagi semua orang untuk melihat.

Selama waktu wajib militernya, pemimpinnya menekan dia untuk berpindah keyakinan ke agama lain. Walaupun pemimpin dan orang-orang dari agama lain itu mencoba untuk membujuknya dengan janji-janji harta, H menolaknya. "Aku tidak akan pernah meninggalkan Tuhan," katanya dengan tegas. "Aku mengasihi Dia. Aku lahir sebagai Kristen dan aku akan tetap menjadi Kristen, dan akan mati sebagai orang Kristen."

Penganiayaan meningkat. Teman sesama tentara memanggil namanya bukan dengan H, tapi nama dari agama mereka. Mereka memaksa dia membaca kalimat tertentu ketika ia makan satu meja dengan mereka. Mereka menolak makanan apa pun yang diberikan oleh H. Ia selalu diganggu pada saat tidur, dipukuli, dan diprovokasi untuk berkelahi.

Ia selalu diganggu pada saat tidur, dipukuli, dan diprovokasi untuk berkelahi.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Pemimpinnya sering menjadi sangat marah dan memerintahkan H untuk menjilat sepatunya. H sering disundut menggunakan rokok. Anggota keluarganya berkata bahwa H dipaksa untuk menanggalkan rompinya dan diperintahkan untuk merangkak di lantai. Rekan sesama tentara menginjak punggungnya dengan sepatu mereka dan berkata padanya, "Kami mau lihat, apakah Tuhanmu datang menolong!"

Tidak kuat lagi menanggung perlakuan diskriminasi ini, satu hari sebelum masa wajib militernya berakhir, H mengancam pemimpinnya bahwa ia akan melaporkan penganiayaan ini ke intelijen militer, jika perlakuan semacam ini terus dilakukan terhadap tentara yang berlatar belakang Kristen. Pemimpinnya memperingatkan H jika ia berani melaporkannya, ia akan membalas dendam. Sang pemimpin mengadakan persekongkolan untuk menyingkirkan H selamanya. Keluarga H dipanggil oleh rumah sakit setempat satu minggu setelah ia kembali bertugas di angkatan bersenjata dari masa istirahatnya bersama keluarga. Mereka diberi tahu bahwa H telah tenggelam di Sungai Nil dan mereka memerlukan keluarga H untuk mengenali identitasnya.

Keluarga H pingsan ketika mereka mengamati sebuah tubuh di kamar mayat. Sudah jelas bahwa ia tidak mati tenggelam; ia adalah korban penyiksaan dan pembunuhan. "Mulutnya menganga, lidahnya menjulur keluar, dan bola matanya terlihat membesar," ibunya dengan bercucuran air mata menjelaskan. "Mereka membakar kedua tangan dan kakinya, serta mencekiknya. Mereka dengan sadis menyiksanya." Rusuk dan gigi H patah, dan ia ditikam dengan sebuah belati. Tanda tato salib di lengannya telah dikikis dengan benda tajam. Tanda salib telah dihilangkan dari kulit H, tetapi para penyerangnya tidak dapat menghapuskan Yesus dari hatinya.

Yesus berkata bahwa semua manusia akan membenci pengikut-Nya karena Dia (Matius 10:22), tetapi kami bersukacita mengetahui H "teguh hingga kematiannya". Tubuhnya rusak, ia dengan brutal dianiaya, tetapi terang H tidak padam. Hidup dan kesaksiannya adalah minyak yang membuat terang tetap menyala melalui yang lain -- melalui mereka yang mendengar kesaksiannya.

Download Audio

Diambil dan disunting dari:
Nama buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei - Juni 2008
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya
Halaman : 5 -- 6
Nama situs : e-MISI
Alamat URL : http://misi.sabda.org/terang-seorang-martir

Melayani yang Belum Terlayani

Sebelum memberikan kesaksian, perkenalkan nama saya Y, lahir di salah satu kota di Jawa Timur pada 6 April 1982, anak keempat dari enam bersaudara. Bapak saya memunyai tiga istri dan saya adalah anak dari istri keduanya.

Sejak kecil, saya dibina dalam kerohanian agama lain, seperti masuk di salah satu sekolah keagamaan, bahkan sampai kuliah pun di yayasan agama tersebut. Pada umur 16 tahun, saya sudah lulus dari sekolah itu dan menjadi seorang pemimpin agama. Sejak saat itu, saya mengajar di beberapa sekolah keagamaan sambil meneruskan sekolah di SMU sampai lulus kuliah keperawatan di salah satu yayasan di kota S. Read more... about Melayani yang Belum Terlayani

Pamanku Akhirnya Menang

Sejak Saya Mengikuti Ceramah-Ceramah "Inilah Hidup" yang mengajarkan cara-cara memenangkan jiwa bagi Kristus, bayangan seorang paman saya selalu saja melintas dalam benak.

Paman saya sudah berumur 64 tahun. Istrinya sudah lama meninggal dunia dan mereka tidak berketurunan. Sekarang ia tinggal bersama kakak saya yang kaya raya.

Di ujung pekarangan kediaman kakak saya itu, paman diberi sebuah pondok mini. Karena sejak usia muda paman termasuk orang yang jarang bergaul -- bahkan digolongkan "eksentrik" karena ia begitu pemalu -- maka dalam pondoknya itu, ia semakin menyendiri. Bila tak ada yang mau menegur paman, pastilah berhari-hari ia takkan membuka mulut. Read more... about Pamanku Akhirnya Menang

Pages

Tinggalkan Komentar