Keberanian di Vietnam

Setelah penyatuan Vietnam pada tahun 1976 di bawah pemerintahan komunis, orang-orang Kristen sering kali dipandang sebagai agen-agen imperialisme Barat dan mereka secara brutal diserang dan diperlakukan semena-mena.

Seperti di Cina, saat ini Vietnam juga meniru "Kapitalisme Komunis" sebagai usaha mendapatkan keuntungan dari perdagangan dunia. Pemerintah juga memodifikasi peraturan publik tentang agama supaya dunia luar melihat adanya perubahan dan keterbukaan sehingga pemerintah Vietnam dapat menjual hasil produksi mereka dan melakukan perdagangan.

Baru-baru ini, kontak kami mengunjungi perkumpulan orang-orang percaya dari gereja yang tidak terdaftar di gedung mereka dan bertemu dengan mereka secara terbuka. Mereka tidak menemukan kendala, hanya menghadapi sedikit campur tangan dari petugas Departemen Agama. Lebih dari itu, pemerintah telah mengizinkan beberapa pertemuan besar Kristen dalam beberapa tahun terakhir ini, pertemuan-pertemuan besar di mana ribuan orang berkumpul di luar gedung untuk beribadah dan mendengar khotbah.

Meski demikian, pemerintah sering kali masih menolak memberikan izin jauh-jauh hari bagi pertemuan-pertemuan seperti ini, sampai akhirnya memberikan izin beberapa jam sebelum pertemuan ini dimulai, dan sering kali polisi menghentikan bis berisikan orang-orang Kristen yang datang dari luar kota menuju ke dalam kota untuk menghadiri pertemuan-pertemuan besar.

Sementara bagi orang-orang Kristen situasi di Vietnam membaik, khususnya di kota-kota besar, orang-orang percaya yang berasal dari antara lima puluh kelompok etnis minoritas Vietnam masih mengalami penganiayaan dari dua sisi: karena etnis mereka dan karena iman mereka.

Salah satu orang percaya dari kelompok suku adalah "Vue", mendapatkan kesulitan mempelajari Alkitab dalam Bahasa Vietnam. Ketika ia mendengar bahwa Alkitab dalam bahasa sukunya sudah ada di selatan, Vue memutuskan untuk menggunakan semua uang tabungan keluarganya untuk menempuh perjalanan 540 km untuk membeli Alkitab. Vue tahu bahwa dia dan keluarganya lebih membutuhkan Roti Kehidupan daripada beras, jadi dia melakukan perjalanan panjang dengan harapan memperoleh Alkitab untuk keluarga mereka dan orang percaya lainnya di desanya.

Ketika Vue akhirnya mendapatkan beberapa Alkitab ini, dia memasukkannya ke dalam tas ranselnya dan kembali berjalan pulang. Tetapi hanya berjarak beberapa kilometer dari rumahnya, polisi menghentikannya di suatu tempat persinggahan dan mereka memeriksa barang bawaannya. Mereka menyita banyak Alkitab bahasa suku dan menahan Vue.

Setelah pembebasannya sepuluh hari kemudian, Vue melanjutkan sisa perjalanan beberapa kilometer menuju rumah tanpa uang yang tersisa dan Alkitab, juga dia tidak mungkin lagi dapat membeli makanan untuk keluarganya. Mereka harus hidup dengan memakan akar-akaran yang mereka dapatkan setelah menggali di dalam hutan. Sampai akhirnya 1 minggu kemudian, orang-orang Kristen di desa mereka menyadari kebutuhannya dan datang membantu.

Vue, yang mengatakan bahwa keluarganya sering kelaparan selama berhari-hari, terus pergi menginjil di desa-desa sekitarnya. Polisi telah menahannya lebih dari empat belas kali, tetapi ia mengatakan bahwa ia tidak takut karena tahu Tuhan akan melindunginya. "Ketika aku di dalam penjara," katanya, "aku memuji Tuhan dan jika Dia menginginkan aku di sini, maka Dia akan melindungiku."

Sebagai orang percaya berlatar belakang suku seperti Vue yang hidup sungguh-sungguh dalam Kristus, mereka membuat banyak orang tertarik dan datang kepada-Nya. Orang-orang kecil di masyarakat tertarik dengan Allah Juru Selamat yang meninggalkan surga untuk menghadapi kematian di bumi supaya manusia memperbaiki hubungannya dengan Allah. Orang-orang yang diajarkan untuk takut dan menyanjung roh-roh nenek moyang menjadi takjub mendengar tentang Allah yang ingin menjadi Bapa yang mengasihi mereka. Sekali saja mereka datang kepada Kristus, mereka menjadi menggebu-gebu mengabarkan Injil tentang Dia.

Pemerintah Vietnam tidak menyukai orang-orang seperti Vue yang mengenal Kristus, dan tentu saja pemerintah tidak ingin mereka bercerita kepada orang lain tentang Kristus. Meski demikian, ada ratusan ribu orang Kristen di antara beberapa etnis suku yang ada sekarang. Melewati sejarah dan waktu, kita melihat, mandat pemerintah tidak mampu menahan firman Tuhan (2 Timotius 2:8-9). Organisasi kami terus mendukung orang-orang percaya yang berani ini di Vietnam dengan melatih mereka, memberikan sepeda motor untuk penginjilan, mendukung siaran-siaran radio Kristen, membagikan buku-buku Kristen dan menolong keluarga-keluarga yang suaminya dipenjarakan karena Injil.

Diambil dan disunting dari:

Nama buletin :> Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Januari - Februari 2013
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Surabaya 2013
Halaman : 8 -- 9


"Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya."
(Efesus 3:12)

Kategori: 

Tinggalkan Komentar