Malam Ketika Lonceng Tersebut Berdentang

Dahulu kala, sebuah gereja yang megah berdiri di sebuah bukit yang tinggi di sebuah kota yang besar. Jika lampu gereja dinyalakan untuk festival khusus, ia akan terlihat sampai beberapa mil jauhnya. Akan tetapi, ada satu hal yang lebih heboh lagi tentang gereja ini selain keindahannya, yaitu legenda yang aneh dan hebat tentang lonceng-loncengnya.

Di salah satu sudut gereja berdirilah sebuah menara berwarna abu-abu yang tinggi. Dan, tepat di bagian atas menara tersebut, kata orang-orang, tergantung sebuah lonceng terindah yang pernah ada di muka bumi. Tetapi, tidak pernah ada orang yang mendengar lonceng tersebut berdentang selama bertahun-tahun. Bahkan, saat Natal sekalipun. Sudah menjadi kebiasaan bahwa pada malam Natal, semua orang datang ke gereja untuk memberikan persembahan kepada Bayi Kristus. Dan, ada saatnya ketika sebuah persembahan yang sangat unik dibawa ke altar sehingga lonceng pun berdentang. Sebagian orang mengatakan bahwa anginlah yang membuatnya berdentang, ada juga yang mengatakan bahwa para malaikatlah yang menggoyangkan lonceng tersebut. Tetapi, akhir-akhir ini tidak ada persembahan yang cukup hebat yang membuat lonceng itu berdentang.

Beberapa mil di luar kota, di sebuah desa kecil, tinggallah seorang anak laki-laki bernama Pedro bersama adik laki-lakinya. Mereka pun memutuskan untuk mengikuti perayaan yang indah tersebut.

Satu hari sebelum Natal sangat dingin, salju menutupi tanah. Pedro dan adiknya mulai berjalan pada siang hari. Meskipun cuacanya dingin, mereka berhasil tiba di kota saat malam tiba. Mereka sudah hampir masuk gerbang kota yang besar ketika Pedro melihat sesuatu yang gelap di tengah salju dekat jalan yang mereka lalui.

Ternyata, sesuatu itu adalah seorang perempuan miskin yang terjatuh tepat di luar kota, terlalu sakit dan lelah untuk masuk dan mencari tempat untuk berlindung. Pedro mencoba menyadarkan wanita tersebut, tetapi tidak berhasil. "Tidak ada gunanya, Dik. Kamu harus pergi sendiri."

"Tanpa kakak?" tangis sang adik. Pedro mengangguk perlahan. "Wanita ini akan mati kedinginan jika tidak ada yang merawatnya. Mungkin setiap orang saat ini telah pergi ke gereja, tetapi saat kamu kembali, pastikan kamu memanggil seseorang untuk membantunya. Aku akan tinggal di sini dan menemaninya agar ia tidak membeku, dan mungkin memberikan roti yang kita bawa kepadanya."

"Tetapi, aku tidak bisa meninggalkan kakak!" tangis sang adik. "Salah satu dari kita masih bisa menikmati perayaan," ucap Pedro. "Kamu harus melihat dan mendengar segala sesuatunya dua kali, Dik. Satu kali untuk kamu dan satu kali untuk aku. Aku yakin Kristus tahu betapa inginnya aku memuji dan menyembah Dia. Dan, jika kamu memiliki kesempatan, adikku, bawalah potongan perak ini, dan letakkanlah sebagai persembahan, tetapi jangan sampai ketahuan orang lain."

Demikianlah Pedro meminta adiknya untuk bergegas ke kota sambil berusaha menahan air matanya.

Gereja yang megah tersebut terlihat sangat indah malam itu; tidak pernah seindah itu sebelumnya. Ketika organ dimainkan dan ribuan orang menyanyi, dinding-dindingnya bergetar bersama suara yang berkumandang.

Di akhir ibadah, tibalah saatnya acara penyerahan persembahan untuk diletakkan di altar. Ada yang menyerahkan perhiasan-perhiasan yang indah, ada juga yang menyerahkan sekeranjang emas yang berat. Seorang penulis terkenal meletakkan sebuah buku yang ia tulis selama beberapa tahun. Dan terakhir, datanglah sang raja, semua berharap bahwa lonceng-lonceng Natal akan berdentang.

Semua orang berharap cemas ketika sang raja mengambil mahkota kerajaan, yang dipenuhi batu mulia nan indah dari atas kepalanya, untuk diletakkan di altar. "Sudah pasti," kata semua orang, "Sebentar lagi lonceng akan berdentang!"

Tetapi, yang terdengar hanyalah desiran angin di menara. Acara persembahan telah usai dan paduan suara pun mulai menaikkannya. Para penyanyi terdiam. Tidak ada yang bersuara. Semua orang menyendengkan telinganya untuk mendengar sebuah suara, lembut tapi jelas suara lonceng di atas menara. Terdengar sangat jauh namun nyaring, suara yang dihasilkan terdengar jauh lebih indah dari apa pun yang pernah terdengar.

Kemudian, semua orang berdiri dan melihat ke arah altar, untuk melihat persembahan hebat apa yang membangunkan lonceng yang telah lama tertidur. Tetapi, yang mereka lihat hanyalah sosok seorang anak kecil, sang adik, yang mengendap-endap saat tidak ada satu orang pun yang melihatnya meletakkan bongkahan perak kecil milik Pedro ke atas altar.

Diambil dari:

Judul asli buku : Guideposts For The Spirit: Christmas Stories of Faith
Judul buku terjemahan : Guideposts Bagi Jiwa: Kisah-kisah Iman Natal
Penulis : Raymond Macdonald Alden
Penerjemah : Mary N.Rondonuwu
Penerbit : Gospel Press, Batam 2006
Halaman : 54 -- 58
Kategori: 

Tinggalkan Komentar