Menaruh Pengharapan Hanya Kepada Yesus

Gambar: KISAH_kain

Saya berasal dari daerah pedalaman Kalimantan Barat, kira-kira 300 kilometer dari kota Pontianak. Orang tua saya masih menyembah roh-roh pohon besar dan roh-roh orang mati.

Pada 1980, setelah tamat SD, saya melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Darit, Kabupaten Pontianak. Pada waktu itu, saya belum tahu apa sebenarnya kepercayaan saya. Saya sering bertanya kepada orang tua saya, tetapi mereka juga tidak tahu. Saya bimbang memilih kepercayaan dan kepada siapa saya harus bertanya. Waktu ada teman saya menanyakan agama yang saya anut, saya jadi kecut dan tidak bisa menjawab. Pada waktu pengisian data rapor SMP, sebenarnya saya belum punya agama, tetapi saya memberanikan diri menyatakan bahwa saya beragama Kristen (Protestan).

Sejak saat itu, saya mulai tertarik membaca Alkitab. Saya tertarik karena di dalamnya banyak cerita tentang Tuhan Yesus, cerita-cerita ajaib, kata-kata nasihat, pendidikan, dan sebagainya. Pada akhir 1983, saya mengambil keputusan untuk menaati ajaran Tuhan. Saya merasa dituntun pada jalan kebenaran dan takut melanggar segala larangan-Nya. Pada saat itu, saya mulai merasakan bahwa Tuhan mengasihi saya dan membuka jalan bagi saya.

Saya yakin Tuhan menolong saya sampai selesai.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Waktu itu, keluarga kami mengalami kesulitan ekonomi yang diakibatkan gagal panen. Akibatnya, orang tua saya tidak bisa membiayai perkuliahan saya. Keluarga kami adalah keluarga besar, kami sembilan bersaudara. Sebab itu, orang tua menyarankan agar saya jangan bersekolah tahun itu.

Dalam keadaan demikian, saya berdoa kepada Tuhan meminta jalan keluar untuk masalah yang sedang dihadapi keluarga saya. Waktu itu, kakak saya baru menyelesaikan pendidikan di Pontianak dan pulang ke kampung. Ia mendorong saya untuk melanjutkan pendidikan di Pontianak. Saya menerima sarannya dengan baik. Saya pun berangkat ke Pontianak untuk mendaftar sekolah di SPG. Puji Tuhan, doa saya dikabulkan Tuhan dan saya diterima di sekolah itu.

Setelah lulus tes, muncul masalah baru. Kami diharuskan membayar sebesar Rp 80.000, padahal saya tidak punya uang. Waktu itu, saya teringat akan firman Tuhan, "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?" (Matius 6:25). Firman itu memberikan kekuatan kepada saya. Saya juga ingat firman Tuhan dalam Matius 7:7, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu." Apa yang saya imani itu ternyata dipenuhi. Waktu itu, ada seseorang yang tidak saya kenal menemui saya dan mengajak saya tinggal di rumahnya.

Orang itu baik sekali. Saya dianggap seperti anak kandung sendiri. Semua kebutuhan saya dipenuhi dan saya merasa tinggal di rumah orang tua sendiri. Saya diberi kebebasan untuk beribadah di gereja walaupun mereka beragama Islam.

Pada 1986, setelah menyelesaikan pendidikan di SPG, saya disuruh mendaftar di Universitas Tanjungpura. Namun, saya menolaknya karena saya ingin melanjutkan pendidikan ke sekolah teologi. Keinginan itu didorong oleh kenyataan yang saya lihat; banyak saudara saya yang belum mendengar berita keselamatan. Saya ingin menyampaikan berita itu kepada mereka.

Namun, keluarga saya tidak menyetujui keputusan saya. Akibatnya, saya dikucilkan dan tidak diperhatikan lagi. Akan tetapi, saya yakin bahwa Tuhan akan memberikan jalan sehingga saya bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah teologi.

Pada tahun 1986, dengan penuh keyakinan, saya melangkahkan kaki ke Jakarta dan masuk ke Sekolah Tinggi Teologi Mikhael. Apa yang saya doakan itu dapat terwujud walaupun banyak tantangan. Saya yakin Tuhan menolong saya sampai selesai. Saya sadar bahwa semua yang telah saya terima itu berasal dari Tuhan, dan sampai selama-lamanya, saya akan menaruh pengharapan hanya kepada Tuhan Yesus.

"Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya."(1 Korintus 7:22)

Download Audio

Diambil dan disunting dari:
Judul buletin : Kalam Hidup, No. 556, Maret -- April 1989
Penulis : Jahudin Jamen
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 28 -- 29

Tinggalkan Komentar