Menemukan 100 Dollar

Gambar: KISAH_mati

"Tidak menjadi soal betapa buruk dan sukarnya jalan yang terbentang di hadapan saya, asalkan Ia selalu menyertai saya."

Malang, 10 Maret 2001. Panggilan Tuhan bagi kami (H dan E) untuk pergi ke ladang misi semakin jelas. Kalau kami pergi ke ladang misi berarti kami harus mengundurkan diri dari gereja, dan ini berarti tidak ada jaminan finansial bagi kami. Surat pengunduran diri untuk keluar dari salah satu gereja di Malang telah kami serahkan kepada majelis gereja.

Kami perlu melakukan persiapan selama satu setengah sampai dua tahun sebelum berangkat ke Tiongkok. Tidak ada jaminan siapa yang akan membiayai kami selama masa persiapan itu. Bahkan belum ada jaminan siapa atau organisasi mana yang akan membiayai kami di Tiongkok nanti. Sebagai hamba Tuhan, tidak berarti kami terlepas dari segala pergumulan. Sama seperti jemaat-jemaat bergumul dengan rasa khawatir, sakit-penyakit, masa depan anak dan keluarga, bagaimana mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, dan banyak hal lainnya, kami juga memiliki pergumulan, terutama berkaitan dengan panggilan Tuhan untuk pergi ke ladang misi. Kami merasa khawatir akan kebutuhan hidup kami sehari-hari kalau kami meninggalkan gereja. Jika tetap melayani di gereja, kami akan tetap mendapatkan tunjangan dan fasilitas. Namun, jika kami meninggalkan gereja, berarti kami harus meninggalkan segala tunjangan dan fasilitas itu. Lalu bagaimana caranya kami mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari?

Tuhan menolong dan meneguhkan kami bahwa Dia Allah yang memanggil hamba-hamba-Nya, juga adalah Allah yang setia.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Sejak Maret 2001 kami bergumul tentang masalah ini. E saja risau akan langkah yang harus diambil kalau kami masuk ke ladang misi, apalagi saya sebagai kepala keluarga. Sabtu, 10 Maret 2001, saya dan A (putri pertama kami) pergi ke restoran McDonald untuk membeli es krim kesukaan A. Pada saat saya sedang antri, A yang saat itu usianya belum 2 tahun ikut antri di samping saya. Ketika saya membayar dan menerima es krim, A berlari ke arena bermain yang letaknya dekat kasir. Segera setelah membayar, saya meletakkan es krim di meja kemudian pergi mencari A di arena bermain yang tidak seberapa luas itu, namun saya tidak melihat A. Saya mencari di sekeliling McDonald namun A juga tidak ada. Perasaan cemas mulai meliputi saya, A hilang!!! Bagaimana mungkin dalam waktu tidak lebih dari 5 menit A hilang? Segera saya keluar dan mencari di seputar lokasi, tempat parkir, dan ke seluruh area terdekat di McDonald. Namun, hasilnya tetap nihil!! Dalam kebingungan, saya teringat ada toko buku di dekat McDonald. Mungkin A pergi ke toko buku itu karena A senang dengan buku gambar. Saya pergi ke sana, namun A juga tidak ada di sana. Pupuslah harapan saya. Anakku hilang, bagaimana ini!

Dengan lunglai saya kembali ke McDonald untuk mencari A, mungkin A sudah ada di sana. Dan ternyata ... ketika saya masuk, ada suara yang memanggil PAPA ... PAPA ..., A ada di sana, duduk manis di atas meja. Saya segera menghampiri dan memeluknya. Rasa haru dan senang membuat saya tidak melihat ada "sesuatu" di tangan A. A memberikan "sesuatu" itu kepada saya. Ketika saya menerimanya, "sesuatu" itu adalah selembar uang 100 dollar Amerika. Saya pikir itu hanya uang mainan yang diberikan orang kepada anak kami. Kalau itu uang dollar yang asli, pasti sudah diambil orang yang lalu-lalang di McDonald saat itu.

Setelah menemukan A, saya segera membawa A pulang ke rumah. Sesampai di rumah, saya ceritakan semua kepada E dan memberikan uang dollar tadi kepadanya. E hampir-hampir tidak percaya dengan semua yang diceritakan itu, mungkin Anda juga tidak. Namun ini nyata. Ketika kami pergi ke bank untuk menukar uang dollar itu, kami sempat ragu-ragu. Jika ini adalah uang dollar palsu, kami akan malu sekali. Dengan berdebar-debar kami menukar uang tersebut dan ternyata uang dollar tersebut asli. Setelah dirupiahkan menjadi Rp. 1.034.000,-.

Kami membawa pulang uang tersebut dan segera berlutut berdoa memohon ampun kepada Tuhan. Mengapa memohon ampun? Bukankah kami seharusnya bersyukur? Karena kami begitu khawatir akan masalah keuangan dan kekhawatiran itu membuat kami lupa bahwa ada Tuhan Yesus Kristus yang sanggup memelihara kehidupan anak-anak-Nya. Satu minggu sebelumnya kami bergumul tentang siapa yang akan memelihara kebutuhan hidup kami kalau kami masuk dalam ladang misi? Allah menyatakan lewat peristiwa hilangnya anak kami dan ditemukannya 100 dollar itu, bahwa Dia adalah Allah yang peduli dan sanggup memelihara kami. Tuhan tahu kami khawatir. Tuhan menolong dan meneguhkan kami bahwa Dia Allah yang memanggil hamba-hamba-Nya, juga adalah Allah yang setia.

Download Audio

Diambil dari:
Judul buku : Permata di Balik Air Mata
Penulis : Hendra dan Esther Rey
Penerbit : Mitra Pustaka Bandung, 2004
Halaman : 20 -- 21

Tinggalkan Komentar