Patah Tulang, tetapi Urung Operasi

Keberuntungan tak dapat diduga dan kemalangan tak dapat ditolak. Demikianlah yang terjadi pada keluarga Bapak Sumadi. Ketika itu, Pak Sumadi yang berprofesi sebagai tukang bangunan, tengah mendapat pekerjaan merenovasi kantor SD Karanggondang 11 di kecamatan Mloggo, Jepara, sekitar 400 meter dari rumahnya. Tentu saja pekerjaan ini diterima dan dilakukan dengan senang karena itu merupakan sumber penghasilan keluarga sehari-hari. Bersama Pak Sukoto, tetangga yang senantiasa menjadi teman bekerjanya, mereka mulai mengerjakan kantor SD tersebut.

Pekerjaan itu dimulai dengan membongkar atap dan merobohkan tembok. Siang hari, selesai istirahat, pekerjaan kembali dilanjutkan. Akan tetapi, sungguh malang, selagi bekerja, punggung Pak Sumadi tertimpa reruntuhan tembok di atas kosen pintu yang baru saja dicopot.

Rasa sakitnya jangan ditanya. Setelah mendapat pertolongan sementara, keluarga membawanya ke Rumah Sakit Kartini. Setelah memeriksa, pihak medis menyarankan agar Pak Sumadi dibawa ke Rumah Sakit Kustati di Solo karena diduga tulang punggungnya patah.

Mendengar berita itu, Bu Restiti, istri Pak Sumadi, dan anggota keluarganya, merasa resah. Pak Sumadi adalah tulang punggung keluarga. Jangankan membayar ongkos rumah sakit, untuk makan sehari-hari saja masih susah.

Sesampainya di Rumah Sakit Kustati Solo, Pak Sumadi mendapat perawatan sementara dengan dibalut gips pada bagian punggung dan perut. Menurut pihak rumah sakit, kemungkinan besar Pak Sumadi harus menjalani operasi. Hanya keluarga perlu menunggu waktu yang tepat.

Bu Restiti menunggui suaminya dengan gundah mengingat biaya operasi yang sangat besar. Dari pasien satu ruangan yang telah menjalani operasi, ia mendapat informasi bahwa biaya operasi patah tulang mencapai 15 -- 20 juta rupiah. "Aduh bagaimana mendapatkan uang sebanyak itu?" keluh Bu Restiti yang berjualan kebutuhan dapur dan jajanan anak-anak di rumahnya ini.

Pukul tujuh, Pak Sumadi masuk ke ruang operasi. Hingga pukul dua siang, keluarga masih tetap menanti dengan sikap doa. Lalu, dokter memeriksa lagi. Anehnya, kali itu dokter tidak mendapati patah tulang di punggung. Maka, operasi pun urung dijalankan. Dokter hanya memberinya obat jalan.

Keesokan harinya, saya dan istri mengadakan perjalanan dari Jepara ke Wonogiri. Kami memutuskan untuk mampir ke Rumah Sakit Kustati menengok Pak Sumadi. Kami pun berdoa bersama-sama memohon kesembuhan dari Tuhan.

Lima hari kemudian, Pak Sumadi sudah pulang ke Jepara. Ternyata, Pak Sumadi betul-betul batal dioperasi. Bu Restiti bersaksi kepada saya seperti ini: "Ketika Pak Pendeta berdoa di rumah sakit Solo itu, saya juga ikut berdoa dengan sungguh-sungguh. Saya meminta, kalau bisa Bapak segera sembuh. Saat berdoa, saya melihat sebuah salib dengan sinarnya yang putih menyelimuti ruangan. Lalu, ada suara yang saya dengar. Tidak jelas, tetapi suara itu seperti mengiyakan apa yang menjadi permohonan saya." Demikian kesaksian ibu dari tiga anak yang semuanya sudah dewasa ini.

Empat bulan setelah sakit, Pak Sumadi sudah pulih dan dapat bekerja lagi seperti biasa. Meski begitu, ia menghindari mengangkat-angkat barang yang berat. Puji Tuhan, Roh Kudus berkarya, memberikan kesembuhan kepada yang meminta kepada-Nya dengan kesungguhan iman. Benarlah firman Tuhan dalam Roma 8:28: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah".

Diambil dan disunting dari:

Judul buku : Aku Takkan Menyerah
Penulis : Suyito Basuki
Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta 2010
Halaman : 31 -- 32

"Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah." (Yeremia 33:6)

< http://alkitab.sabda.org/?Yer+33:6>

Tinggalkan Komentar