Kembali Kepada Jalan Tuhan
Nama saya Yoel, saya adalah seorang mahasiswa semester terakhir dari salah satu universitas swasta di Jawa Tengah. Saya dilahirkan dalam keluarga Kristen. Ibu dan Bapak saya cukup baik dalam membimbing saya untuk tetap dalam jalan Tuhan. Penyertaan Tuhan itu baik dalam kehidupan saya. Baiklah, saya akan ceritakan apa dosa yang sudah pernah saya lakukan. Rokok, pornografi, dan buang-buang waktu adalah keseharian saya pada waktu saya duduk di bangku SMU. Pada waktu itu, saya merasa ada yang kosong dalam hidup saya, tepatnya tidak ada gairah untuk mencapai suatu tujuan. Saya tidak merencanakan masa depan, pokoknya hidup terus mengalir. Sebenarnya, saya tertarik dengan dunia perfilman, saya ingin menjadi sutradara, tetapi ayah saya tidak mengizinkannya karena dia tidak melihat ada bakat seni dalam diri saya. Menurutnya, orang seni hanya akan mendapat uang atau pengakuan jika karyanya diterima. Kalau tidak mendapat pengakuan, ya "habis". Itulah perkataan ayah saya, saya masih ingat jelas.
Menurut saya, dosa itu nikmat. Namun, saya juga sadar bahwa itu hanya kenikmatan sesaat. Saat saya masih SMU kelas satu, selama setahun saya merokok, tetapi saya benar-benar tidak dapat merasakan kenikmatannya. Mungkin itu hanya alat bagi saya supaya diterima oleh teman-teman saya. Saya suka mencoba hal baru, mungkin itu juga motivasi saya saat itu. Namun, jangan salah paham, teman-teman saya tidak pernah memaksa saya ikut merokok. Akhirnya, saya berhenti merokok saat kelas dua. Sebelumnya, sejak SMP kelas tiga, saya sudah kecanduan pornografi. Video porno begitu menarik bagi saya. Keinginan untuk melihat adegan dewasa itu sangat kuat. Ketika kuliah, pada tahun kedua, saya mulai berusaha serius untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Saya mulai berpikir tentang dampak buruk pornografi secara serius. Menurut saya, sepertinya hanya saya yang ingin benar-benar lepas dari pornografi dalam lingkup pertemanan saya. Teman-teman saya sepertinya menerima hal itu sebagai sesuatu yang normal. Saya pun juga berusaha menerimanya sebagai sesuatu yang normal, tetapi saya tidak bisa berpikir seperti itu. Pasti ada dampak buruknya, saya yakin itu. Salah satu dampak buruk yang sudah saya rasakan adalah rendah diri. Saya selalu merasa diri saya itu "sampah". Dampak lainya adalah ketika saya melihat lawan jenis, saya akan cenderung menjadikannya objek seks. Itu sungguh menghancurkan martabat manusia sebagai makhluk yang berakal budi. Saya merasa kalau saya menonton video porno dan onani (ini sangat umum dalam dunia remaja), Tuhan akan membenci saya dan tidak menganggap saya lagi. Saya pernah berpikir untuk meninggalkan Tuhan dan hidup sesuka hati saya. Suatu saat, pernah saya berpikir bahwa saya sudah terlalu berdosa sehingga tidak bisa diperbaiki. Namun, Yesaya 1:18 menyadarkan saya bahwa Tuhan selalu menerima pertobatan manusia, tidak peduli seberapa buruk dosa yang sudah dilakukannya. Dalam kelemahan saya, Tuhan seolah-olah berkata, "Tidak apa-apa, Nak, bangun dan jangan berhenti." Pada tahun ketiga kuliah saya, sebenarnya saya sudah bisa lepas dari pornografi, dalam arti tidak kecanduan, tetapi tetap ada satu atau dua kali saya tergoda.
Saya juga mengisi beberapa tahun dalam hidup saya kecanduan gim (game). Saat SMP, gim PS2 membuat saya menghabiskan uang jajan saya. Saat SMU dan kuliah, gim komputer membuat saya lupa waktu. Memang gim ini menjadi suatu pelampiasan akan rasa rendah diri saya. Selain bermain gim, aktivitas lain yang saya kerjakan adalah makan dan mandi. Saya tidak peduli akan hal lain. Tentu saja, sekarang saya menyesal, berapa banyak waktu yang saya buang. Alangkah baiknya jika dahulu saya melakukan sesuatu yang produktif, seperti mengasah kemampuan dalam bidang tertentu. Menyia-nyiakan waktu yang diberikan Tuhan adalah dosa, karena hidup kita menjadi tidak berguna. Saya juga pernah berjudi daring. Pada saat itu, saya ingin memiliki uang, saya hanya ingin membuktikan kalau saya bisa menghasilkan uang sendiri. Cara tercepat adalah judi. Saya menggunakan uang saku untuk berjudi. Namun, karena kalah, hal itu mendorong saya untuk mengembalikan kekalahan tersebut. Akhirnya, saya kalah lagi dan kalah lagi. Saya mulai berpikir, uang yang saya gunakan untuk judi itu adalah uang hasil kerja keras orang tua saya agar hidup saya tidak kekurangan di luar kota. Saya sungguh merasa bersalah, dan akhirnya saya sadar saat saya sendiri mencari pembenaran akan judi dan dampak negatifnya dalam Alkitab. Saya membaca berbagai kesaksian orang yang kehilangan semuanya, harta, keluarga, pekerjaan, relasi, dan lain-lain karena judi. Saya terus menanamkan dalam diri saya tentang betapa buruknya dampak kecanduan judi. Akhirnya, saya kembali ke prinsip saya semula, bahwa untuk mendapatkan sesuatu, kita harus bekerja keras. Itulah hukumnya. Tuhan sendiri telah menetapkan Adam dan keturunannya untuk bersusah payah dan dengan peluh mencari rezekinya seumur hidup, juga Rasul Paulus dalam 2 Tesalonika 3:10 yang menegaskan bahwa orang harus bekerja.
Salah satu hal yang selalu menarik saya kembali kepada jalan Tuhan adalah ajaran orang tua. Mereka selalu memutar lagu-lagu rohani dan membeli renungan harian sehingga suasana di rumah itu suasana yang rohani. Saya adalah remaja yang sangat labil. Kadang-kadang, bertekun membaca Alkitab, mendengarkan berkhotbah, dan membaca buku rohani. Namun, pada waktu yang lain, saya bisa sangat bernafsu dalam dosa. Pertarungan ini yang selalu ada dalam diri saya, yang mengharuskan saya untuk memilih salah satu. Saya ingin selalu memilih jalan Tuhan, tetapi terkadang saya mencari dan mencoba untuk menuruti nafsu duniawi. Saya bisa menangis saat membaca suatu renungan, dan bertekad untuk bertobat, tetapi dalam praktik setelahnya, saya masih mengulangi dosa itu. Itu terjadi terus-menerus sehingga saya merasa tidak layak untuk pergi ke gereja, sebab sudah sekian banyak perbuatan saya yang menyakiti hati Tuhan. Saya merasa lelah dengan jatuh bangun ini. Seiring bertambahnya usia dan kedewasaan, sekarang saya sudah lebih baik dari yang dahulu, ini pun karena perjuangan jatuh bangun tadi. Memang mudah jika hanya berkata, "Tuhan akan menguatkan orang yang mau mengikut-Nya." Namun, dalam praktiknya, itu adalah suatu pilihan yang sulit bagi saya. Menyangkal diri itu sulit. Tujuan saya adalah mengikut Tuhan sepenuhnya dalam setiap langkah hidup saya. Saya mau belajar dari Tuhan.
Saya menulis kesaksian ini dengan jujur dan apa adanya. Saya tidak keberatan atau malu jika ada yang mengatakan bahwa saya lemah atau bukan pengikut Tuhan yang baik. Namun, memang inilah kenyataannya. Saya bukanlah orang yang bertobat dan langsung bisa meninggalkan dosa yang saya perbuat, serta pulih untuk hidup suci sepenuhnya. Bagi saya, hal ini adalah proses untuk belajar supaya menjadi lebih baik, yaitu belajar dari kesalahan dan dosa. Saya bersyukur atas didikan orang tua serta teman-teman saya yang menunjukkan jalan yang benar. Saya selalu merasakan penyertaan Tuhan. Bagi orang yang sedang berusaha lepas dari dosa yang membelenggu, carilah komunitas Kristen. Anda bisa aktif dalam komunitas gereja, atau komunitas Kristen lainnya, sehingga Anda dikuatkan dan tidak berjuang sendirian. Pada saat saya menjauh (melakukan dosa), seperti ada Sosok yang setia menunggu dan berharap saya kembali. Saya ingin mengikut Dia.
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya."