Sang Juara
Pada 1986, saya menghadiri sebuah acara sosial untuk Thomas Bradley, walikota Los Angeles, California. Sebagai seorang mantan juara dunia tinju kelas berat dan aktif dalam beberapa proyek kemasyarakatan, saya bersedia berpartisipasi dalam acara-acara tersebut.
Ketika saya meninggalkan acara sosial tersebut dan pulang melalui jalan tol Santa Monica, kecelakaan yang mengerikan menimpa saya. Tidak ada yang saya ingat mengenai kecelakaan tersebut sampai ada orang lain menceritakannya kepada saya. Dia berkata bahwa saya telah kehilangan ingatan selama 7 tahun karena kecelakaan tersebut. Pada kenyataannya, saya tidak dapat mengingat kembali kejadian tersebut sampai 1992.
Dalam catatan polisi terdapat keterangan bahwa mobil saya terseret kira-kira 50 kaki dan mereka memperkirakan saya sudah tewas. Namun oleh anugerah Tuhan saya masih hidup sampai sekarang. Mereka pun memperkirakan saya tidak dapat berjalan, tetapi saya bisa berjalan. Mereka juga memperkirakan saya tidak dapat berbicara, namun ternyata saya pun dapat berbicara. Tuhan selalu bersama saya. Ketika saya berada di rumah sakit, saya bisa beranjak dari ranjang yang mengikat saya. Bahkan, saya dapat melakukan semua hal yang diperkirakan oleh dokter tidak dapat saya lakukan lagi, seperti berjalan dan berbicara. Sementara orang memikirkan bahwa saya tidak dapat berbuat sesuatu, saya tahu bahwa saya bisa karena saya memunyai suatu perkataan, "Jika Anda bisa memahaminya dalam pikiran Anda, Anda dapat meraihnya dengan tubuh Anda". Hal itu pula yang menjadi pola pikir saya ketika menjadi juara dunia tinju kelas berat, pada saat saya memukul jatuh Muhammad Ali. Kalimat itu tidak hanya saya ucapkan, namun saya hidupi pula ketika mengatasi ketidakmampuan saya untuk berjalan dan berbicara.
Saya belajar sesuatu setelah kecelakaan tersebut. Anda tidak pernah mengetahui apa yang bisa terjadi pada Anda. Tidak ada janji atau jaminan bahwa hidup Anda akan berlanjut setiap hari. Karena itu, saya telah belajar untuk mengasihi kehidupan, rendah hati, menghormati sesama, dan menolong mereka yang membutuhkan, seperti memberikan uang kepada yang miskin. Sekarang, ketika saya melihat seseorang yang sedang membutuhkan, saya menolongnya, sebab Tuhan sungguh-sungguh memberikan kerendahan hati kepada saya. Saya menyadari bahwa saya tidak hidup tanpa mengetahui bahwa saya tidak mampu melakukan segala sesuatu tanpa Tuhan. Dalam perjalanan hidup saya, memang si Iblis selalu mencoba mengambil hidup saya. Saya ingat ketika berumur 9 atau 10 tahun, saya bermain di dekat rel kereta api. Tiba-tiba saya tertabrak kereta api yang tidak diketahui datangnya dan saya pun terlempar ke tanah. Sukar dipercaya, saya dapat bangun tanpa satu pun luka goresan.
Saya dan Olahraga
Saya sangat menyukai olahraga. Saya bermain sepak bola dan tinju untuk Angkatan Laut Amerika Serikat, sebab olahraga membuat saya merasa istimewa. Saya beruntung karena pertandingan tinju atas nama Angkatan Laut Amerika Serikat telah membuat saya tidak perlu pergi ke Perang Vietnam. Pada waktu itu, hanya sayalah anggota marinir yang menang dalam setiap pertandingan. Saya mempelajari tinju selama 3 bulan, yang biasanya harus ditempuh orang lain selama 3 tahun.
Setelah saya ikut berpartisipasi dalam uji tanding di Pan Amerika, New York, dan memukul seseorang yang menyangka dirinya dapat menang, saya mendapat tawaran untuk beralih menjadi petinju profesional. Saya memiliki tiga pilihan: kembali ke rumah, ke masyarakat pertanian, atau beralih ke tinju profesional untuk mendapatkan uang. Saya berpikir akan kembali ke rumah jika saya tidak dapat berbuat lebih baik, tetapi untuk sementara saya pun memilih untuk beralih ke tinju profesional.
saya mulai bertinju pada usia 26 tahun -- waktu yang sangat terlambat karena itu adalah usia rata-rata para petinju untuk pensiun. Tetapi pada saat itu saya memunyai kesempatan untuk menantang juara kelas berat dunia termasyhur, Muhammad Ali, saya tahu bahwa saya akan menang. Pada saat semua orang berpikir bahwa saya hanyalah seperti petinju lain yang siap kalah, saya tahu bahwa saya akan memukulnya dan saya melakukannya. Tuhan telah mempersiapkan saya menjadi orang yang kuat mental dan fisik. Setelah pertarungan saya dengan Muhammad Ali, saya dipartaikan pada hari berikutnya sebab seperti dalam kecelakaan kereta api, saya tak terluka sedikit pun. Saya bicara dengan Muhammad Ali hampir setiap bulan. Ali sering menelepon saya dan berkata, "Norton, mari kita bertarung lagi."
Hubungan yang Membaik
Saya juga pernah menderita akibat hubungan yang tidak baik dengan anak saya, Kenny Jr.. Ia adalah seorang mantan pemain belakang pada klub Dallas Cowboys dan San Franscisco 49ers. Hal itu terjadi ketika media membuat komentar bahwa saya tidak senang dengan pernikahan putra saya dengan seorang wanita berkulit putih. Untuk menyenangkan saya, menantu saya tersebut menelepon saya untuk memprioritaskan ulang tahun anak saya yang ke-30. Dia pun menyarankan agar saya memberikan kejutan kepada anak saya. Ia juga mengatakan bahwa ia tidak memercayai berita-berita di media massa. Dalam kunjungan tersebut, saya dan anak saya pun dapat berdiskusi secara terbuka dan mengesampingkan kebohongan-kebohongan di antara kami. Akhir dari pesta tersebut adalah bersatunya saya dan anak saya dalam hubungan yang lebih baik.
Saya telah meninggalkan kejuaraan tinju dunia menuju kepada kejuaraan firman kelas berat. Kasih anugerah Tuhan selalu menyertai saya melalui pencobaan dan bencana di dalam kehidupan saya, banyak lagi yang sudah dilalui.
[Sumber asli: Full Gospel Business Men's Voice. Volume 50, No. 4]
Diambil dan disunting dari: | ||
Judul majalah | : | SUARA, Edisi 69, Tahun 2003 |
Penulis | : | Ken Norton |
Penerjemah | : | Kasdin Marbun |
Halaman | : | 10 -- 12 |