Saya Telah Merdeka
Diringkas oleh: Novita Yuniarti
Sebelum saya (IS) bertobat pada 2002 yang lalu, bertahun-tahun saya hidup dengan hura-hura, judi, dan pesta ekstasi dengan teman-teman di berbagai diskotik di Jakarta. Ketika saya mulai belajar "tripping", saya juga mengajak istri saya. Tetapi setelah istri saya mengetahui bahwa saya memiliki wanita simpanan, sejak saat itu pula keluarga saya selalu diwarnai dengan keributan dan pertengkaran yang berkepanjangan. Setiap kali saya pulang, saya selalu ribut dengan istri saya. Yang menjadi korban adalah anak-anak kami yang masih dalam masa pertumbuhan.
Memasuki tahun ketiga petualangan saya di dunia malam, saya sering mendengar seperti ada suara yang mengingatkan saya agar menghentikan kebiasaan itu. Namun setiap kali saya mendengar suara itu, saya tidak pernah menghiraukannya. Saya tetap pergi diskotik atau klub malam dan menikmati ekstasi. Saya tidak tahu dari mana datangnya suara tersebut. Saya mencoba mencari di seluruh sudut-sudut rumah, namun saya tidak menemukannya.
Ketika saya menceritakan peristiwa itu kepada teman-teman "tripping" di diskotik, mereka mengatakan bahwa saya sedang diserang penyakit paranoid. Namun sepengetahuan saya, jika seseorang diserang oleh paranoid, maka biasanya orang itu akan bersembunyi di dalam kamar dan takut ke luar rumah. Tetapi bukan itu yang terjadi pada saya. Akhirnya saya mengikuti saran teman-teman yang mengatakan agar saya beristirahat saja di rumah. Setelah dua bulan lamanya saya berdiam diri di rumah, saya merasa tidak tahan. Saya kembali mengonsumsi narkoba dan "tripping" di diskotik. Ketika saya pulang ke rumah, kembali saya mendengar suara tersebut.
Sementara saya dalam keadaan bingung, saya melihat perubahan demi perubahan terjadi dalam diri istri saya. Setiap hari, bila subuh tiba, ia bangun dan dengan menangis ia berdoa kepada Tuhan. Dalam untaian doanya, saya mendengar dengan jelas ia menyebut nama saya. Bahkan setiap kali saya pulang dari diskotik, di dalam pembaringan, istri saya menaruh tangannya di alas kepala saya lalu memohon kepada Tuhannya agar saya bertobat.
Pada Januari 2002, tepatnya di minggu kedua, saya menghadiri kebaktian Sakramen Perjamuan Kudus di gereja bersama istri saya. Melalui ibadah tersebut saya minta ampun kepada Tuhan. Saya menyadari bahwa saya telah mencemarkan dan mempermainkan Tuhan. Saya berjanji bahwa saya akan berhenti memakai narkoba dan berhenti melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk saya. Puji Tuhan, sejak saat itu hidup saya dipulihkan. Saya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan membebaskan saya dari kebiasaan lama saya -- meskipun banyak orang berkata kepada saya bahwa saya tidak mungkin bisa lepas dari judi, rokok, narkoba, dan keluar malam untuk "tripping" di diskotik. Namun karena berdoa dari istri dan anak-anak saya, maka saya dapat berubah. Bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil.
Diringkas dari: | ||
Judul buletin | : | SUARA, Edisi 73, Tahun 2004 |
Penulis | : | KM |
Penerbit | : | Yayasan Persekutuan Usahawan Injili Sepenuhnya Internasional (PUISI), Jakarta |
Halaman | : | 24 -- 26 |