Sebuah Video Untuk Al Jazeera
Pasal Pertama, Butir 2 Undang-Undang Afganistan mengatakan, "Para penganut agama lain bebas untuk beribadah dan menjalankan keagamaan mereka dalam batas-batas hukum." Tetapi bagi orang-orang seperti "F", janji kebebasan beragama terdengar sedikit palsu.
Sekitar pukul 05.00 (waktu setempat), F dan lima orang percaya lainnya (dulunya berlatar belakang agama lain) berkumpul di dalam rumahnya memuji Tuhan dan berdoa. Persekutuan kecil mereka adalah tipe persekutuan Kristen yang paling rahasia di Afganistan. Ketika mereka sedang duduk melingkar dan menyembah di lantai, sebuah ketukan di pintu rumah menyela ibadah mereka. Enam orang pria bersenjatakan AK-47 dan sebuah parang menyerbu masuk ke rumah, menodongkan senjata mereka pada kelompok doa ini. Para penyerang tersebut memaksa F tiarap di lantai dan tangan mereka diikat ke belakang dengan menggunakan tali kulit.
Ketika mereka menggoreskan sebuah parang di leherku, aku berpikir Tuhan telah menentukan saat itu sebagai kematianku. Lalu aku berdoa, "Tuhan, jika ini adalah saatnya aku mati, aku mengampuni mereka ini yang akan membunuh aku. Aku tidak menginginkan darahku mengotori tangan mereka. Aku ingin Tuhan mengampuni mereka dan aku ingin mereka mengenal Kristus sebagai akibat dari kematianku."
F mengatakan bahwa ia mendengar suara Tuhan yang memerintahkannya untuk berdiri dan meninggalkan ruangan. Ketika ia berdiri ia memerhatikan bahwa kedua tangannya sudah tidak terikat lagi. Ketika ia berjalan menuju pintu, dua orang bersenjata menghalangi jalannya dan mengatakan padanya bahwa ia tidak boleh pergi. Salah satu dari mereka sudah menarik pelatuk senjata AK-47, tetapi tidak ada tembakan karena senjatanya macet. Senjata itu macet dua kali, dan akhirnya senjata itu memuntahkan pelurunya ketika F sudah meninggalkan ruangan.
F berhasil meloloskan diri, sementara peluru-peluru berdesing ke arahnya. Ia tidak terluka. Pemimpin kelompok bersenjata itu menembak dengan kacau dan akhirnya meninggalkan rumah F. Ketika polisi tiba, mereka menemukan sesuatu yang luar biasa.
"Beberapa polisi ke ruangan di mana kami berdoa dan menemukan sebuah tas di sana. Ketika mereka membuka tas itu, mereka menemukan bendera Al-Qaeda, dua buah parang besar, dan handycam," jelas F. "Polisi mengatakan padaku, orang-orang bersenjata itu rencananya akan memenggal kami -- orang-orang Kristen, merekam eksekusi dengan handycam itu, dan menyerahkannya kepada stasiun TV Al Jazeera."
Orang-orang bersenjata tersebut tahu, F sedang membawa banyak orang Afganistan kepada Kristus. Mereka berencana mempertontonkan video eksekusi tersebut ke seluruh Timur Tengah untuk memperingatkan para hamba Tuhan dan orang-orang Kristen berlatar belakang agama lain, bahwa mereka akan dibunuh jika mereka berpindah keyakinan atau mencoba membawa orang-orang Afganistan menjadi Kristen.
"Ini adalah negara agama lain dan sudah lebih dari 25 tahun mereka berperang, karena mereka tidak suka melihat orang-orang datang ke negara ini untuk berkhotbah. Di dalam "kitab" kami ditulis bahwa jika seseorang menolak "Agama" maka kami harus membunuh mereka."
F tetap teguh meskipun mengalami ancaman kekerasan. Ia berhasrat untuk melihat semua orang di setiap sudut Afganistan mengenal kebenaran.
Diambil dari:
Judul buletin | : | Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Juli -- Agustus 2009 |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya |
Halaman | : | 5 -- 6 |