Aku Pengangguran

Karena krisis ekonomi yang melanda Kanada, perusahaan di mana aku bekerja mengalami kebangkrutan. Ini pengalaman pertamaku menjadi seorang pengangguran. Selama setengah tahun aku mencari pekerjaan ke sana kemari; telepon sana, telepon sini, surat sana, surat sini, tapi hasilnya nihil! Banyak perusahaan yang kudatangi, di depan gedung sudah tertulis dengan huruf besar,"TIDAK ADA LOWONGAN". Waktu beberapa minggu sudah berlalu lagi, tapi tidak ada pekerjaan yang tersedia bagiku, masakan seluruh kota Toronto, tidak memunyai lowongan pekerjaan bagiku yang berbakat ini? Di perusahaanku dulu, aku terkenal seorang yang berbakat, memiliki prestasi kerja yang sangat baik. Tapi sekarang... hatiku mulai gundah, mulai timbul sungutan.

Tiba-tiba, telepon di rumah mendering, aku dengan penuh harap mengangkat telepon. Wah, aku kecewa sekali, karena yang menelepon bukan salah satu perusahaan yang memerlukan tenaga, melainkan dari orang yang mau memperkenalkan produknya. "Oh. Tuhan! Mengapa begini " Beberapa minggu berlalu lagi, pada suatu hari, telepon mendering lagi. Kali ini benar-benar datang dari pihak kantor yang meminta aku datang untuk diwawancarai sehubungan dengan surat lamaran kerja. Kantor yang kudatangi, sangat besar dan megah. Para pegawainya berpakaian rapi dan sopan. Dalam hatiku berkata, "Inilah kantor yang cocok untuk aku." Dengan lancar aku menjawab setiap pertanyaan. Menurutku penampilanku pada waktu diwawancarai oleh pimpinan kantor sangat baik dan mantap. Dalam hati aku yakin bahwa mereka pasti menerimaku sebagai pegawainya.

Tapi setelah menunggu satu, dua hari dan seterusnya, tidak ada panggilan sama sekali dari pihak kantor. Hatiku menjadi kecewa sangat. Setelah itu, masih ada beberapa telepon yang meminta aku datang untuk diwawancarai, tapi pada akhirnya nihil semuanya. Hati mulai diliputi dengan sungutan dan mempersalahan Tuhan. Aku coba mengadakan evaluasi untuk mencari sebab, mengapa aku tidak diterima? Setelah berpikir sana, berfikir sini; evaluasi sana, evaluasi sini dan seterusnya; akhirnya aku tidak mengerti. Menurutku tiada suatupun yang salah. Hubunganku dengan Tuhan, berjalan seperti biasa. Doa, meditasi, membaca Alkitab, kebaktian dan sebagainya, berjalan normal. Tapi mengapa, Tuhan tidak menolong aku untuk mendapatkan pekerjaan?

Makin dipikir, makin risau hatiku. Akhirnya aku mengambil keputusan untuk tidak memikirkan lagi, tidak mengadakan evaluasi lagi, melainkan dengan tenang, menyerahkan seanteronya ke dalam tangan Tuhan. Beberapa bulan belakangan ini, keluargaku di Hong Kong terus menelepon untuk menanyakan keadaanku dan pekerjaan yang sedangku cari. Aku tidak tahu, bagaimana menjawab mereka. Keluargaku itu, belum percaya Tuhan. Aku takut mereka mengejek dan mentertawakan, "Bukankah kamu bilang Tuhanmu itu baik dan bisa memelihara, menjagamu; tapi untuk cari pekerjaan saja, Tuhanmu tidak bisa menolong." "Oh,Tuhan! tolong tolonglah beri aku pekerjaan. Aku tidak mau keluargaku mengejek dan mempermalukan nama-Mu. Dan bagaimana aku dapat bersaksi dihadapan mereka lagi dengan mengatakan bahwa Engkau adalah Tuhan yang mahakuasa? Tuhan, Engkau mengetahui, hatiku sekarang sangat risau dan kuatir. Dan sekarang aku menyerah total padamu. Aku tidak mau lagi mengandalkan kekuatan dan kepintaranku. Aku menyesal dan mohon ampun untuk percaya diri yang kuat tapi menjurus pada kesombongan itu." Memang benar peribahasa yang mengatakan bahwa jalan buntu manusia adalah permulaan Allah bekerja.

Tidak sampai satu minggu, aku mendapat telepon dan meminta aku menghadap. Dengan bersandar pada Tuhan, penuh dengan kerendahan hati, aku menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Setelah selesai wawancara, aku pulang. Selama menunggu, aku terus menaruhnya dalam doa. Puji Tuhan, selang dua hari, aku mendapat kabar bahwa aku diterima. Dengan hati penuh sukacita aku langsung memberitahu pada keluarga di Hong Kong, bahwa aku sudah mendapat pekerjaan. Dan dengan jelas aku memberitahu pada mereka, bagaimana dengan pertolongan Tuhan, aku mendapatkan pekerjaan ini. Pengalaman kali ini, lebih menguatkan imanku. Aku lebih mengenal Tuhan yang selama ini kuyakinkan dan yakin pula bahwa Dia akan selalu memelihara sepanjang kehidupanku.

Diambil dari:

Judul buku : Jalan Tuhan Terindah
Penulis : Pdt. Paulus Daun, M.Div., Th.M
Penerbit : Yayasan Daun Family, Manado 1996
Halaman : 107 -- 109

Comments

Sudah lebih dari 1 tahun kami ingin menjual rumah kami di daerah yang sering terkena banjir, sehingga minat para pembeli rumah menjadi kurang.

Setelah kurang lebih setahun kami bergumul dalam doa supaya rumah kami laku terjual terjual dengan harga tinggi, sampai kami agak putus asa rumah tersebut mau kami jual dengan harga murah saja.
Puji Tuhan harga murah ga laku, tetapi sekarang rumah kami ada yang mau membeli dengan harga jual yang tinggi.

Kemuliaan bagiMu Tuhan Yesus ,engkaulah Allah dan Juru Selamat kami.

Tinggalkan Komentar