Natal

Natal -- Waktu Untuk Beribadah

Setiap tahun menjelang liburan Natal, pelukis-pelukis di kota kami membuat gambar suasana Natal pada jendela-jendela toko. Saya dan suami saya baru saja mengamat-amati dari dalam toko kami sewaktu seorang wanita muda mulai melukis jendela toko kami.

Mula-mula, di satu sudut jendela, ia melukis sebuah bintang. Lalu di sudut yang lain ia menggambar seekor domba putih, dan sedikit demi sedikit dengan rasa ingin tahu yang semakin besar, kami mulai melihat sketsa seorang manusia. Akhirnya pelukis itu mengajak kami pergi ke luar melihat lukisan yang sudah selesai: Hari Natal pertama. Ia menggambar Maria, dan bayi Yesus tidur di pangkuannya. Lukisan itu memang bukan karya seni yang besar, tetapi lukisan itu menggambarkan kasih yang begitu tulus yang menyentuh hati saya. Read more... about Natal -- Waktu Untuk Beribadah

Kategori: 

Paman Max yang Kikir

Ketika berusia sebelas tahun saya merasa Paman Max (dilafalkan "Mox" di keluarga kami) adalah orang teraneh yang pernah ada. Max Maegdefessel menikah dengan Bibi Gustie sejak zaman dahulu kala dan ia bukanlah paman favorit saya. Mungkin penyebabnya adalah karena karena foto dirinya sebagai tentara Prusia yang dipajang di rumah mereka. Dengan kumis, jenggot, rambut abu-abunya yang terpotong cepak, ia terlihat seperti seorang pemimpin tentara musuh yang memimpin tentaranya untuk menghancurkan lawan dalam peperangan. Atau, mungkin karena saya terlalu sering dipaksa menonton Gesangverein karya Richard Wagner, yang beberapa pemainnya sangat mirip dengan Paman Max. Mereka berdiri bersama di panggung sambil menyemprotkan ludah, meneriakkan lagu-lagu yang terdengar sangat bodoh di telinga saya. Read more... about Paman Max yang Kikir

Kategori: 

Pages

Tinggalkan Komentar