Laos: Lu
Peraturan kepolisian yang tak tertulis jelas, "Jika kamu menangkap orang Khmu atau suku lain bertobat pada kekristenan, tangkap mereka. Jika kamu menangkap siapa pun yang menginjili orang-orang suku, bunuh dia."
Sesudah tangan dan kaki Lu diikat, ia lalu diarak melintasi desa dan dipermalukan. Sesudah itu, polisi Komunis melemparkannya ke sebuah lubang. Mereka berkata, "Kami akan membiarkanmu pergi, jika 100 orang Kristen di desamu mengingkari pertobatan mereka pada kekristenan." Namun, mereka tidak dapat menemukan umat percaya yang mau membelakangi Kristus.
Kemudian sebuah tragedi menghantam polisi. Salah satu anak laki-laki seorang petugas mengalami patah tulang pada kedua kakinya karena kecelakaan. Anak laki-lakinya yang lain sakit kritis. Petugas yang telah memukuli dan menganiaya orang-orang Kristen baru, tiba-tiba meninggal karena serangan jantung.
Petugas-petugas lain dengan ketakutan, menarik Lu dari lubang itu dan mengizinkannya kembali ke rumah. Pihak berwenang pemerintahan terlalu takut untuk mengambil tindakan melawan umat Kristen di desa itu, setelah melihat apa yang terjadi pada pemimpin mereka.
Dengan melihat pertunjukan kuasa Tuhan, semakin banyak orang Khmu yang menjadi percaya kepada Kristus. Dulunya hanya ada 100 orang Kristen, sekarang telah menjadi 700 orang. Bahkan, mereka mengutus orang-orang Kristen untuk menceritakan ke desa-desa lain tentang Yesus. Sementara pihak berwenang Laos dikendalikan oleh rasa takut mereka, umat Kristen di Asia Tenggara mengatasi rasa takut mereka.
Rasa takut merupakan salah satu motivasi manusia paling dasar. Hal itu bisa menggerakkan pasar saham dan mengobarkan perang. Energinya yang tak terkendalikan dapat digunakan untuk mendatangkan bahaya besar atau disalurkan untuk kebaikan yang luar biasa. Para petinju profesional sering kali diberi tahu bahwa rasa takut adalah teman mereka. Rasa takut bisa menjadikan mereka sebagai penarung yang lebih baik. Hal itu membuat mereka berjaga-jaga. Hal itu membuat mereka sensitif terhadap tujuan mereka. Sama halnya dengan Tuhan. Ia dapat menggunakan rasa takut kita dan menjadikan kita penarung-penarung yang lebih baik untuk maksud-Nya. Kapan pun kita merasa takut, kita memiliki potensi untuk melakukan hal yang mustahil. Mengapa? Hal yang tidak mungkin, dengan kekuatan kita sendiri dibuat mungkin dengan pertolongan Tuhan. Rasa takut membuat kita kemungkinan meninggalkan kekuatan kita sendiri dan sebaliknya bergantung kepada Tuhan. Dengan cara ini, rasa takut yang ekstrem dapat memimpin pada iman yang ekstrem.
Diambil dari:
Judul asli buku | : | Extreme Devotion |
Judul buku | : | Devosi Total |
Penulis | : | The Voice of the Martyrs |
Penerjemah | : | Fintawati Rahardjo, Ivan Haryanto |
Penerbit | : | Yayasan Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Surabaya 2005 |
Halaman | : | 25 |