Melayani yang Belum Terlayani
Sebelum memberikan kesaksian, perkenalkan nama saya Y, lahir di salah satu kota di Jawa Timur pada 6 April 1982, anak keempat dari enam bersaudara. Bapak saya memunyai tiga istri dan saya adalah anak dari istri keduanya.
Sejak kecil, saya dibina dalam kerohanian agama lain, seperti masuk di salah satu sekolah keagamaan, bahkan sampai kuliah pun di yayasan agama tersebut. Pada umur 16 tahun, saya sudah lulus dari sekolah itu dan menjadi seorang pemimpin agama. Sejak saat itu, saya mengajar di beberapa sekolah keagamaan sambil meneruskan sekolah di SMU sampai lulus kuliah keperawatan di salah satu yayasan di kota S.
Tak terasa, saya mengajar di sekolah keagamaan sampai Desember 2003 (selama 7 tahun). Terakhir saya mengajar di sebuah sekolah keagamaan yang berada di kota J sambil kerja di sebuah klinik kesehatan.
Pada tanggal 20 Desember 2003, saya cuti ke kota L karena Kakak tertua saya ada di sana. Kebetulan pada tanggal 25 Desember, ada tetangga Kakak yang beragama Kristen memberi sambal goreng tempe dan kue pada Kakak saya karena pada waktu itu adalah hari Natal. Spontan, saya memberi ucapan selamat Natal pada tetangga Kakak saya sembari bertanya, "Apakah orang yang tidak beragama Kristen boleh ikut menghadiri acara Natal di gereja?" Jawab tetangga Kakak saya, "Boleh." Akhirnya, saya izin pada Kakak kalau mau ikut ke gereja, tapi alasan saya ikut ke gereja karena ingin mencari kue Natal.
Dengan alasan tersebut, akhirnya Kakak mengizinkan saya ikut ke gereja pada pagi itu. Sesampai di gereja, saya pun ikut ibadah, tapi tidak ada niat sama sekali untuk masuk agama Kristen karena gaya ibadah, baik nyanyi dan tata cara ibadah lain dalam kekristenan, mencerminkan budaya orang Barat. Apalagi setelah ibadah, jemaat yang laki-laki merokok dalam gereja, begitu pula majelis gerejanya.
Dan pada tanggal 27, saya diajak ke salah satu gereja yang juga tak jauh dari rumah Kakak. Saya bertemu dengan ketua gereja tersebut yang berkhotbah menggunakan kitab suci salah satu agama dan Alkitab. Dan inti khotbah beliau adalah bahwa Alkitab dan kekristenan adalah tidak ada bandingannya.
Saya semakin penasaran, dan spontan saya mengajukan pada tetangga Kakak saya untuk bertemu dan berdialog dengan pendeta itu, dengan tujuan mengajak pendeta itu untuk masuk ke agamanya yang semula lagi.
Setelah acara ibadah selesai, saya pun berdialog dengan pendeta itu di ruangan tertutup, dan dengan seru, kami pun berdialog sekitar 30 menit. Setelah dialog, kami pun berkenalan. Ternyata, di kota J, kami bertetangga. Akhirnya, pada sore itu saya dengan rombongan pendeta tersebut pulang ke kota J dan tiba di sana pukul lima pagi (Minggu, 28 Desember 2003). Pukul tujuh pagi, saya diajak ke gereja untuk ikut ibadah minggu. Saat ibadah berlangsung, saya mengamati dengan saksama tata cara ibadah yang dipimpin oleh pendeta tersebut. Ada sedikit perbedaan karena ibadahnya menggunakan alat musik, tidak seperti di kota L karena di sana tidak ada alat musiknya.
Setelah mengikuti ibadah, saya menanyakan pada pendeta itu tentang tata cara ibadah orang Kristen yang sangat enteng dan terkesan mudah sekali untuk diikuti. Tapi sekali lagi, saya tidak ada niat untuk masuk agama Kristen karena saya adalah pemimpin salah satu agama yang sudah mengajar di sekolah keagamaan selama 7 tahun. Pada sore harinya, saya pulang ke sekolah tempat saya mengajar dan diantar oleh anak rohani pendeta tersebut, namanya W, yang kebetulan rumahnya hanya beda gang dengan tempat saya mengajar. Sesampai di sekolah, saya mulai "ragobim", alias "ragu, goncang, dan bimbang". Saya merasakan sesuatu dalam hati yang sangat mengganggu, rasa-rasanya saya takut sekali masuk neraka. Akhirnya, pada pukul sepuluh malam, saya berdoa pada Allah yang isinya demikian, "Ya, Allah, jikalau saya harus masuk agama Kristen, tolong beri saya petunjuk lewat mimpi, dan apabila saya harus tetap dalam agama saya ini, tolong berikan petunjuk-Mu lewat mimpi pula." Pukul tiga pagi, saya bermimpi pulang kampung dengan jalan kaki, dan yang membuat saya merasa aneh, setiap di atas pintu orang yang seagama dengan saya, yang semula ada ayat-ayat dari kitab suci kami, semuanya hilang. Yang ada adalah tulisan-tulisan firman Tuhan yang kebetulan pagi tadi saya baca di gereja.
Satu per satu, para pemilik rumah keluar dan memberikan ucapan selamat kepada saya. Ada tiga orang yang memberi ucapan selamat pada saya dan mereka adalah teman-teman saya yang seagama dengan saya. Yang pertama mengucapkan selamat, isinya, "Mas, selamat, ya, karena menemukan jalan yang lurus." Kemudian ucapan selamat yang kedua isinya, "Mas, selamat, ya, karena telah menganut Alkitab." Dan ucapan selamat yang ketiga, "Mas, selamat, ya, karena diselamatkan Tuhan Yesus." Spontan saya terbangun dan merasa senang karena doa saya terjawab.
Pagi harinya, saya pamit pada ketua di sekolah saya mengajar dan ketua klinik untuk keluar kerja dengan alasan saya akan masuk PNS di kota L.
Awalnya saya tidak boleh pergi, tapi saya "ngotot" harus tetap pergi. Akhirnya saya diperbolehkan untuk keluar dari kerja, itu pun dengan terpaksa. Saya minta dijemput W, tetangga sekolah saya, dia menyamar sebagai tukang ojek dan saya minta diantar ke rumah pak pendeta.
Sejak saat itu, saya belajar firman di SATT (Sekolah Alkitab Terampil dan Terpadu) sambil mengajar bahasa Arab dan juga menulis Alkitab bahasa Arab berikut cara membacanya. Selain itu, saya pun mulai mengajar di beberapa STT di kota J sambil melanjutkan S2 Teologi di salah satu STT tempat saya mengajar.
Ada banyak sekali tantangan yang saya hadapi, saya diancam mau dibunuh dan juga beberapa kali saya sempat masuk di beberapa majalah dari agama yang dulu saya anut, tapi saya tidak pernah takut oleh ancaman-ancaman itu.
Dengan berjalannya waktu, saya pun mulai mencari jiwa untuk saya ajak percaya kepada Tuhan Yesus. Puji Tuhan, pada tahun 2004, lebih dari lima puluh jiwa yang bisa saya bawa kepada Tuhan Yesus. Pada awal tahun 2005, saudara-saudara saya, termasuk Kakak saya yang di kota L, sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat.
Untuk memermudah dalam penginjilan, saya menggunakan bahasa Arab untuk memberitakan firman Tuhan. Selain itu, saya juga mulai menciptakan beberapa lagu yang berbahasa Arab sebagai sarana penginjilan, karena dengan menggunakan firman Tuhan yang berbahasa Arab, mereka mau menerima, karena Alkitab yang berbahasa Arab dianggap masih asli.
Puji Tuhan pada April 2005, saya masuk dapur rekaman. Saya bangga karena dengan lagu bahasa Arab, firman Tuhan bisa dikumandangkan dan nama Tuhan semakin dipermuliakan. Saya berharap ada banyak jiwa lagi yang dimenangkan karena saya berkomitmen, selama hidup akan saya persembahkan sepenuhnya untuk Tuhan sebagai ucapan syukur karena saya sudah diselamatkan.
Saya tidak akan gentar meskipun jiwa terancam, karena saya percaya akan perlindungan Tuhan. Saya juga mohon dukungan doa kepada para Pembaca, agar saya diberikan kekuatan dalam misi yang sudah Tuhan tanam dalam hati saya untuk bisa memenangkan banyak jiwa.
Kiranya Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin | : | Midrash Talmiddim, Edisi Ketiga 2006 |
Penulis | : | TIdak dicantumkan |
Penerbit | : | Yayasan Kaki Dian Emas |
Halaman | : | 13 -- 15 |
"Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6)