MENGAJAR KOMPUTER DAN MENANAM GEREJA
Banyak orang Indonesia rindu menikmati salju dan tinggal di daerah yang dingin. Ini merupakan hak istimewa bagi kami sekeluarga. Sudah bertahun-tahun kami tinggal di Asia Tengah, sebuah negara dengan musim dingin dan salju yang luar biasa sehingga kami harus menyapu salju dari atap kami supaya atap itu tidak roboh. Salju memang enak untuk dilihat di gambar, tetapi sulit untuk dialami. Selama hampir enam bulan udara sangat dingin. Sampai dua puluh derajat celcius di bawah nol. Tanpa pemanas di rumah, kami tidak bisa bertahan, bukan hanya kamar, tempat tidur pun dipanaskan agar tidak terlalu dingin dan kami tidak jatuh sakit.
Tetapi kami tidak datang ke Asia Tengah untuk menikmati salju, kami datang untuk memberitakan Injil kepada rakyat yang lama dikuasai oleh pemerintah komunis. Karena kami tidak bebas menceritakan Kabar Baik, Pak M mengajar komputer di sebuah sekolah di desa agar mendapat visa untuk tinggal di sana. Murid-murid di sekolah tersebut sangat nakal dan tidak menghargai guru maupun orang asing. Tanpa rotan, sekolah di Asia Tengah tidak dapat berjalan. Sekarang Pak M sudah mendidik dua pemuda pribumi sehingga mereka bisa mengajar.
Kabar Baik diberitakan secara diam-diam, waktu belanja atau bekerja di kebun. Sekarang sudah ada orang lokal yang bertobat. Mereka sering mengalami kesulitan luar biasa. Karena ikatan kekeluargaan mereka sangat kuat, seseorang tidak bebas mengikuti Tuhan Yesus. Itu sebabnya kami menyekolahkan dua pemuda yang sudah mengenal Tuhan Yesus di ibu kota supaya mereka mendapat pendidikan dan bebas beribadat pada hari Minggu.
Seorang teman kami yang lain sudah bertobat pula dan mengikuti sekolah Alkitab di ibu kota. Karena dia sudah berumur dan merupakan orang terkemuka, dia dengan istrinya tidak bisa dilarang menjadi Kristen. Pak Z (bukan nama asli) memiliki karunia menginjili. Di desanya, dia sudah bersaksi kepada banyak orang. Ada orang yang berani ikut ke persekutuan di rumah mereka, di mana kami mendukung Pak Z sekeluarga untuk melayani Tuhan lebih sungguh-sungguh lagi. Tetapi tantangan Pak Z tidak sedikit. Saat dia baru mulai melayani sebagai penginjil, satu dari lima anaknya dibunuh ketika dia sedang membawa taksi. Anak itu merupakan anak yang paling diharapkan untuk mendukung keluarga karena sudah berhasil di ibu kota. Selain itu, dia sudah menikah dan memiliki seorang bayi. Pembunuhan putra mereka merupakan suatu kejutan besar bagi Pak Z sekeluarga. Ketika pembunuh itu tertangkap dan diadili, Pak Z sebagai orang tua bersedia mengampuni dan menandatangani surat pengampunan. Sekarang keluarga ini masih terus bergumul untuk bisa terus mengampuni, tidak menjadi pahit ketika tantangan keuangan berat menghadapi, kuat menerima omongan/sindiran tetangga agar jangan ikut agama Kristen karena nanti bernasib malang seperti Pak Z.
Kami sekeluarga meminta dukungan doa agar kami tetap bersemangat melayani di Asia Tengah dan orang Kristen di sana berani membayar harga yang mahal untuk keselamatan yang kekal seperti keluarga Pak Z.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buletin | : | Terang Lintas Budaya, Edisi 71, Tahun 2007 |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Terang Lintas Budaya, Sidoarjo 2007 |
Halaman | : | 3 |
Dipublikasikan di: http://misi.sabda.org/mengajar_komputer_dan_menanam_gereja+