Manusia Kerbau

Tiga bulan sebelum Bounchan dibebaskan di Laos, salah seorang rekan sepelayanannya dalam Kristus ditahan di Vietnam. Ly A Pao, 64 tahun, adalah seorang suku Hmong yang telah berkali-kali dipenjarakan karena pelayanan penginjilannya. Pao melakukan perjalanan ke beberapa dataran tinggi untuk membagikan buku-buku Kristen, CD pengajaran, dan Alkitab. Tujuh tahun yang lalu, ketika dia di penjara selama dua tahun, polisi memaksanya untuk merangkak melalui empat kubangan air kerbau. Setelah itu, Pao dikenal dengan nama pendeknya yang memalukan -- Manusia Kerbau.

Pada tanggal 8 Desember 2011, Pao ditahan lagi. Walaupun ia selalu berhati-hati demi menghindari pihak yang berwajib dan meminimalkan waktu saat berada di sebuah lokasi, kali ini ia mempunyai alasan yang kuat untuk tinggal lebih lama dengan sekelompok orang percaya. Ketika tiba di desa mereka, ia sangat bersukacita karena mengetahui ada tiga keluarga yang baru percaya. Pemimpin Kristen di tempat itu benar-benar menginginkan agar Pao bersedia tinggal dan membimbing orang-orang percaya di tempat itu dalam iman mereka. Dalam dua hari, Pao mengajar mereka bagaimana berdoa, membaca Alkitab, dan menaikkan pujian.

Segera, polisi mendapati keberadaan Pao di desa itu. Mereka menangkapnya dan mengancam akan mengusir orang-orang yang baru percaya dari desa itu. Ketika Pao mengatakan kepada mereka bahwa ia akan mengajak ketiga keluarga itu untuk tinggal bersamanya di desanya, seorang polisi menampar mukanya dengan keras karena dia tidak suka dengan bantahan Pao.

Dengan sekuat tenaga, Pao membela keluarga-keluarga itu. Pao berkata, "Saya tidak peduli jika kamu mau menyiksa saya, tetapi ini tidak akan menghentikan saya membagikan kabar keselamatan di desa ini. Saya akan mengabarkan Injil kepada semua orang supaya mereka menerima keselamatan. Saya tidak takut mati."

Pao dijebloskan ke dalam penjara, ditelanjangi, dan dipaksa tidur di atas lantai semen tanpa selimut. Akan tetapi, penyiksaan terburuk belum terjadi. Ketika seorang Kolonel polisi mendengar tentang seorang pria yang telah berani melawan polisi, dia masuk ke dalam sel Pao dan melompat ke atas perut Pao dalam amarah. Lalu, ia menyeret Pao mendekati sepatunya dan menendang wajahnya, yang mengakibatkan beberapa giginya rontok.

Ketika Pao terkapar, kolonel yang berbadan besar ini langsung menendang kepalanya. "Inilah yang kami lakukan kepada orang-orang yang menentang pemerintah kita!" teriaknya. Lalu, ia menyeret Pao ke luar sel dan mendorongnya ke tangga sehingga Pao tergelinding ke bawah. Beberapa orang anggota polisi menolongnya dari amukan sang kolonel dengan mengurung Pao di dalam gudang.

Dua hari kemudian, setelah mengalami pemukulan ini, sang kolonel melihat Pao lagi dan memperhatikan bahwa Pao mengenakan sebuah kalung salib. "Copot salib itu!" teriaknya. Pao menolak dan sang kolonel mulai menamparnya menggunakan sandalnya. Lalu, ia memerintahkan Pao untuk membuka pakaiannya. Kolonel itu membakar pakaiannya dan menyuruh Pao berdiri telanjang menghadap tembok tanpa boleh bergerak. Sementara mengawasi Pao, sang kolonel menenggak minuman keras. Ia memerintahkan Pao untuk tunduk menyembahnya, tetapi sekali lagi Pao menolak. "Saya tidak akan menundukkan kepala kepada siapa pun," kata Pao. "Saya hanya akan berlutut di hadapan Tuhan saya karena hanya Dia yang layak menerima hormat dan pujian."

Ajaibnya, Pao dibebaskan dua minggu kemudian. Pihak yang berwajib menyita dua telepon genggamnya dan membebaskannya pada tanggal 23 Desember. Pao kembali ke keluarganya dalam kondisi remuk dan memar, tetapi mereka bahagia karena dia kembali dalam keadaan hidup dan para tua-tua gereja berdoa untuk kesembuhannya.

Selama masa pemulihan, Pao menerima kabar bahwa tiga keluarga percaya baru yang berada di desa di mana Pao ditangkap tetap bertahan dalam iman mereka. Kabar ini mendorong Pao untuk tetap kuat dalam menjalani panggilannya. Satu minggu setelah dibebaskan, Pao melakukan perjalanan ke Hanoi untuk belajar Alkitab. Di Hanoi, ia bertemu dengan kontak kami dan kontak kami memberikan beberapa Alkitab dan buku-buku Kristen untuk pelayanannya. Kami akan terus mendukung dan memperlengkapi saudara seiman yang berani ini supaya dia terus mengabarkan Injil. Mempelajari firman Tuhan lebih dalam membuat Pao lebih rindu melihat banyak orang Vietnam mengenal Kristus.

Diambil dan disunting dari:

Nama buletin : Kasih Dalam Perbuatan, Edisi September -- Oktober 2012
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Kasih Dalam Perbuatan (KDP), Surabaya 2012
Halaman : 7 -- 8

"Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!"
(2 Timotius 4:5)

Kategori: 

Tinggalkan Komentar