Pemain Cadangan
Dikirim oleh: Yvonne Sumilat (sumilatxxx@xxx)
Bumi berputar dan pasti hitungan umur saya bertambah. Demikian juga umur Anda, bukan? Saya tak bermaksud untuk menghitung umur tetapi menghitung pengalaman hidup.
Pengalaman hidup apa yang mengisi hidup kita? Jangan..., jangan disebutkan. Itu terlalu panjang untuk disebutkan satu per satu.
Mungkin salah satu dari pengalaman itu adalah salah membeli barang. Atau dengan frasa yang lain, membeli barang yang salah. Itulah yang ingin saya tuliskan.
Saya tidak ingat persis, kapan saya membeli sarung galon air yang merupakan karya rajutan. Ketika itu saya pergi ke toko benang dengan tujuan membeli benang. Kebetulan (bahasa manusia) hari itu saya melihat di toko itu ada dua sarung galon air dengan warna yang berbeda.
Dengan spontan saya menanyakan apakah sarung galon rajutan itu ada yang pesan ataukah saya boleh membelinya? Singkat cerita, saya membeli sarung galon rajutan itu. Dua-duanya saya beli karena motif bagian atas berbeda. Kebetulan (sekali lagi, itu hanyalah bahasa manusia) hari itu di dompet saya ada cukup uang untuk membeli benang sekaligus membeli sarung galon rajutan itu.
Sampai di rumah sarung galon itu saya simpan di lemari saja karena di rumah saya tidak menggunakan galon air.
Suatu hari saya punya waktu longgar sehingga saya dapat menggunakan waktu itu untuk membuat dokumentasi sarung galon air itu. Saya menggambil galon air yang kosong di gudang. Lalu saya bungkus galon itu dengan rajutan. Nah..., apa yang terjadi???
Sarung galon itu terlalu panjang.... Wah, bagaimana ini??? Tentu tidak layak dijual lagi ataupun diberikan kepada orang lain.
Tibalah waktu libur kerja dalam rangka Lebaran. Waktu itu saya bertekad menyelesaikan blus rajutan. Namun, saya putuskan untuk menyela pembuatan blus itu.
Saya urus dulu dua sarung galon yang terlalu panjang itu. Saya bongkar satu baris kotak. Nah, selanjutnya sarung galon air itu terasa pas ukurannya. He... he..., sekarang sudah layak dijual lagi ataupun diberikan kepada orang lain.
Cerita ini tidak berhenti sampai di sini karena yang saya tulis di atas itu hanyalah pendahuluan saja.
Ternyata salah membeli barang atau membeli barang yang salah tidak berakhir dengan sad ending. Bagaimana bisa demikian? Menarik bukan? Saya akan lanjutkan kisah ini.
Saya seperti wanita pada umumnya, yang berpikir dan berkata, "Sayang kalau dibuang."
Karena itu, saya merangkai lagi bongkaran rajutan tersebut. Kebetulan (tentu ada bahasa rohani untuk kata kebetulan), saya sudah punya pengalaman bagaimana merangkai kotak-kotak rajutan itu.
Memang cara merangkai yang saya gunakan itu tidak lazim dalam dunia rajutan. He... he..., bagi mata orang tertentu, apa-apa yang tidak lazim itu menjadi daya tariknya.
Satu jam terasa singkat. Demikianlah jika saya merajut. Hari pertama berganti menjadi hari ke dua. Maka jadilah dua karya yang baru lagi, yang sesungguhnya itu adalah dari hasil bongkaran.
Kemarin saya membaca artikel yang menulis bahwa sebuah karya yang terbuat dari bahan sisa justru dihargai dan diminati karena memiliki nilai seni yang tinggi.
Karya saya itu saya kirim ke Jakarta. Tentu bukan hanya itu yang saya kirimkan, ada rajutan lain dalam satu dos paket kilat. Dengan seribu harapan kosong. Karena bagi saya, rajutan dari bongkaran itu bukan apa-apa. Itu bagai pemain cadangan saja dalam istilah regu pemain sepak bola. Begitu sampai kepada penerimanya, dia langsung mengirim SMS dan membeli beberapa karya saya termasuk "pemain cadangan". Hal yang menggembirakan adalah "pemain cadangan" itu diikutkan dalam pameran di JCC (Jakarta Convention Center).
Dunia rajutan tak beda dengan dunia lain. Ada titik jenuh. Perlu inovasi-inovasi dan penyegaran. Tak peduli bahwa itu datangnya dari bongkaran-bongkaran.
Setelah pameran saya mendapat berita gembira bahwa mereka pesan dua "pemain cadangan" taplak kecil itu. Masing-masing satu lusin untuk tampil lagi mengisi pameran selanjutnya, yaitu akhir November 2014. Ha... ha..., semoga saja waktu saya cukup untuk mengerjakannya. Merajut itu adalah pekerjaan yang membunuh waktu saya setiap malam.
Beberapa minggu sebelum pameran itu, kebetulan saya bertemu dengan seorang Ibu. Saya langsung menanyakan apakah dia punya kenalan yang bisa mengekspor rajutan saya. Dengan spontan dia memberikan jawaban yang menggembirakan. Itulah titik awal rajutan saya bisa terbang ke JCC (Jakarta Convention Center).
Janganlah Anda menghitung berapa banyak kata kebetulan dalam tulisan saya ini karena itu seakan mengaburkan kemurahan Tuhan.
Memang sih..., sampai saat ini belum ada kabar yang berbau ekspor untuk rajutan saya tetapi biarlah bendera pengharapan saya tetap berkibar.
Baiklah saya cantumkan napas doa saya yang saya kutip dari Mazmur 119:116,
"Topanglah aku sesuai dengan janji-Mu, supaya aku hidup, dan janganlah membuat aku malu dalam pengharapanku."
Manusia acap kali salah menghitung dan salah memperhitungkan apa dan siapa sebagai "pemain cadangan" sebagaimana Daud hanya sebagai "yang muda, kemerah-merahan".
4 September 2014, Yvonne Sumilat, yang punya perhitungan baru tentang apa dan siapa "pemain cadangan"