Memikul Salib yang Berat
Polisi menyerbu rumah MY di pedesaan, menangkapnya, anak laki-lakinya, menantu perempuannya, dan seorang perempuan Kristen lainnya, YZ, tetapi mereka meninggalkan cucu laki-lakinya yang berumur 5 tahun di dalam rumah itu sendirian. Setelah menolak untuk menyangkal iman dan membocorkan nama-nama orang Kristen lainnya, MY dan anak laki-lakinya disetrum dengan tongkat listrik dan dipukuli hingga hampir mati di ruangan yang bersebelahan. Jadi, mereka dapat mendengar jeritan satu dengan lainnya, dan menjadi melunak mendengar anak laki-lakinya lebih sangat menderita daripada siksaan yang dia alami. Teman mereka, YZ, dipukuli hingga mati di dalam penahanannya.
Wawancara dan laporan penjara yang diterima saat ini menegaskan lusinan anggota gereja rumah dipukuli dengan tongkat, dicambuk dengan pecut hewan, dan disundut dengan rokok. Setelah pingsan karena penyiksaan, mereka disiram dengan air untuk disadarkan lagi. Selama interogasi, jari tahanan pria dijepit dan yang wanita ditelanjangi dan dilecehkan.
Bahkan gereja resmi pun tidak lepas dari penganiayaan. Pada 22 November, lebih dari 40 petugas berseragam yang berasal dari Biro Pendidikan dengan brutal memukuli 16 biarawati Katolik dengan tongkat militer (tongkat kecil yang dipakai para panglima militer) saat gereja mereka yang terdaftar dibuldozer hingga hancur. Para petugas muda begitu sibuknya dengan handuk yang membungkus sekitar pergelangan tangan mereka, mereka diperintahkan, "Pukul mereka sampai mati!" Penyerangan ini mengakibatkan 16 biarawati dilarikan ke rumah sakit dengan hidung patah, pendarahan yang parah, dan cidera yang serius atas tubuh mereka.
Baik penganiayaan ini dilakukan oleh Centurion (pasukan kekaisaran Romawi) pada masa Yesus Kristus, maupun oleh polisi Tiongkok pada masa sekarang, rancangan keselamatan Allah terpecahkan melalui penderitaan, yang membawa kepada pemurnian melalui kesengsaraan bagi Kristus (Roma 5:3). Penderitaan tersebut menguatkan orang-orang Kristen lainnya, dan menarik orang-orang yang tidak percaya kepada Injil. Di akhir abad ke-20, ketika rantai-rantai penganiayaan makin dikencangkan di sekitar orang-orang Kristen di Tiongkok, gereja mulai benar-benar bertumbuh. Hanya ada 834.000 penginjil pada 1949 ketika mereka boleh bebas menginjili, namun sekarang sudah ada sekitar 100 juta gereja rumah di bawah penganiayaan.
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Judul buletin | : | Kasih Dalam Perbuatan, Mei-Juni 2006 |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya |
Halaman | : | 4 -- 5 |