Penerang Abadi

Saya, MH, lahir di tahun kemerdekaan negeri kita. Dengan latar belakang kepercayaan leluhur ditambah tradisi Kejawen, hampir tiap malam Jumat saya "nyekar" (menabur bunga, Red.) ke kuburan. Kalau menyebut nama Patih Gajah Mada, maka saya merasa menjadi kuat dan orang lain akan menjadi takut dan segan kepada saya.

Saya menyadari bahwa saya bukanlah seorang ayah yang baik. Saya lebih banyak mengejar kesenangan pribadi daripada memikirkan keluarga. Saya biasa pamit pada istri untuk pergi tiga hari, tapi baru sebulan kemudian saya kembali ke rumah. Keluarga saya seperti saya terlantarkan. Anak-anak saya pun tidak saya perhatikan, bahkan saat salah satu anak saya hampir mati ketika ia sedang bermain, saya tidak begitu peduli.

Hal itu berlangsung sampai suatu hari di tahun 1988. Saat itu saya sedang menjaga restoran. Saya ingat hari itu merupakan hari Lebaran karena saat itu restoran sangat ramai. Tanpa sengaja saya membaca sebuah buku berjudul "Dimensi ke-4". Buku ini menceritakan kisah sang penulis yang divonis penyakitnya tidak memiliki harapan lagi untuk disembuhkan, dan 6 bulan lagi ia akan meninggal. Kemudian ada seorang wanita memberikan dia kitab Injil dan dia menjadi percaya Yesus. Enam bulan kemudian, bukannya meninggal seperti vonis dokter, dia malah menjadi sembuh. Buku itu membuka mata saya akan refleksi ke-Allahan Yesus Kristus. Saya menjadi mengerti mengapa Tuhan harus turun ke dunia, dan mengapa Ia harus mati untuk menebus dosa kita semua. Bukan hanya mengerti saja, tapi saya juga mau percaya pada Yesus Kristus bahwa Dia adalah Tuhan.

Sebenarnya pandangan saya tentang kekristenan itu negatif. Saya tidak suka dengan orang Kristen; bagi saya pendeta itu biasanya suka minta-minta sumbangan. Tapi hari itu setelah saya membaca buku itu, saya melepaskan semua kepercayaan saya di masa lalu. Kemudian saya langsung mengambil langkah untuk dibaptis. Sejak itu pertolongan Tuhan nyata dalam kehidupan saya sehari-hari. Saya percaya apa pun masalah yang kita hadapi, asal kita minta tolong pada Tuhan dan kita sungguh-sungguh di dalam-Nya, pasti Tuhan akan menolong kita.

Operasi

Pada suatu tengah malam saya terbangun karena dada saya terasa sakit sekali seperti dipukul dengan keras. Saya berdoa pada Tuhan dan bertanya, "Ini apa, Tuhan?" Tuhan menjawab satu kata, "Jantung". Saat itu saya tahu bahwa saya terkena serangan jantung, yang membuat saya berpikir bahwa ini mungkin waktunya bagi saya untuk pulang.

Kemudian Tuhan membuat saya teringat sebuah firman, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. .... Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. ..., Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, ...." (Yohanes 14:2-3) Setelah saya merenungkannya, saya menjadi mengerti bahwa kalau waktunya tiba, Tuhan Yesus sendiri yang akan menjemput saya. Namun karena saat itu saya tidak melihat-Nya datang menjemput, baik dengan mata rohani maupun jasmani saya, saya menyimpulkan berarti waktu saya belum tiba. Itu juga berarti saya harus beriman bahwa saya pasti sembuh.

Saya segera bertindak cepat. Saya mencarter sebuah pesawat untuk membawa saya dari Solo ke Jakarta untuk melakukan operasi. Operasi kateter (operasi yang memasukkan selang kecil ke dalam pembuluh darah untuk melancarkan penyumbatan darah) yang dilakukan gagal, karena ternyata saluran jantung saya memiliki keunikan.

Tapi kemudian Tuhan membuka jalan: ada seorang dokter spesialis jantung dari luar negeri yang kebetulan berada di Indonesia, padahal dalam setahun dia ke Indonesia hanya sekitar tiga kali. Dialah yang akhirnya menangani saya. Dia mengatakan walaupun tingkat keberhasilannya tidak besar, tapi saya harus tetap tenang dan tetap percaya. Kateter kedua dilaksanakan lagi, dan operasi itu berhasil dalam tempo dua setengah jam (biasanya kateter hanya memakan waktu setengah jam). Dan keberhasilan itu saya percaya adalah sebuah mukjizat Tuhan.

Musibah

Perlindungan Tuhan juga menyertai keluarga saya. Suatu hari anak saya pernah mendapat oleh-oleh bantal dengan pemanas dari opanya di Belanda. Seharusnya bantal itu dimatikan bila sudah panas, kalau tidak maka akan menyebabkan kebakaran.

Anak saya menyalakan pemanas itu dan dia ketiduran. Tanpa sadar bantal tersebut telah membakar tempat tidurnya.

Malam itu, istri saya yang saat itu sedang berada di Jakarta gelisah, kemudian ia menelepon pada tengah malam untuk menanyakan keadaan anak kami. Saya kemudian memanggilnya, tapi tidak dijawab. Saat saya membuka pintu kamarnya, asap sudah memenuhi kamar itu dan dia sudah pingsan. Segera saya mengeluarkannya dari kamar.

Sungguh luar biasa mukjizat Tuhan yang telah mengingatkan istri saya, di samping itu walaupun bantal itu menempel langsung di tubuhnya, tapi ia tidak mengalami luka bakar sedikit pun. Yang terbakar hanya kasur, bantal, dan benda-benda yang di sekelilingnya. Di situ terlihat jelas perlindungan Tuhan nyata atas keluarga kami.

Krisis

Ketika seseorang mengalami kejayaan, uangnya tidak akan habis tujuh turunan. Namun saat mengalami krisis, hutangnya tidak akan lunas sampai tujuh turunan. Krisis moneter di tahun 1997 telah membuat hutang saya menjadi berkali-kali lipat hingga mencapai 100 miliar rupiah. Saat itu, 100 miliar rupiah sama harganya dengan 1 ton emas murni. Saya tidak dapat membayangkan cara untuk membayar semua hutang saya tersebut.

Saya mencoba membayarnya dengan menjual rumah saya. Masa itu merupakan masa-masa yang sulit, yang membuat saya berduka dan sangat tertekan. Dalam hari-hari yang sulit itu Tuhan berbicara kepada istri saya melalui sebuah firman. "TUHAN akan menjadi penerang abadi bagimu, dan hari-hari perkabunganmu akan berakhir." (Yesaya 60:20) Penghiburan-Nya itu menjadi janji bagi saya, sehingga saya bertambah sungguh-sungguh di dalam Dia. Dan janji Tuhan pun tergenapi, perlahan Tuhan membebaskan saya dari jeratan hutang tersebut.

Begitu banyak kasih dan mukjizat dari Tuhan yang saya alami. Mulai dari Tuhan memulihkan saya dan keluarga saya, sampai perlindungan dan penyertaan-Nya. Semuanya itu mengajarkan saya untuk tetap bergantung hanya pada Tuhan Yesus. Pertolongan Tuhan nyata pada setiap orang yang hidup sungguh-sungguh di dalam Dia.

Diambil dan disunting dari:

Judul majalah : SUARA, Edisi 76, Tahun 2004
Penulis : LM
Penerbit : Communication Department Full Gospel Business Men's Fellowship International - Indonesia
Halaman : 16 -- 19

Tinggalkan Komentar