Pengampunan untuk Kedua Orang Tuaku
Oleh: Maya
Orang tua menurut kebanyakan orang adalah pasangan suami istri yang sepakat untuk membesarkan dan merawat anak-anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Namun, hal ini tidak berlaku bagi saya. Bagi saya, orang tua adalah orang yang sangat egois, kasar, dan tidak sayang terhadap saya dan kakak saya. Sejak kecil, saya dan kakak saya tidak tinggal bersama orang tua kami karena saya tinggal bersama tante, kemudian bersama oma dari keluarga papa, dan pindah kepada oma dari keluarga mama. Sementara, kakak saya diasuh oleh keluarga dari mama saya. Masa kecil saya hampir sama seperti barang yang diberikan dan dititipkan kepada orang, yang hanya berpindah-pindah dari satu tangan ke tangan yang lain.
Saya begitu dendam dan membenci kedua orang tua saya waktu itu. Hal ini adalah bentuk dari kekecewaan saya karena kehilangan kasih sayang orang tua sejak saya kecil. Saya paham jika mereka sibuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan saya. Namun, saya tidak pernah menuntut mereka untuk 24 jam bersama saya, sebab saya tahu hal itu akan sulit bagi mereka. Karena itu, saya hanya meminta kepada mereka untuk 2 -- 3 jam bisa pergi ke gereja bersama layaknya keluarga normal pada umunya. Hanya, hal itu tidak pernah terjadi.
Saya membenci orang tua saya karena mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Selain itu, saya juga begitu terluka ketika melihat mereka bertengkar dan selalu mengucapkan kata "bercerai". Hal itu semakin mengacaukan pikiran saya. Saya memang membenci mereka, tetapi sebagai anak, saya tidak ingin orang tua saya berpisah. Saya ingin seperti anak-anak lainnya yang memiliki foto keluarga yang lengkap, diantar ke sekolah, dan lain-lain.
Hari demi hari saya lalui dengan melihat pertengkaran dan kekerasan yang mereka lakukan. Sampai suatu hari, akhirnya saya membulatkan tekat untuk merantau dan menjauh dari mereka. Selama tahun pertama kuliah, kabar perceraian mereka semakin kuat di telinga saya, dan saya tidak tahu harus melakukan apa. Sampai pernah terlintas dalam benak saya untuk "bunuh diri". Namun, Tuhan masih melindungi dan menjaga saya sehingga akhirnya niat itu tidak jadi saya lakukan. Hanya, saya bingung dan kehilangan arah. Hal ini membuat perkuliahan saya berantakan karena saya tidak fokus ketika di kampus. Sampai salah seorang dari teman saya mengajak saya untuk mengikuti ibadah persekutuan fakultas. Di sana, saya mulai mengikuti ibadah setiap seminggu sekali, dan saya menjadi salah satu pengurus. Tentu dengan mengikuti ibadah dan mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan belum membuat saya memaafkan orang tua saya.
Sampai pada akhirnya, ada satu kegiatan persekutuan yang saya ikuti waktu itu, yang bertema 'Forgiveness' (pengampunan). Saat itu, perasaan saya mengatakan bahwa tema itu adalah cara Tuhan berbicara dengan saya. Saya mengikuti setiap proses ibadah. Pada saat kami semua berdoa, saya seperti mengingat kembali kepahitan-kepahitan saya terhadap orang tua saya. Pada saat itu, saya benar-benar merasa berdosa kepada orang tua karena telah membenci mereka, bahkan saya pernah bersungut-sungut kepada Tuhan kenapa saya memiliki orang tua seperti mereka. Hari itu merupakan hari yang bersejarah bagi saya, bahwa saya belajar melepaskan pengampunan bagi kedua orang tua saya dan saya mau menerima pemulihan. Namun, hal itu tidak mudah bagi saya. Saya harus ditempa berkali-kali dengan masalah yang harus saya hadapi, tetapi saya percaya bahwa masalah yang saya lewati tidak akan melebihi kemampuan saya karena Tuhan Yesus adalah Tuhan yang merancangkan kebaikan, bukan kebinasaan. Dari kejadian itu, hidup saya benar-benar dipulihkan satu per satu oleh Tuhan, dan saya juga belajar bahwa pengampunan yang saya lepaskan untuk kedua orang tua saya, mengantarkan saya kepada suatu pemulihan. Sekarang, apakah Saudara sudah mengampuni?
Kiranya kesaksian menjadi berkat bagi semua pembaca. Tuhan Yesus memberkati.