Semangat yang Luar Biasa
Sama seperti anak-anak yang berusia tiga belas tahun lainnya, dunia Elina berputar di antara teman-temannya, baik di sekolah maupun di desa tempatnya tinggal, yang terletak 120 km dari ibu kota Bangladesh.
Di sekolah, ia juga mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, salah satunya adalah ketika teman-temannya mengejeknya karena ia adalah pengikut Kristus dan satu-satunya orang Kristen di sekolah. Bahkan, teman-teman di kampungnya juga mengejeknya karena ia adalah pengikut Kristus. "Anak laki-laki sering menggunakan kata-kata kotor untuk memojokkannya, mereka juga mengejek kekristenan dan budaya barat," demikian disampaikan ayah Elina.
Lama-lama, keluarga Elina menjadi terbiasa akan hal ini, khususnya ayah Elina, Pendeta MD yang memimpin Gereja United Bethany. Ia sangat dikenal dengan dedikasinya dalam penginjilan. Suatu ketika, mereka benar-benar merasa terganggu hingga merencanakan untuk menuntut orang-orang yang sudah memojokkan mereka, tetapi akhirnya Pendeta MD menghapus pikiran tersebut. Ia sadar itu akan memerburuk keadaan, lama-lama mungkin mereka akan lelah, begitu pikirnya. Tetapi orang-orang itu tidak pernah lelah memojokkan keluarganya.
Peristiwa yang Memilukan
Pada suatu ketika, hari Jumat tanggal 2 Mei pukul tiga pagi, Elina terbangun dan pergi ke toilet umum yang letaknya beberapa langkah dari rumah mereka. Di luar rumah, ia mencoba mengatur langkahnya dalam kegelapan, tapi tidak menyadari apa yang sedang bergegas menuju kepadanya.
Lima orang pemuda keluar dari semak dan menarik Elina. Ia mencoba melawan sekuat mungkin, tetapi kelima pemuda itu terlalu kuat baginya. Mereka menyeret Elina sejauh empat ratus meter ke tempat gelap dan secara bergantian melecehkannya. Setelah mereka selesai melakukan perbuatan asusila terhadap Elina, mereka menggotong Elina yang setengah tak sadarkan diri dan mencampakkannya di depan rumahnya. Dengan rasa sakit yang luar biasa, Elina mencoba membuka kain yang menutup mulutnya, dan setelah berhasil, ia berteriak minta pertolongan. Ayah Elina langsung keluar dan melihat kelima pemuda tadi sudah menghilang dalam kegelapan malam.
Berdiri Teguh
Pada hari yang sama, Pendeta MD pergi ke kantor polisi untuk melaporkan peristiwa yang telah menimpa putrinya. Reaksi pertama yang diterimanya dari pihak aparat adalah: "Tunjukkan dulu uang yang kau punya."
Namun, surat kabar lokal segera meliput berita tentang Elina dan mengutuk kejahatan yang dilakukan lima pemuda yang telah menodai Elina. Kepala sekolah Elina mengirim surat permohonan kepada kepala polisi untuk menangkap pelaku kejahatan itu dan menghukum mereka.
Akhirnya, kasus Elina ditangani dengan serius. Elina dapat mengidentifikasi pemuda-pemuda yang menyerangnya. Polisi berhasil menangkap salah seorang pelaku, sementara pelaku lain masih dalam pencarian.
Pendeta MD dan keluarganya pindah ke rumah seorang teman keesokan harinya, Sabtu, 3 Mei. Elina menderita trauma dan memilih untuk tetap tinggal dalam rumah. Ancaman terus ditujukan pada keluarga ini, tapi pendeta MD mengatakan dengan tegas, "Saya sudah mati pada hari mereka menyerang Elina."
Women to Women
Ketika membaca kesaksian Elina, pertanyaan yang terlintas adalah: "Bagaimana perasaan ibunya? Apa yang dapat dilakukannya?" Apa yang Anda lakukan jika Anda adalah ibu Elina? Kisah Elina kembali mengingatkan kita akan kerasnya tantangan yang dihadapi gereja yang teraniaya. Lawan-lawan kita mengaum seperti singa yang mencari siapa yang dapat diterkamnya. Ketika umat Tuhan tetap teguh, lawan-lawan kita mencari titik kelemahan dan menyerang kita tepat di titik tersebut.
Seorang perempuan yang mengikuti Women to Women di Manila bersaksi, kisah Elina membuatnya teringat pada putri kandungnya yang dilecehkan oleh ayahnya sendiri. Tetapi Elina dilecehkan dan dianiaya karena ia adalah pengikut Kristus. Karena itu, sakit yang dialami oleh dua keluarga ini sedikit berbeda. Yang menjadi target serangan sebetulnya bukan Elina, tetapi Tuhan yang ada dalam Elina.
Maukah Anda, bersama rekan-rekan dalam persekutuan doa atau di tengah keluarga, berdoa bagi Elina, agar ia dipulihkan?
"Underground"
Hari-hari ini, kaum muda berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan di tengah komunitas mereka. Karena itu, mereka bekerja keras untuk mengejar 5 C (Career, Credit Card, Condominium, Club, Car, dan Credentials).
Masih ingatkah Anda saat Anda berusia tiga belas tahun seperti Elina? Bukankah mimpi dan ambisi Anda begitu besar? Setiap anak-anak muda berkesempatan untuk menjadi sukses, meskipun untuk meraih impian dan menjadi sukses sering kali harus melewati berbagai rintangan dan tantangan yang tidak mudah. Tapi tantangan yang Anda hadapi mungkin tidak sesulit tantangan yang dihadapi Elina pada hari Jumat itu.
Elina pasti sangat terpukul dan gemetar menghadapi peristiwa itu, tapi semangat yang ditunjukkannya untuk tetap berdiri teguh bagi Yesus hari lepas hari di desanya, di sekolahnya, adalah semangat luar biasa yang tidak diketahui banyak kaum muda saat ini.
Maukah Anda, bersama teman-teman Anda di gereja atau di sekolah Anda, berdoa bagi Elina, agar Tuhan senantiasa melindungi dan menjaga Elina dan keluarganya? Hingga saat ini, mereka masih terus diancam akan dibunuh. Berdoalah bagi yayasan Shalom yang melayani keluarga ini dan tengah menolong mereka dalam kasus Elina.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin | : | Open Doors, Edisi Juli -- Agustus, Volume 18, No. 4 |
Judul artikel | : | Semangat yang Luar Biasa |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Yayasan Open Doors, Jakarta 2008 |
Halaman | : | 10 -- 11 |
Dipublikasikan di: http://misi.sabda.org/semangat_luar_biasa