Tuhan Mengubah Kekecewaan Menjadi Sukacita
Oleh: May
Saya lahir dalam keluarga Kristen. Ayah dan ibu saya juga orang Kristen dan mereka cukup aktif dalam pelayanan di gereja. Sejak kecil, orang tua saya sudah memperkenalkan saya dengan Alkitab, mengajari cara berdoa, saya juga mengikuti sekolah minggu, dan saya sudah menerima sakramen baptis pada usia 4 tahun. Orang tua juga rutin mengajak saya mengikuti ibadah umum pada hari Minggu.
Sejak TK hingga SMP, saya bersekolah di sekolah Katolik. Saat itu, saya menerima pelajaran agama, walaupun bukan pelajaran agama Kristen. Saya menjalani hari-hari saya sebagai orang Kristen pada umumnya dengan segala kerutinan di sekolah maupun pelayanan. Saya merasa hidup saya sudah bahagia dengan mendapat banyak berkat -- keluarga menyayangi saya, mempunyai teman-teman yang baik, dan dapat bersekolah dengan baik.
Hingga pada suatu hari, saat SMP, saya mengalami penurunan prestasi dalam pelajaran. Mungkin saat itu saya mengalami patah hati karena orang yang saya sukai akan pindah ke kota kelahirannya. Setelah saya pikir, aneh memang, hanya karena masalah perasaan, saya jadi tidak bersemangat untuk belajar. Saya jadi kehilangan motivasi untuk belajar. Hal ini, mau tidak mau, berdampak pada nilai ujian akhir saya, yang saat itu sangat berpengaruh untuk mencari sekolah lanjutan atas.
Karena hasil ujian yang kurang memuaskan, saya tidak dapat masuk ke sekolah yang saya inginkan. Saat itu, saya kecewa dan menyesal. Akan tetapi, sekarang, saya justru bersyukur karena Tuhan punya rencana yang indah. Di sekolah, saya mendapat kesempatan untuk menerima Kristus sebagai Juru Selamat hidup saya. Sebelum saya menerima Kristus, saya menganggap bahwa keselamatan adalah berkat otomatis yang akan didapat oleh orang Kristen. Akan tetapi, saat saya kelas X, dalam persekutuan siswa Kristen yang saya ikuti, Tuhan berbicara lewat firmannya dalam Roma 10:9-10, "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." Tuhan menjamah hati saya. Saya mengizinkan Tuhan Yesus masuk ke dalam hati saya, dan akhirnya saya menerima bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Juru Selamat saya.
Saat itu, saya mengira bahwa setelah menerima Kristus, hidup saya akan berubah 180 derajat. Saya membayangkan keadaan seperti Saulus saat dijamah Tuhan menjadi Rasul Paulus. Memang, belum banyak yang berubah dalam hidup saya saat itu. Akan tetapi, setelah menerima Kristus, Tuhan membentuk karakter dan hati saya, sedikit demi sedikit. Bukan hanya saya yang merasakan hal itu, tetapi juga orang-orang di sekitar saya. Sebelumnya, saya adalah orang yang suka mengeluh dan manja. Kini, saya menjadi orang yang lebih mandiri. Sebelumnya, saya menganggap kebaktian dan pelayanan hanya kerutinan. Kini, cara pandang saya mulai diubahkan untuk selalu memandang Tuhan dan beribadah dengan hati yang sungguh-sungguh, dengan hati yang rindu akan hadirat Tuhan.
Saat ini, saya terus bersyukur atas anugerah terbesar dalam hidup saya ini dengan memelihara hidup saya agar makin memuliakan Tuhan. Anugerah keselamatan itu mahal harganya dan hanya dapat saya terima sebagai anugerah dari Tuhan. Meskipun sebagai manusia, saya masih mengalami jatuh bangun dalam hal rohani, tetapi Tuhan menguatkan iman saya dengan salah satu ayat firman Tuhan dalam Yakobus 1:12, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." Semoga kesaksian hidup saya dapat menjadi berkat bagi Pembaca semua. Terima kasih.
"Tidak ada pencobaan yang pernah menimpamu kecuali pencobaan yang biasa bagi manusia. Dan, Allah adalah setia, Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melebihi kemampuanmu. Akan tetapi, bersama dengan pencobaan itu, Ia juga akan menyediakan jalan keluar supaya kamu dapat menanggungnya."(1 Korintus 10:13, AYT)
Tuhan Yesus memberkati.