Tuhan Yesus Menyelamatkan Anak Kami
Sekitar bulan Juli 2000, istri saya muntah-muntah dan sudah dua minggu tidak juga membaik. Kami kira hanya sakit maag biasa, sampai akhirnya kami membawanya ke dokter internis. Dokter menyatakan positif hamil dan kabar itu kami sambut dengan penuh suka cita karena sejak mengalami kelainan ginjal ia sulit mengandung dan beberapa kali mengalami keguguran.
Selama kehamilan, kami rajin kontrol ke dokter dan rajin berdoa agar ibu dan janinnya senantiasa dalam keadaan sehat. Sejak hamil tujuh minggu, istri saya dianjurkan dokter untuk tidak terlalu lelah dan dianjurkan untuk menerima suntikan penguat kandungan seminggu sekali selama empat bulan pertama kehamilan.
Suatu hari pada saat kerja, istri saya merasakan kontraksi rahim dan setelah istirahat sore harinya kontraksi itu sedikit hilang. Tanggal 15 Februari, sejak bangun pagi istri saya juga merasakan kontraksi di rahimnya, tetapi ia tetap bersikeras pergi ke kantor. Sampai di kantor, ia kembali merasakan sakit yang semakin hebat dan ia segera menghubungi dokter. Ia segera disarankan untuk istirahat lebih banyak.
Malam hari kontraksi itu kembali menyerang sampai membuatnya sulit untuk tidur. Setelah kami berdoa bersama, akhirnya ia dapat tidur walaupun dengan gelisah. Keesokan harinya kami ke rumah sakit karena kontraksinya semakin hebat. Istri saya langsung dimasukkan ke kamar bersalin oleh suster. Setelah dokter memeriksa grafik jantung janin, akhirnya diputuskan untuk segera operasi caesar walaupun usia kandungannya baru 32 minggu (delapan bulan).
Tepat pukul 8:30 pagi, 16 Februari 2001, bayi laki-laki kami lahir dengan berat 2,2 kg dan panjang 45 cm. Kami menamainya Jonathan Immanuel karena kami percaya bayi itu adalah anugerah Tuhan yang akan selalu disertai-Nya. Namun, kebahagiaan kami terusik dengan pernyataan dokter bahwa anak kami mengalami sesak nafas dan mengalami pembesaran kelenjar timus sehingga harus segera dirawat di ruang ICU. Karena kurang lengkapnya peralatan kedokteran yang ada, bayi kami disarankan untuk dipindahkan ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya.
Setelah berembuk dengan semua keluarga, akhirnya Jonathan kami pindahkan ke rumah sakit lain. Di sana ia dirawat oleh tim ahli yang terdiri dari tujuh dokter. Ia harus diinfus dan diberi tambahan darah dan selama beberapa hari tidak diperbolehkan untuk minum susu (dipuasakan). Setiap hari darahnya harus diambil untuk diperiksa kadar oksigen, infeksi, dan lain sebagainya. Dokter tidak memperkenankan pihak keluarga meninggalkannya karena dia dalam keadaan kritis.
Setelah seminggu dirawat, kami diberi kabar bahwa Jonathan menderita hernia dan harus segera dioperasi. Seluruh tubuhnya membengkak karena dia tidak bisa buang air kecil. Kami langsung menghubungi pendeta untuk minta bantuan doa dan dukungan moral bagi kami. Sepanjang hari kami terus berdoa dan selalu ada tim besuk yang datang untuk mendoakan Jonathan. Puji Tuhan, akhirnya Jonathan dinyatakan tidak perlu dioperasi dan hanya perlu sedikit diurut.
Kondisi Jonathan mulai membaik, tapi masih harus diberi pertolongan pernafasan dengan pompa. Tuhan ternyata belum berhenti memberikan ujian bagi kami. Kami kembali dikejutkan dengan pembekuan darah di kepala serta pendarahan lambung. Tentu saja kami sangat sedih. Tetapi kami masih bersyukur karena tim besuk dan pendeta masih setia mendoakan dan memberikan dukungan moral kepada kami. Hampir setiap jam besuk kami melantunkan pujian "Darah Tuhan Berkuasa".
Pada awal Maret, pembekuan darah di kepala Jonathan dinyatakan sudah menghilang dan sedikit demi sedikit ia boleh diberi ASI. Namun, kami masih merasa khawatir karena infeksi di tubuh Jonathan masih ada dan harus terus diberi obat agar dapat melawan infeksi itu. Kami terus berdoa untuk kesembuhannya dan sungguh ajaib, kondisi Jonathan semakin membaik. Tepat di usia empat puluh hari, Jonathan sudah tidak menggunakan bantuan pernafasan dan pemberian susu melalui pipet mulai dicoba.
Hari Minggu, 8 April 2001, Jonathan diperbolehkan pulang dari rumah sakit, tetapi masih harus tetap mendapat pengawasan dokter dan dikontrol tiap seminggu sekali. Saat dikontrol, Jonathan dinyatakan mengalami pembengkakan hati hingga tubuhnya menguning dan tidak kunjung hilang walaupun sudah dijemur. Kami terus memohon agar dipertemukan dengan dokter yang dapat menangani penyakit Jonathan. Dan dengan terus berdoa, akhirnya Jonathan menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.
Pada tanggal 16 Juni 2001, Jonathan kembali harus dirawat setelah mengalami sesak nafas karena banyaknya slem dalam saluran pernafasan. Di tengah kebingungan, seorang saudara seiman menyarankan kami mencoba pergi ke seorang dokter. Kami meminta petunjuk Tuhan sebelum mengunjungi dokter tersebut. Hasil pemeriksaan menyebutkan kalau Jonathan hanya mengalami alergi debu, bulu, dan karpet serta dianjurkan untuk selalu minum susu kedelai.
Puji Tuhan, sejak saat itu hingga sekarang Jonathan tumbuh menjadi anak yang sehat dan lincah. Kami terus mengucap syukur atas pemberian Tuhan. Terima kasih juga kepada tim besuk yang telah membantu doa untuk kami sekeluarga.
Bahan diambil dan diedit seperlunya dari:
Majalah | : | Warta Sejati Edisi 38/November-Desember 2003 |
Halaman | : | 29 -- 30, 40 |
Penulis | : | Freddy Chandra dan Dewiyana |