Uangku Beku Bersama Ice Cream

Dikirim oleh: Yvonne Sumilat (sumilatxxx@xxx)

Ada catatan harian yang ingin saya tulis atau tepatnya ingin saya bagikan,

demikian,

Uang saya beku bersama ice cream,

itu kesalahan saya, saya salah perhitungan.

Minggu pertama Juni ada dua kaleng ice cream di freezer saya. Itu memang stock ice cream untuk tujuan dijual. He...he....ini memang sambilan saya, dari pada freezer saya di rumah kosong-kosong maka saya juga menjual ice cream untuk keperluan party. Porsinya besar, satu kaleng isinya 8 liter.

Datanglah satu orang Teacher untuk membeli dua kaleng ice cream itu. Di sekolah kami ada budaya class party di akhir semester. Awal Juni memang adalah musimnya class party. Wah...saya jadi bersemangat. Saya membeli lagi tiga kaleng ice cream.

Tapi tahukah Anda ......???? Semangat saya itu semangat yang salah. Begitu saya membeli tiga kaleng ice cream, pada waktu itulah murid-murid sudah diliburkan karena itu adalah waktu persiapan graduation dan Teacher sibuk menghitung nilai untuk mengisi raport. Dengan kata lain, sudah tidak ada lagi class party. Semua kelas sudah party.

Itu artinya apa? Itu artinya uang saya beku bersama ice cream itu.

Awal Juli saya kedatangan tamu dari Manado. Lumayan, maksud saya, jumlah orangnya, ada 5 orang. Mereka menginap di rumah saya. Saya memasak Bak Moi. Syukurlah, mereka suka Bak Moi masakan saya itu. Memang selama sekitar 4 tahun saya tinggal di Manado, saya belum pernah menjumpai Bak Moi. Bagi mereka itu masakan baru dan cocok di lidah mereka. Selain itu saya memasak Ikan Saus, bahannya ikan cakalang yang digoreng dan disiram sambal di atasnya. Dan untuk bersenang-senang dengan tamu itu maka satu kaleng ice cream saya buka dan kami makan ice cream ramai-ramai.

Jadi ice cream saya tinggal dua kaleng. Entah kapan bisa laku.

Awal tahun ajaran baru pasti disertai dengan belanja buku tulis dan stationery. Saya tidak berani berdoa. Saya juga tidak berani beriman. Saya hanya gigit jari saja. Mustahil ada orang yang akan membeli ice cream dalam ukuran kaleng jika tidak ada acara besar alias party. Tetangga pada umumnya punya kulkas ukuran kecil atau sedang. Dan, ice cream ukuran kaleng seperti itu tidak akan muat di freezer mereka. Makhlum, saya tinggal di sebuah kampung. Saya berkata dalam hati, seandainya ice cream yang dua kaleng itu laku, pasti sekarang ada duit untuk membeli keperluan buku dan stationery itu. Saya hanya berkata dalam hati saja. Saya tidak berani berdoa. Itu mustahil....itu mustahil.... itu semata-mata kesalahan perhitungan saya.

Lalu bagaimana ini???? Sudah dua minggu ketiga anak saya sekolah dan belum juga ada uang untuk belanja buku tulis dan stationary. Orang tua macam apa saya ini ???? Sangat memalukan. Dan ini adalah pengalaman pertama saya. Tahun-tahun sebelumnya selalu ada uang untuk membeli keperluan sekolah anak-anak saya.

Apakah solusinya hutang???? O.... tidak. Seratus persen tidak. Lalu bagaimana....??? Ternyata anak-anak saya diberi kesempatan untuk menerima 'anggur baru' yaitu ketika 'anggur lama' habis.

Kisah ini berakhir dengan happy ending, Tuhan membela kehormatan saya sebagai orang tua, sebagaimana Tuhan Yesus membela kehormatan tuan pesta dalam pernikahan di Kana.

Senin siang, setelah makan siang, saya mendapat telpon dari seorang Teacher dengan maksud membeli 2 kaleng ice cream yang masih beku itu. Horeeeeeee!!!!

Ssssssst padahal ini bukan musimnya class party lho. Tapi kok bisa-bisanya malaikat membisiki Teacher untuk membuat lomba-lomba di awal tahun ajaran dengan hadiah ice cream.

Awalnya uang saya beku bersama ice cream itu dan akhirnya uang saya cair bersama ice cream itu. Horeeee.... sekarang sungguh-sungguh ada uang untuk membeli semua keperluan buku dan stationery.

Ketika Anda kehabisan 'anggur lama' maka itu adalah kesempatan manis untuk Tuhan beracara dengan 'anggur baru'. Dan jangan ragukan nikmatnya dan nikmat-Nya.

Yvonne Sumilat, 26 Juli 2013

(diedit 2 Februari 2015)

Tinggalkan Komentar