Yohanes Yang Tidak Dapat Dihancurkan

"Ini adalah Yohanes, salah seorang rasul Yesus Kristus!" bentara mengumumkan tiga kali. Mendengar ini, kerumunan orang yang ada di gelanggang bersorak dengan liar. Mereka telah berkumpul untuk melihat bagaimana yang terakhir dari kedua belas rasul yang pernah berjalan bersama dengan Yesus, akan bertemu dengan maut.

Kaisar Roma menatap Pria tua itu. "Jadi kau adalah Yohanes, Rasul kasih," ia mengejek. "Apakah kau sudah siap untuk mati?"

Sebelum Yohanes dapat menjawab, seorang petugas mendekati Kaisar dan berbisik di telinganya, "Mungkin Anda sudah mendengar desas-desus di antara orang Kristen bahwa dia ini tidak akan mati sebelum Allah mereka, Yesus, kembali."

"Ya, aku telah mendengar. Pada dasarnya, semua orang di Roma telah mendengarnya!" jawab kaisar. "Orang-orang Kristen ini merupakan gerombolan yang percaya takhayul dan keras kepala. Aku akan menunjukkan kepada mereka! Pria ini akan mati -- hari ini!"

"Bagaimanakah kita membunuhnya?" tanya petugas. "Singa-singa tidak selalu membunuh orang-orang Kristen, dan ada waktu di mana api tidak dapat membakar tubuh mereka."

"Memenggal kepala mereka terlalu mulia untuk akhir dari orang-orang sejenis ini. Hal itu hanya diperuntukkan bagi warga Romawi," kata Kaisar.

Kepala pelaksana eksekusi angkat suara, "Bagaimana dengan melemparkan dia ke dalam tungku minyak yang mendidih? Tidak ada yang dapat selamat menghadapi hal itu!"

Kaisar mengangguk tanda setuju. "Siapkan minyaknya!" Sementara orang- orang bergegas untuk memenuhi perintahnya, bentara mengumumkan tiga kali, "Rasul Yohanes akan dididihkan di dalam minyak." Kerumunan orang itu menyorakkan persetujuan mereka. Mereka akan menjadi saksi dari kematian Yohanes yang dikasihi.

Yohanes, salah seorang dari sahabat terdekat Yesus, merupakan salah satu dari tiga pria yang Yesus undang untuk memasuki lingkaran bagian dalam-Nya. Ketiga pria ini, Petrus, Yakobus, dan Yohanes, menyaksikan keajaiban-keajaiban yang tidak disaksikan kesembilan murid lainnya. Hanya merekalah yang menyaksikan Yesus dalam segala kemuliaan-Nya di puncak gunung, wajah-Nya bersinar bagai matahari dan pakaian-Nya berkilau putih bagai cahaya.

Yohanes demikian penuh kerinduan dan intensitas sehingga Yesus menamai dia dan saudaranya Yakobus, "anak-anak guruh". Pada malam Yesus ditangkap, Yohanes mengikuti para prajurit, memasuki tembok dalam kediaman uskup, dan mengamati untuk melihat apa yang akan terjadi dengan Tuhannya. Dari antara seluruh murid, hanya Yohanes yang berdiri dengan berani bersama para wanita di kaki salib, pada hari Yesus disalibkan.

Kaisar Roma menyeringai pada sang rasul. "Jika Yesusmu sungguh-sungguh Tuhan, maka mintalah kepada-Nya untuk menyelamatkan engkau!" Kemudian, berpaling pada pelaksana eksekusi, ia memerintahkan, "Bawa dia pergi!"

Sementara Yohanes menanti api dinyalakan dan minyak mendidih, ia mengenang kembali saat-saat lain di mana ia telah dianiaya karena Injil. Ketika pria lumpuh di gerbang Bait Allah disembuhkan secara ajaib, ia dan Petrus ditangkap dan dipenjarakan semalaman. Keesokan harinya, mereka diancam oleh para penguasa dan diperintahkan, "Jangan pernah berkhotbah lagi dalam nama Yesus!"

Tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya, hal itu memberikan inspirasi bagi para murid untuk berdoa bagi keberanian yang lebih besar lagi, dan bagi lebih banyak tanda keajaiban dan mukjizat dalam nama Yesus.

Tidak lama kemudian, Yohanes dipenjarakan kembali bersama beberapa rasul lainnya. Kali ini, mereka semua dibebaskan oleh seorang malaikat yang mengatakan kepada mereka, "Pergi dan berkhotbahlah di Bait Allah!" Mereka langsung melakukannya.

Untuk ini, mereka dipukuli oleh pemimpin-pemimpin agama, yang sekali lagi memerintahkan, "Janganlah berkhotbah dalam nama Yesus!" Tetapi, para rasul memutuskan bahwa lebih baik menaati Allah daripada manusia, dan tetap berkhotbah. Tuhan terus mengonfirmasi firman-Nya dengan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat.

Sejak saat itu, Yohanes telah melihat Allah membebaskan dia berulang kali. Ia telah selamat dari penyiksaan-penyiksaan Nero, yang telah mengakhiri kehidupan dari kedua belas rasul mula-mula.

Suara kasar dari seorang pengawal membawa Yohanes kembali pada masa kini. "Bangunlah, orang Kristen. Minyaknya telah siap."

Penonton bangkit berdiri, bertepuk tangan, dan bersorak, sementara tahanan diturunkan ke dalam minyak yang mendidih. Yohanes mengangkat tangannya ke atas menuju ke surga, berdoa kepada Allah.

Menit-menit berlalu. Yohanes terus berdoa. Sorakan dari kerumunan berubah menjadi kesunyian dalam ketakjuban. Mereka juga telah mendengar bahwa pria ini tidak akan pernah mati. Kemudian, bisikan- bisikan dimulai: "Sang Rasul tidak terluka! Ini adalah keajaiban!"

"Allahnya telah melindunginya! Yesus telah melindungi rasul-Nya!"

Kaisar menatap sang rasul dalam kuali minyak yang mendidih. Mengatasi semua logika, Yohanes masih hidup dan masih berdoa. Rencana kaisar menjadi senjata makan tuan: Bukannya menghancurkan seluruh iman kepada Yesus Kristus, ia malah membantu meningkatkannya! Dengan frustrasi, ia menatap kepala pelaksana eksekusi, yang mengkerut di bawah tatapannya.

"Tidakkah ada cara untuk menghancurkan pria ini?" tanya kaisar.

Tetapi sebelum pelaksana eksekusi dapat menjawab, sorakan baru dari penonton menarik perhatian mereka. Yohanes tidak lagi berdoa dengan diam; ia telah mulai menyembah Yesus dengan lantang dan dengan penuh sukacita, serta merayakan pembebasannya dari maut.

Kaisar membuat keputusan yang cepat. "Singkirkan pria ini dari pandanganku."

Ketika Yohanes dilepaskan secara ajaib dari kuali minyak yang mendidih, sang Kaisar menyerah untuk mencoba membunuhnya. Sebaliknya, ia membuang Yohanes ke pulau Patmos yang cadas. Selama dua tahun, ia hidup dengan tenang di pembuangan. Tetapi, Tuhan beserta dengannya dan selama masa itu, Allah menyingkapkan kepadanya adegan-adegan indah dan wahyu ilahi, yang ia tuliskan dalam Kitab Wahyu.

Ketika Kaisar Domitian meninggal pada tahun 99 Masehi, Senat Romawi menarik kembali keputusannya dan Yohanes dibebaskan. Ia dibawa kembali ke Efesus, di mana sekali waktu ia pernah menjadi pemimpin gereja. Bahkan di sini, ia menderita penganiayaan dan dipaksa untuk minum racun. Ia tetap tidak mengalami luka, sama seperti yang telah Yesus janjikan: "Dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka." (Markus 16:18)

Sementara berada di Efesus, Yohanes mengatur gereja-gereja di Asia. Ia membaca Injil Matius, Markus, dan Lukas, dan menyatakan keabsahan mereka. Kemudian, ia menuliskan Injil Yohanes untuk menambahkan pandangannya, demikian pula dengan ketiga Kitab Yohanes yang didapati di dalam Alkitab.

Yohanes melebihi hidup dari semua rasul selama lebih dari tiga puluh tahun. Akhirnya, ia meninggal dengan damai ketika berusia sekitar 101 tahun.

"Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33)

Diambil dari:

Judul buku : Jesus Freaks
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Cipta Olah Pustaka
Halaman : 237 -- 238
Kategori: 

Tinggalkan Komentar