Lengan yang Patah

Anak perempuan kami yang berumur 7 tahun mengalami kecelakaan di sekolah, yang mengakibatkan sebuah tulang lengannya patah. Kami membawanya ke rumah sakit dan ia merasa amat sakit. Ketika tiba di ruang darurat, dokter segera menyiapkan segala sesuatu untuk menyambung tulang yang patah itu. Pada saat yang bersamaan, sebelum dokter melakukan operasi, seorang siswa sekolah lanjutan dibawa masuk ke ruang darurat karena tulang lengan yang patah ketika sedang bermain sepak bola. Dokter memeriksa lengan anak itu dan berkata kepada kami bahwa keadaannya lebih parah, maka ia harus ditolong lebih dahulu. Pertolongan bagi anak kami akan dilakukan setelah itu.

Kami kembali ke ruang tunggu untuk menanti giliran anak kami. Dari luar, kami mendengar anak yang sedang ditolong itu menjerit kesakitan, sementara dokter mengerjakan tulang yang patah. Mendengar suara jeritan itu, kami menjadi takut bahwa anak kami akan terpengaruh. Namun di luar dugaan, anak kami memandang kepada kami dan berkata: "Anak itu belum belajar untuk memuji Tuhan. Saya berterima kasih untuk lengan saya yang patah ini dan saya percaya bahwa Allah akan menjaga sehingga saya tidak merasa sakit." Anak kami telah mendengar rekaman audio tentang pengucapan syukur yang diberikan seseorang kepada kami, dan kami belajar mengucap syukur kepada Allah untuk segala hal, yang kecil sekalipun, yang terjadi dalam keluarga kami. Namun, tidak pernah terpikir bahwa anak kami sangat mengerti arti mengucap syukur dan memuji Allah untuk segala perkara. Meskipun saya khawatir pengalaman yang luar biasa ini dapat menggoyahkan imannya, akan tetapi sekalipun pemuda yang sedang ditolong itu menjerit kesakitan, saya dapat menyaksikan ada ketenangan dan kepercayaan akan Allah dalam wajah anak kami.

Ketika tiba giliran kami memasuki ruang dokter, dokter menerangkan kepada anak kami bahwa apa yang akan dikerjakan olehnya itu akan mengakibatkan rasa sakit, namun hal itu penting untuk menyembuhkan lengannya. "Tidak, hal itu tidak akan menyakiti," demikian kata anak kami kepada dokter. "Saya mengucapkan syukur kepada Allah dan percaya bahwa Ia akan menjaga dan menolong saya, sehingga saya tidak akan merasa sakit." Dokter kemudian tersenyum simpatik kepadanya, dan kemudian ia memandang kepada kami serta berkata: "Saya menyesal sekali bahwa justru sayalah orang yang telah menyakiti imannya."

Lalu dokter segera mengerjakan tugasnya untuk menyambung tulang lengan anak kami yang patah. Anak itu tenang sekali dan dapat tersenyum. Dokter itu berkali-kali memandang anak kami, kemudian kepada kami; seperti ia tidak dapat mengerti hal itu. Berulang-ulang ia berhenti dan bertanya: "Apakah Anda merasa sakit?" "Tidak, dokter, sama sekali tidak sakit," anak kami menjawab dengan tenang. Ketika dokter selesai mengoperasi lengan anak kami, ia berkata, "Selama saya praktik, belum pernah saya menyaksikan hal seperti ini."

Sebelumnya, anak kami selalu tidak tenang apabila mengalami sakit. Inilah pertama kalinya, ia memberi respons secara luar biasa. Kami dapat menyaksikan bahwa Allah telah mengerjakan salah satu dari mukjizat-Nya yang indah untuk anak perempuan kami. Ia tidak akan bebas dari perasaan sakit, tetapi ia akan selalu ingat bahwa Allah menghargai imannya apabila ia memuji Dia.

Allah tidak berjanji untuk selalu menjauhkan kita dari rasa sakit, tetapi Ia berjanji untuk menghargai iman kita. Kalau anak-anak kecil dipimpin ke dalam pengajaran tentang memuji Allah, iman mereka yang sederhana itu akan bekerja dan menggenggam kuasa Allah yang besar. Kalau Anda sendiri menemukan bahwa iman Anda lemah, saya sarankan kepada Anda untuk belajar hal iman itu dari anak-anak kecil. Ajar mereka tentang apa yang Alkitab katakan tentang memuji Allah dalam segala hal. Lihatlah bagaimana mereka dapat melepaskan dan memakai iman mereka. Iman mereka itu akan menguatkan iman Anda, dan bersama-sama, Anda dapat melihat apa saja yang Allah dapat perbuat.

Diambil dan disunting dari:

Judul asli buku : Answer To Praise
Judul buku terjemahan : Jawaban Atas Pengucapan Syukur
Penulis : Merlin R. Carothers
Penerjemah : Pdt. Nehemiah Mimery
Penerbit : Mimery Press, 1979
Halaman : 26 -- 28

Tinggalkan Komentar