Mengawali Hari Dengan Doa

Gambar: Mazmur

Nama saya Budi Santoso. Usia saya 31 tahun, dan sudah 14 tahun saya menjadi orang Kristen. Selama empat belas tahun itu, saya terus berusaha untuk menjalani hidup bersama dengan Tuhan. Kadang ada saat-saat naik, dan kadang ada pula saat-saat turun. Namun, saya bersyukur kepada Tuhan karena dalam kesemuanya itu, Tuhan tidak pernah meninggalkan saya. Ia terus bekerja mendewasakan saya melalui saat-saat yang baik maupun saat-saat yang sulit. Hari ini saya hendak menyaksikan salah satu perbuatan Tuhan yang telah mengajar dan mendidik saya untuk terus mendekat kepada-Nya.

Saudara yang dikasihi Tuhan, suatu pagi saya mengawali hari saya tanpa berdoa. Hal ini bukan karena kesengajaan, tetapi karena segala kesibukan yang ada hari itu mengakibatkan saya menjadi lupa berdoa dan menyerahkan hari yang akan saya lewati kepada Tuhan. Tetapi sayangnya, saya tidak segera menyadari hal ini. Saya tidak merasa gelisah dan tidak merasa bahwa ada sesuatu yang kurang hari itu. Suasana hati saya biasa-biasa saja. Ditambah lagi dengan sikap saya yang cukup cuek, akhirnya saya pun tidak ingat bahwa hari itu saya tidak mengawali hari saya dengan datang kepada Tuhan. Namun saya bersyukur kepada Tuhan, karena Ia tidak membiarkan saya menjauh dari-Nya. Ia tidak membiarkan saya berjalan dalam kesalahan yang mungkin sepintas kelihatan sepele bagi kita, tetapi yang sebenarnya sangat penting dan mendasar dalam hidup kita. Karena pada sore hari itu juga, Tuhan mengingatkan saya akan sikap saya yang tidak sesuai dengan hati Tuhan. Tuhan memberikan pelajaran kepada saya untuk tidak melupakan Dia dalam keseharian saya, sekalipun didikan itu diberikan-Nya dalam bentuk peristiwa yang tidak mengenakkan bagi saya secara manusia.

Saya bersyukur, Tuhan masih mengasihi saya.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Saudara yang terkasih, sore hari itu saya hendak berkunjung ke rumah seorang teman. Saya berangkat dengan mengendarai mobil. Karena jalan di situ memang sepi, dan saya sudah menyalakan lampu tanda belok kanan, maka dengan yakin saya langsung membelokkan mobil saya ke kanan. Saat itu saya tidak hati-hati dan tidak memerhatikan adanya kendaraan lain di belakang saya, karena saya merasa jalan dan cara yang saya pakai sudah betul. Namun seperti yang kita ketahui, tidak semua pengendara berjalan sesuai aturan. Demikian juga dengan kondisi saat itu, ternyata ada seorang pengendara sepeda motor yang nekat memotong saya dari kanan, sekalipun dia jelas-jelas sudah melihat tanda mobil saya yang hendak belok ke kanan. Lalu terjadilah tabrakan.

Saya bersyukur kepada Tuhan, karena tabrakan ini terjadi di depan rumah teman saya, sehingga saya bisa meminta pertolongan kepada teman saya. Pengendara sepeda motor itu pun langsung digotong dan dibawa masuk ke dalam rumah teman saya. Saat itu juga, teman saya dengan segera memanggil saudaranya yang ternyata adalah seorang ahli urat. Saudaraku, saya yakin ini semua bukan kebetulan belaka, tetapi sungguh karena pertolongan dan kemurahan Tuhan, khususnya bagi saya. Sungguh, itu suatu hal yang di luar pemikiran saya! Kemudian melalui pertolongan ahli urat ini, pengendara sepeda motor yang kaki dan tangannya terkilir ini dapat langsung menerima pertolongan. Setelah diurut dan diobati lukanya, pengendara ini diantar pulang ke desanya oleh teman saya. Sekali lagi ini adalah hal di luar dugaan saya. Teman saya dengan murah hati mau membantu saya, bahkan sampai mengantar pengendara sepeda motor itu pulang ke desanya. Syukur kepada Tuhan sekali lagi, karena tetangga teman saya membuka sebuah bengkel, sehingga sangat dekat untuk membawa sepeda motornya ke bengkel tersebut dan untuk perbaikan sepeda motornya pun dikenakan biaya yang tidak mahal.

Setelah melalui semua peristiwa ini, saya kembali mengevaluasi diri. Saya menemukan bahwa pagi harinya saya lupa menemui Tuhan. Saya bersyukur, Tuhan masih mengasihi saya. Tuhan menegur saya lewat masalah dan memberikan jalan keluar. Saya menjadi ingat bahwa saya lupa mengawali hari itu dengan datang kepada-Nya.

Mungkin bagi Saudara sekalian, kisah ini hanyalah kisah sederhana dan bukan sebuah kisah spektakuler yang menunjukkan campur tangan Tuhan secara luar biasa di dalam hidup seorang anak Tuhan. Namun bagi saya secara pribadi, saya banyak melihat karya Tuhan melalui tangan-Nya yang senantiasa menolong dan mengingatkan saya dari peristiwa yang kelihatan sederhana ini. Melalui kesaksian ini, saya mengajak setiap kita untuk tidak menunggu dididik oleh Tuhan melalui peristiwa yang besar dan tidak menyenangkan. Tetapi mari kita belajar untuk senantiasa peka akan didikan dan teguran Tuhan dalam peristiwa yang kecil sekalipun. Sebab semua yang terjadi dalam hidup kita tidak pernah lepas dari mata-Nya dan maksud-Nya yang indah untuk membuat kita makin dekat kepada-Nya.

Yang kedua, menyerahkan hidup kita seutuhnya kepada Tuhan tiap-tiap hari bukanlah hal yang sepele dan bisa kita abaikan. Mengawali hari kita dengan datang kepada Tuhan adalah hal yang sangat penting. Namun hal itu harus dilakukan bukan dengan tujuan untuk menghindari kecelakaan atau untuk selalu mendapatkan yang nyaman. Setelah datang kepada Tuhan di awal hari kita, tantangan dan ujian itu mungkin tetap ada dan harus kita hadapi. Perbedaannya terletak pada bagaimana kita terus mengikatkan hati kita kepada Tuhan atau tidak, dalam semua peristiwa itu. Bedanya terlihat dari bagaimana sikap kita menghadapi semuanya itu. Apakah kita akan menghadapinya dengan kekuatan kita sendiri atau dengan kekuatan dan pertolongan Tuhan. Melalui peristiwa ini, saya diajar oleh Tuhan untuk mengawali hari dan bergantung sepenuhnya kepada Dia dalam menjalani hari-hari saya. Biarlah kesaksian sederhana ini juga mengingatkan saudara-saudari sekalian untuk bergantung kepada Tuhan dan selalu mengawali hari-hari kita dengan datang kepada Tuhan.

Kiranya Tuhan memberkati kita semua! Amin.

Download Audio

Diambil dari:
Judul buletin : Sorotan Gereja, Tahun IV Edisi XIV, April 2007
Judul artikel : Mengawali Hari dengan Doa
Penulis : Budi Santoso
Penerbit : Bidang Pembinaan Gereja Kristen Kalam Kudus (GKKK), Surakarta 2007
Halaman : 18 -- 19
Kategori: 

Tinggalkan Komentar