Pencobaan Api
Sekitar tahun 237, Kaisar Maximinus mengirimkan para tentaranya untuk menutup semua tempat atau gereja yang digunakan orang-orang Kristen untuk berkumpul memuji Juru Selamat mereka. Ia memerintahkan agar kayu-kayu ditempatkan mengelilingi tempat-tempat tersebut dan api dinyalakan untuk membakar semua orang Kristen yang berada di dalamnya.
Sebelum api dinyalakan, diserukan bahwa barangsiapa yang mau keluar dan memberikan korban bagi dewa Jupiter dapat selamat dan juga akan diberi hadiah oleh Kaisar. Namun orang-orang Kristen tersebut menjawab bahwa mereka sama sekali tidak mengenal Jupiter, tetapi bahwa Kristuslah Tuhan dan Allah mereka. Mereka menyatakan akan menghormati nama-Nya dan hidup maupun mati dengan tetap berseru kepada-Nya.
Di antara ribuan orang Kristen, tidak ditemukan seorang pun yang berkeinginan keluar dan menyangkal Kristus untuk menyelamatkan nyawanya. Semua orang Kristen tersebut memilih tetap tinggal bersama dalam satu tekad bulat: memuji Tuhan dan menaikkan nyanyian bagi Yesus Kristus sampai asap dan kobaran api menghentikan mereka.
Origenes, seorang guru dalam gereja pada masa itu menulis sebuah buku mengenai kerajaan martir. Ia menulis bahwa para penyembah berhala memiliki kebencian kepada orang Kristen dan berharap badai dan bencana menimpa mereka karena menghina dewa berhala mereka. Hari ini saat orang Kristen dicela dan dituduh tanpa alasan oleh media massa dan masyarakat, Alkitab mengatakan bahwa kita harus bersukacita (Matius 5:11-12).
Bagaimana dengan Anda?
Diambil dan disunting dari:
Judul buku | : | Batu-Batu Tersembunyi Dalam Pondasi Kita |
Judul buku asli | : | The Hidden Stones in Our Foundation |
Penulis | : | Tim The Voice of the Martyrs |
Penerjemah | : | Ivan Haryanto |
Penerbit | : | Kasih Dalam Perbuatan, 2005 |
Halaman | : | 23 -- 24 |