Pertolongan Tuhan Tepat Pada Waktu-Nya

Ditulis oleh: Bonivasius Wenda*

Perkenalkan, nama saya Bonivasius Wenda, dari Wamena, Papua. Pada bulan Februari 1997, saya tamat SMU Negeri 1 Wamena. Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1998, saya menikah di usia 18 tahun dan kami menetap di kampung. Tuhan menganugerahkan kami seorang anak laki-laki yang kami beri nama Eduardo Wenda. Akan tetapi, setelah Eduardo berusia sebulan, Tuhan mengambilnya dari kami. Ketika pernikahan kami memasuki usia yang kedua, tepatnya pada tahun 1999, Tuhan menganugerahkan lagi seorang anak yang kedua berjenis kelamin perempuan, dan kami beri nama Natalia Regina Wenda. Natalia terus bertumbuh hingga memasuki usia untuk masuk Sekolah Dasar. Saya sangat menginginkan bahwa istri saya dapat memberi saya seorang anak lagi, tetapi istri saya tidak ada tanda-tanda kehamilan. Hingga akhirnya, pada tahun 2004, saya memutuskan keluar dari Wamena dan pergi ke Timika untuk mencari pekerjaan. Di Timika, saya diterima bekerja pada sebuah perusahaan swasta ternama. Dua tahun kemudian, saya mendatangkan istri dan anak saya ke Timika, dan kami menetap di Timika.

Dari sekian banyak pergumulan kami kepada Tuhan, hanya satu yang tak kunjung-kunjung Tuhan jawab, yaitu agar kami diberikan seorang anak. Saya merasa kecewa, dan akhirnya lari ke dukun untuk mendapatkan pengobatan alternatif agar istri saya bisa hamil, tetapi tetap sama, hasilnya nihil. Kekecewaan saya terus berlanjut dan saya berusaha untuk kawin lagi, dengan tujuan mendapatkan istri baru yang bisa memberikan saya seorang anak laki-laki. Keputusan saya untuk kawin tiri ini menjadi pemicu konflik dalam keluarga saya. Istri saya sangat tidak setuju jika saya hendak menikah lagi. Saya berusaha untuk mendapatkan perempuan dan mengajaknya untuk menikah, tetapi tidak ada satu pun perempuan yang mau menikah dengan saya. Kehidupan saya bersama istri tidak lagi harmonis, saya juga memberikan banyak kritik kepada istri saya, tetapi istri selalu setia dan menerima saya sebagai suami.

Di tahun 2010, saya mendapatkan kesempatan dari perusahaan tempat saya bekerja untuk belajar di Institut Teknologi Nasional Bandung. Saya bersama dengan keluarga berangkat ke kota Bandung. Tahun pertama menetap di Bandung, saya bersama dengan istri memutuskan untuk berobat dan konsultasi bersama dokter ahli kandungan. Setelah "check up" dan melakukan pemeriksaan USG, dokter menyatakan ada kista sehingga dokter menyarankan untuk operasi pengangkatan kista. Kami merasa lega karena yang menjadi masalah selama bertahun-tahun sudah mulai ada harapan. Istri saya menjalani operasi pengangkatan kista di Rumah Sakit St. Borromeus. Puji Tuhan, tujuh potongan darah berhasil dikeluarkan dari rahim istri saya. Setelah operasi, dokter juga memberikan obat kesuburan kepada kami berdua sehingga kerinduan kami untuk mendapatkan anak kemungkinan besar dapat terpenuhi. Sebulan pun berlalu, dan kami kembali check up ke dokter. Dari hasil pemeriksaan itu, dokter menemukan bahwa masih ada penyumbatan pada saluran rahim sehingga dokter menyarankan supaya istri saya dikiret. Proses operasi ini kami jalinan hingga tiga kali, dan dokter menginginkan supaya kami menjalani operasi yang keempat. Akan tetapi, kami menolak dan memutuskan untuk berhenti menjalani operasi karena kami sudah tidak memiliki uang. Sebab, puluhan juta rupiah telah kami keluarkan untuk pemeriksaan ini.

Saya menyadari bahwa di tengah-tengah kota besar dan mayoritas keyakinan agama yang berbeda dengan kami, banyak hal yang saya sadari bahwa kami harus berdoa. Akhirnya, kami sekeluarga berkumpul dan berdoa bersama dengan perkataan seperti ini, "Ya Tuhan Yesus, saya menyadari bahwa dokter dan rumah sakit terbaik di kota Bandung sudah kami datangi dan kami sudah berobat pula, tetapi jikalau Tuhan memang tidak berkehendak untuk memberikan seorang anak dengan usaha kami selama ini, kami akan tetap menunggu rencana-Mu, ya Tuhan. Biarlah semua ini terjadi atas keluarga kami. Terima kasih Tuhan Yesus, kami memohon pengampunan atas dosa-dosa kami selama kami berada di Papua maupun selama kami berada di Bandung. Ampunilah kami, ya Tuhan Yesus, dan dengarlah Doa kami. Terima kasih Tuhan Yesus. Amin."

Dari tahun ke tahun, kami terus bergumul kepada Tuhan, tetapi tetap saja istri tidak ada tanda-tanda kehamilan, tidak terasa anak kami Natalia R. Wenda sudah berusia 14 tahun dan bersekolah di SMP St. Maria Bandung, dan saya pun sudah semester delapan Fakultas TI di Institut Teknologi Nasional Bandung.

"Apa yang kami alami saudaraku?" Puji Tuhan, keajaiban itu terjadi atas keluarga kami, indah dan tepat pada waktu-Nya sesuai dengan rencana Tuhan. Istri saya sudah positif hamil pada tanggal 6 April 2014. Kehamilan istri saya sudah berusia 1 bulan 6 hari. Keluarga kami dilingkupi rasa bahagia yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata.

Terima kasih kepada i-kan KISAH, yang telah banyak menolong saya dalam hal rohani dengan mengirimkan Publikasi KISAH melalui email. Tuhan memberkati dan kami terus mendoakan.

Catatan:
Bapak Bonivasius Wenda adalah pelanggan publikasi KISAH yang berasal dari Wamena, Papua, dan mengirimkan kesaksiannya kepada Redaksi Kisah.

Sumber kesaksian: Bonivasius Wenda

"Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" (Yesaya 30:18)
< http://alkitab.sabda.org/?yesaya+30:18 >

Tinggalkan Komentar