Remaja Penjaga Unta Disalibkan
DG adalah seorang remaja penjaga unta, tetapi ini bukan keinginannya. D ditangkap oleh tentara-tentara "agama lain" ketika desanya diserang. Usianya 7 tahun ketika dia dijual sebagai seorang budak kepada sebuah keluarga "agama lain" di Tuobon, Bahr el Gazel.
D tidak mengetahui hal utama apa yang harus dilakukan dalam merawat dan menjaga unta-unta. Bagaimanapun, dia sudah melakukan yang terbaik, tetapi yang terbaik sekalipun tidak cukup. Dipukuli adalah ketakutan terbesarnya. Suatu hari seekor unta kabur. Tuannya hanya memandang tajam kepada budak remaja ini ketika tuannya mendengar tentang berita ini, lalu berkata, "Bisa-bisanya kamu melakukannya. Kamu harus membayarnya! Kamu budak yang bodoh, harusnya aku membunuhmu sekarang!" Ancaman terlukis di wajah tuannya, tetapi ada sesuatu yang menahannya pada saat matanya yang penuh kemarahan menembus ke dalam mata D yang ketakutan.
D bersyukur bahwa dia terlepas dari kemarahan besar tuannya, paling tidak untuk saat itu. Hari berikutnya dia mengendap keluar untuk beribadah di gereja kecil di seberang desa tuannya. D dari kecil dididik sebagai Kristen, dan bahkan saat berusia muda, dia berkeinginan untuk bersekutu dengan saudara seiman lain dan menyembah Tuannya, Yesus.
Ketika budak remaja ini kembali untuk menjaga unta-unta, tuannya sudah menunggunya. "Dari mana saja kamu?" tanyanya. Karena ketakutan, dia tidak menjawab dengan segera, lalu D berkata kepada tuannya bahwa dia baru saja pergi ke gereja.
"Kamu telah membuat dua kesalahan serius," sekarang tuannya benar-benar marah. Kemarin kamu sudah menghilangkan salah satu untaku, dan hari ini kamu beribadah bersama dengan orang-orang kafir! D menyadari kali ini dia tidak akan dapat lari lagi.
Sang tuan berbalik dan berjalan menuju gubuk. Dia kembali dengan sebuah papan yang besar, beberapa paku yang berkarat, dan sebuah palu. Kaku di dalam ketakutan, D diseret keluar pagar yang mengelilingi rumah tuannya, di mana dia dipaksa terlentang di atas tanah dengan kakinya di atas papan. Tuannya makin bengis, ia mulai mengayunkan palunya pada paku yang panjang menembus salah satu lutut D dan memaku kedua telapak kakinya di papan.
D berteriak dalam kesakitannya yang luar biasa, menangis keras meminta pertolongan. Tetapi tuannya, sekali lagi hanya diam, berjalan meninggalkan dia.
Saat D berteriak terlentang di atas tanah, seseorang lewat. Ketika matanya melihat ke bawah ke arah anak remaja ini, dia sangat terkejut. Seperti seorang Samaria yang baik, pria ini mengendap ke arah pagar dan membawa D ke rumah sakit untuk mencabut papan dan paku-paku dari tubuh D. Seminggu kemudian, anak remaja ini ditebus dari tuannya oleh orang baik yang membawanya ke rumah sakit.
Satu setengah tahun kemudian, D dan orang yang menyelamatkannya tinggal di suatu desa yang saat itu diserang, dan mereka terpisah. Setelah pria-pria Kristen yang bertahan berhasil mengusir tentara-tentara "agama lain", D tertinggal sendirian. Tetapi ketika komandan kelompok yang bertahan mendengar logat bicaranya, dia tahu bahwa dia berasal dari suku Dinka dan memberitahu anggotanya, "Dia adalah seorang dari kita."
D dibawa kembali ke kamp angkatan bersenjata, di mana dia melanjutkan kisahnya. Sang komandan, yang terkejut dengan kisahnya yang tragis, berencana untuk mencari dan menemukan keluarga D. Ketika yang dicarinya tidak ditemukan, sang komandan membawanya pulang dan mengadopsi D sebagai anaknya.
Sekarang D berumur 15 tahun dan tinggal di MK. Dia sedih karena dia tidak dapat berlari cepat seperti remaja lainnya, tetapi dia berkata dia telah memaafkan orang yang memaku lututnya pada papan. Dia tahu bahwa Yesus dipaku di kayu salib, yang membuat semua dosa kita diampuni.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama buletin | : | Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Juli -- Agustus 2004 |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2004 |
Halaman | : | 4 -- 5 |