Setiap Pemberian yang Baik dan Hadiah yang Sempurna

Seperti setiap orang lainnya di Youth With A Mission (YWAM), Darlene dan saya tidak digaji. Tuhan telah menyediakan kebutuhan-kebutuhan kami, biasanya melalui pemberian teman-teman.

Kadang-kadang pemeliharaan-Nya berlangsung secara amat dramatis, menggarisbawahi bahwa Dia benar-benar tidak menginginkan kami berpisah terlalu lama. Hal seperti ini terjadi pada suatu musim dingin, ketika kami tinggal di Hawaii untuk memulai mendirikan kampus YWAM. Saya memerlukan waktu dua bulan untuk pelayanan di Eropa, Thailand, Singapura, dan akhirnya Australia. Saya tahu hal ini berarti melanggar peraturan, yang kami buat bertahun-tahun sebelumnya, untuk tidak berpisah satu sama lain selama lebih dari tiga puluh hari berturut-turut. Namun, saya tidak memiliki cukup uang untuk membawa Darlene dan anak-anak bersama saya. Sebenarnya, saya bahkan tidak memiliki cukup uang untuk membiayai seluruh perjalanan; saya hanya memiliki uang untuk terbang ke Melbourne, Australia.

Darlene dan saya membicarakan hal itu dan berdoa. Bagaimana jika dia dan anak-anak dapat menemui saya di Australia, yang berarti memotong perpisahan kami menjadi separuhnya? Kami berdoa lagi dan kami berdua yakin, Tuhan menginginkan kami untuk merencanakannya. Entah bagaimana, kami percaya, Tuhan akan membuka jalan bagi Darlene dan anak-anak. Dan Dia harus menyediakan uang bagi saya untuk kembali ke Hawaii dari Melbourne.

Segera setelah kami berdoa, ada uang seratus dolar datang lewat pos. Namun, anggota YWAM lainnya, yakni Paul Hawkins, pergi untuk perjalanan misi yang berbeda. Kami percaya Tuhan mendorong kami untuk memberikan uang itu kepada Paul. Ketika tiba waktunya bagi saya untuk berangkat, saya pergi ke Eropa dengan tiket satu arah saja. Beberapa hari kemudian, Dar melaporkan, ada lagi kiriman seratus dolar. Tetapi dia merasa terdorong memberikan uang itu kepada orang yang membutuhkan.

Kemudian, seorang usahawan menelepon Dar dari Chicago. Dia adalah salah seorang teman yang sudah bertahun-tahun tidak kami dengar kabarnya. Dia bertanya kepada Dar apakah kami masih hidup bagi Tuhan. Bagaimana keadaan kami? Apakah kami masih di ladang Tuhan?

Darlene menjawab pertanyaannya dan heran, mengapa dia menelepon setelah sekian lama.

Pria itu menutup teleponnya yang tidak terduga itu sambil mengatakan bahwa dia ingin mengirimkan cek kepada kami karena Tuhan memberitahunya untuk melakukan hal itu. Hanya itu.

Beberapa hari kemudian, Darlene menerima selembar cek dari usahawan itu. Uang itu berjumlah persis dengan biaya tiket pesawat terbang pulang pergi ke Astralia!

Bahan diambil dan diedit dari sumber:

Judul buku : Menang dengan Cara Allah
Judul asli : Winning God's Way
Penulis : Loren Cunningham dan Janice Rogers
Penurbit : Yayasan Andi, Yogyakarta 2000
Halaman : 39 -- 41

Tinggalkan Komentar