Tarian Sukacita Bagi Yesus

Kapten dari Rusia

Rumania 1940-an

"Kekristenan telah menjadi sesuatu yang dramatis bagi kita," tulis Pendeta Richard Wurmbrand, seorang pemimpin dari gereja bawah tanah di Rumania Komunis. Ketika orang-orang Kristen dari negara-negara bebas memenangkan satu jiwa bagi Kristus, orang percaya itu dapat menjadi anggota dari gereja yang hidup dengan tenang. Namun, ketika mereka yang berada dalam negara-negara terkungkung memenangkan seseorang, kami tahu bahwa ia mungkin harus masuk penjara dan bahwa anak-anaknya mungkin akan menjadi yatim piatu. Sukacita dari membawa seseorang bagi Kristus senantiasa bercampur dengan perasaan bahwa ada harga yang harus dibayar.

Ketika aku masih hidup di belakang Tirai Besi, aku telah bertemu dengan seorang Kapten Rusia. Ia mengasihi Allah, ia rindu akan Allah, tetapi ia belum pernah melihat sebuah Alkitab. Ia belum pernah menghadiri kebaktian-kebaktian keagamaan. Ia tidak memiliki pendidikan agama, tetapi ia mengasihi Allah tanpa pengetahuan sedikit pun tentang-Nya.

Aku membacakan baginya Khotbah di Atas Bukit dan perumpamaan-perumpamaan dari Yesus. Setelah mendengar hal tersebut, ia menari mengitari ruangan dalam sukacita yang meluap-luap, menyatakan, "Sungguh sesuatu yang amat indah! Bagaimanakah aku dapat hidup tanpa mengenal Kristus ini." Saat itu, untuk pertama kalinya, aku melihat seseorang bersukacita di dalam Kristus.

Kemudian, aku membuat kesalahan. Aku membacakan kepadanya masa sebelum penyaliban dan penyaliban dari Kristus, tanpa mempersiapkan dirinya untuk mendengar mengenai ini. Ia tidak menyangka. Ketika ia mendengar bagaimana Kristus dipukuli, bagaimana Ia disalibkan, dan bahwa pada akhirnya Ia mati, ia jatuh ke bangku dan mulai menangis dengan rasa getir. Ia telah percaya kepada seorang Juru Selamat, namun kini Juru Selamatnya telah meninggal.

Aku menatapnya dan merasa malu bahwa aku telah menyebut diriku sebagai seorang Kristen dan seorang pendeta, seorang guru dari yang lainnya. Aku belum pernah meresapi penderitaan Kristus sebagaimana petugas Rusia ini meresapinya saat ini. Bagiku, menatap pada dirinya adalah seperti melihat Maria Magdalena yang menangis pada kaki salib atau pada kubur yang telah kosong.

Kemudian, aku membacakan kepadanya kisah kebangkitan. Ketika ia mendengar berita yang luar biasa ini, bahwa Sang Juru Selamat bangkit dari kubur, ia menepuk lututnya, dan berteriak dengan gembira: "Ia hidup! Ia hidup!" Sekali lagi, ia menari mengitari ruangan, berlimpah ruah dengan sukacita!

Aku berkata kepadanya, "Mari kita berdoa!" Ia berlutut bersama-sama dengan saya. Ia belum pernah mengetahui kalimat-kalimat kudus kita. Kata-kata dari doanya adalah, "Oh Allah, Kau sungguh-sungguh seorang bujang yang baik! Jika aku adalah Kau, dan Kau adalah aku, aku tidak akan pernah mengampuni-Mu untuk dosa-dosa-Mu. Akan tetapi, Engkau sungguh-sungguh bujang yang baik! Aku mengasihi-Mu dengan segenap hatiku."

Aku pikir seluruh malaikat di surga menghentikan apa yang sedang mereka lakukan untuk mendengarkan doa yang penuh inspirasi dari seorang petugas Rusia ini. Ketika pria ini menerima Kristus, ia tahu bahwa ia akan langsung kehilangan posisinya sebagai seorang petugas, bahwa berikutnya, penjara dan mungkin kematian di dalam tahanan sudah pasti akan terjadi. Dengan senang hati, ia membayar harganya. Ia sudah siap untuk kehilangan segalanya.

Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Jesus Freaks
Penulis : Toby McKeehan dan Mark Heimermann
Penerbit : Cipta Olah Pustaka
Halaman : 212 -- 214

"Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu."
(1 Petrus 1:8-9)

Tinggalkan Komentar