RSS Wanita
Gunakan Karunia Anda di Gereja Lokal
Pada hari Sabtu pukul 7:30 pagi, hari terakhir Konferensi Wanita Koalisi Injil 2022, saya duduk di meja dengan beberapa wanita yang baru saja saya temui. Kami dan para wanita di sekitar kami telah memutuskan untuk melupakan tidur ekstra demi menjejalkan sesi tambahan ke dalam jadwal kami yang sudah padat karena kami memiliki kesamaan. Kami adalah tipe-tipe orang yang kreatif -- seniman, penyair, musisi, penulis -- yang ingin menggunakan bakat kami bagi kerajaan Allah.
Dalam budaya kita, jalan menuju kesuksesan bagi kreativitas sering kali terlihat seperti membangun platform, mengumpulkan pengikut, dan menemukan cara untuk memonetisasi pembuatan konten. Dan, memang tersedia tempat untuk itu.
Namun, ketika saya mendengarkan para panelis berbagi ide tentang topik "Berkreasilah demi Kemuliaan Allah dan Kebaikan Bersama", sesuatu yang dibagikan oleh seorang pembicara menjadi hal yang menonjol bagi saya. Dia tidak menulis sampai seorang wanita di gereja lokalnya memintanya. Kemudian, ketika dia mulai menulis, dan kemudian mewawancarai orang-orang dalam sebuah podcast, bakat kreatifnya muncul.
Ah, menarik sekali, pikir saya. Gereja lokal.
Membagikan Kisah Saya
Kisah saya sedikit berbeda, tetapi juga dimulai di gereja lokal. Allah telah melayani saya melalui firman-Nya dalam masa-masa sulit menjadi ibu, dan istri pendeta senior saya bertanya apakah saya akan mempertimbangkan untuk berbicara dengan beberapa ibu lainnya di gereja saya tentang memercayai Allah dalam pencobaan. Saya kemudian mengubah pesan itu -- dilahirkan dengan air mata yang menyakitkan saat saya menghidupkan kembali bagian menyakitkan dari cerita saya dan mengingat kesetiaan Allah -- menjadi sebuah artikel tentang penderitaan menjalani peran sebagai ibu.
Beban saya bagi wanita yang tengah melakoni jalan sulit terkait dengan peran sebagai ibu telah meluas dari gereja lokal saya ke gereja yang lebih luas, dan dalam perjalanan, Tuhan mengizinkan saya untuk mengasah bakat menulis yang saya miliki. Kombinasi itu menghasilkan buku baru saya, "God Is Still Good: Gospel Hope and Comfort for the Unexpected Sorrows of Motherhood", yang didoakan banyak orang -- termasuk beberapa teman di gereja lokal saya.
Ini Tentang Penatalayanan
Apakah Anda ingat perumpamaan tentang talenta? Yesus menceritakan kisah tentang seorang kaya yang meninggalkan hamba-hambanya sebelum ia melakukan perjalanan. Dia memberikan lima talenta kepada yang satu, dua talenta kepada yang lain, dan satu kepada yang ketiga. Dua hamba pertamanya menginvestasikan talenta mereka sehingga jumlahnya menjadi dua kali lipat, tetapi hamba ketiga menyembunyikan miliknya. Ketika tuannya kembali, dia memuji dua pelayan pertamanya sambil berkata kepada mereka masing-masing, "Bagus sekali, hamba yang baik dan setia. Kamu setia dengan hal-hal kecil, aku akan mengangkat engkau atas banyak hal, masuklah ke dalam sukacita tuanmu." (Mat. 25:21, 23, AYT) Namun, dia menegur hamba yang ketiga.
Beberapa tahun yang lalu, saya ingat berpikir, meskipun saya hanya seorang penulis dengan satu atau dua talenta, ini adalah tentang penatalayanan. Saya tidak ingin menjadi seperti hamba yang menyembunyikan talentanya. Yesus berkata, "Setiap orang yang diberi banyak, dituntut banyak. Dan, mereka yang dipercayakan lebih banyak akan dituntut lebih banyak lagi." (Lukas 12:48, AYT) Akan tetapi, meskipun kita hanya diberi sedikit, kita harus "setia dalam hal-hal yang kecil" (Lukas 16:10, AYT) dan menginvestasikan karunia kita pada apa yang akan bertahan lama.
Apa yang akan bertahan? Nah, untuk satu hal, itu adalah gereja. Yesus berkata dalam Matius 16:18 (AYT), "Aku akan membangun gereja-Ku dan gerbang-gerbang Hades tidak akan menguasainya." Dunia seperti yang kita tahu akan berlalu, tetapi suatu hari kita akan "bersukacita dan bersorak-sorai, dan memberikan kemuliaan kepada-Nya karena hari perkawinan Anak Domba sudah tiba, dan pengantin perempuan-Nya sudah siap." (Wahyu 19:7, AYT)
Melangkah keluar untuk membagikan cerita saya dan membuka firman Tuhan dengan para ibu di gereja saya merupakan hal yang lebih dari sekadar mendorong saya untuk menggunakan karunia saya. Itu memengaruhi saudari-saudari tersebut, dan saya menyaksikan bahwa Tuhan mendorong hati mereka dan menumbuhkan iman mereka. Bahkan, jika pengalaman itu tidak membuat saya menulis buku, itu akan bermanfaat karena menghasilkan buah rohani. Ketika kita menginvestasikan karunia kita di gereja kita, kita mengabdikan diri kita pada apa yang akan bertahan lama.
Layani Keluarga Gereja Anda
Ketika kita menginvestasikan karunia kita di gereja kita, kita mengabdikan diri kita pada apa yang akan bertahan lamaJadi, jika Anda memiliki bakat atau kemampuan yang ingin Anda asah dan bagikan kepada orang lain, Anda tidak harus memulainya dengan mencoba membangun platform media sosial. Jelajahi dengan menggunakan karunia Anda di gereja Anda terlebih dahulu.
Biarkan saudara dan saudari Kristiani Anda membantu membedakan apakah ini saat yang tepat untuk menggunakan karunia tersebut atau mencoba menggunakannya dalam skala yang lebih luas. Dan, dengarkan ketika mereka memberi tahu Anda untuk mencadangkan waktu, energi, dan sumber daya terbaik Anda untuk jemaat Anda sendiri dalam waktu nyata.
Sebagaimana Tuhan mengingatkan saya dalam konferensi itu, kita tidak memerlukan platform untuk menggunakan karunia kita bagi kerajaan Allah. Kita bisa mulai dengan melayani keluarga gereja kita, melihat apa yang Allah lakukan, dan melangkah dari sana. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: Nama situs : The Gospel Coalition Alamat situs : https://www.thegospelcoalition.org/article/use-gifts-local-church/ Judul asli artikel : Use Your Gifts in the Local Church Penulis artikel : Katie FarisPara Ibu dalam Alkitab (Alasan Pentingnya Mereka)
Para ibu memiliki peran yang unik di dunia. Mereka memelihara kehidupan. Mereka menciptakan keluarga. Mereka membentuk masa depan. Demikian juga dalam Alkitab, kita melihat para ibu dipakai Allah untuk mewujudkan, tidak hanya rencana-rencana khusus-Nya bagi mereka yang berjalan di halaman-halaman Alkitab, tetapi juga narasi agung tentang penebusan dan kehidupan kekal.
Hawa: Ibu dari Semua yang Hidup
Jika Anda dibesarkan di dunia Barat, Anda pasti tahu bahwa Hawa sering kali mendapat perlakuan buruk. Diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk Adam (Kej. 2:21-22), Hawa adalah manusia pertama yang dicobai dan ditipu di taman (Kej. 3:1-6, 1 Tim. 2:14). Ia sering dilihat sebagai sosok yang ragu-ragu, naif, atau bahkan terlalu ambisius. Memang, ketika kita berpikir tentang wanita pertama dalam sejarah manusia, kita cenderung lebih memikirkan kegagalannya daripada yang lainnya.
Namun, kisah Hawa tidak hanya berhenti sampai di situ, ia juga memakan buah terlarang itu.
Setelah Allah menyingkapkan dosa Adam dan Hawa, Ia mengutuk ular dan menetapkan perang rohani antara mereka yang akan mengikuti Iblis dan mereka yang akan menjadi keturunan sejati dari perempuan itu—bocoran: keturunan perempuan itu pada akhirnya akan menang (Kej. 3:15).
Meskipun perempuan itu dihukum karena dosa-dosanya dengan rasa sakit saat melahirkan, ia dijanjikan akan memiliki anak. Adam merespons hal ini dengan iman dan menamai istrinya Hawa, "karena dia adalah ibu dari semua yang hidup" (Kej. 3:20, AYT).
Dengan kasih karunia Allah dan karena janji-janji-Nya, warisan Hawa dalam Alkitab bukanlah memakan buah dari Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat, melainkan menjadi ibu dari Benih yang Dijanjikan yang akan menjadi pokok anggur keselamatan kita.
Hana: Wanita yang Merindukan Menjadi Seorang Ibu
Mungkin tidak ada orang yang lebih menarik simpati di dalam Alkitab selain Hana. Ia sangat dicintai oleh suaminya, namun Tuhan telah menutup rahimnya (1 Sam. 1:2, 5). Suaminya memiliki anak laki-laki dan perempuan dari istri keduanya, yang tak henti-hentinya mengejek Hana karena tidak memiliki anak sendiri.
Hal ini saja, bagi seorang wanita yang sedang berduka karena tidak memiliki anak, akan sangat menyakitkan. Namun, kemandulan Hana dalam konteks Perjanjian Lama menandakan lebih dari sekadar kesedihan pribadi. Janji-janji Allah kepada umat-Nya-untuk menegakkan nama mereka di Tanah Perjanjian dan suatu hari nanti mengirimkan keturunan Hawa yang dijanjikan—bergantung pada mengandung keturunan. Baik warisan maupun keselamatan adalah masalah keluarga.
Dalam keputusasaan, Hana menangis di bait suci dan bernazar kepada Tuhan, "Ya TUHAN semesta alam, jika Engkau sungguh-sungguh memperhatikan kesengsaraan hamba-Mu, mengingatku, dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi mengaruniakan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, aku akan mempersembahkan dia kepada TUHAN seumur hidupnya, dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya." (1 Sam. 1:11, AYT).
Kita kemudian diberitahu bahwa Allah mengingat doa Hana dan memberkatinya dengan seorang anak laki-laki—Samuel, yang kelak akan menjadi nabi Tuhan yang agung.
Namun, kisahnya tidak berakhir di sini. Hal yang membuat Hana menjadi contoh yang indah tentang seorang ibu yang saleh bukan hanya pengakuannya akan janji-janji Allah melalui kelahiran anak dan kesetiannya dalam memohon kepada-Nya, tetapi juga persembahan syukurnya. Ia mengembalikan anaknya kepada Allah, seperti yang telah ia nazarkan, dan mendedikasikannya untuk melayani di Bait Allah (1 Sam. 1:21-28).
Meskipun hanya sedikit wanita yang menjadi ibu dalam narasi yang dramatis seperti itu, semua orang tua harus mengandalkan kesetiaan Allah untuk memberi mereka anak. Sebab, hanya Allah yang memberi kehidupan, dan—pada akhirnya—anak-anak itu bukan milik kita untuk kita pertahankan.
Oh, seandainya kita—dengan iman Hana—membesarkan mereka untuk dikembalikan ke dalam pelayanan Tuhan, apa pun rencana-Nya bagi mereka!
Ibu Rufus: Seorang Model Ibu Baru
Disebutkan tanpa nama, dan hanya menempati ruang kurang dari setengah ayat dalam Kitab Suci, ibu Rufus adalah sebuah kesaksian yang indah tentang keluarga baru yang diciptakan di dalam Kristus. Paulus menuliskan salam pribadinya di akhir suratnya kepada jemaat di Roma, dan menyebut nama wanita ini: "Salam juga kepada Rufus, orang pilihan dalam Tuhan, dan kepada ibunya yang juga menjadi ibu bagiku" (Roma 16:13, AYT).
Dengan kedatangan Kristus, kemandulan tidak lagi menjadi kutukan. Kristus adalah Benih yang Dijanjikan itu dan Ia telah datang dan menjamin warisan kita. Warisan ini bukanlah tanah secara fisik, tetapi tanah secara rohani —tanah yang sama dengan yang dirindukan oleh para pria dan wanita yang setia dalam Perjanjian Lama: "mereka merindukan yang lebih baik, yaitu yang surgawi" (Ibrani 11:16, AYT).
Dengan kedatangan Kristus, kemandulan tidak lagi menjadi kutukan. Kristus adalah Benih yang Dijanjikan itu dan Ia telah datang dan menjamin warisan kita. WarisanWarisan dan keselamatan masih merupakan elemen keluarga, tetapi keluarga itu telah berubah. Yesus melembagakan tatanan keluarga yang baru: gereja (Matius 12:48-50). Ini adalah penghiburan yang manis bagi para wanita yang, seperti Hana, merindukan anak-anak yang tidak kunjung datang. Hal ini juga sangat berharga bagi setiap wanita di gereja yang dapat mengulurkan tangannya dalam keramahan, tangannya dalam doa, dan hatinya atau rumahnya dalam kebaikan dan penerimaan. Seperti ibu Rufus, yang menjadi ibu bagi rasul Paulus selama perjalanannya, setiap wanita di gereja dapat menjadi ibu rohani di dalam tubuh Kristus bagi mereka yang membutuhkannya.
Maka, para ibu di dalam gereja adalah bagian penting dari kehidupan orang Kristen—mendorong dan memuridkan (Titus 2:4-8), memperhatikan mereka yang membutuhkan (1 Timotius 5:10), dan menggunakan berbagai karunia yang mereka miliki untuk memelihara seluruh tubuh (1 Korintus 12). Sungguh suatu kehormatan!
Ketika kita merenungkan kehidupan iman kita, marilah kita memuji Allah atas semua ibu yang telah Ia berikan kepada kita dan bersukacita karena Ia memberi kita kesempatan untuk merawat umat-Nya, keluarga Allah.
(t/Jing-jing)
Diambil dari: Nama situs : Core Christianity Alamat situs : https://corechristianity.com/resources/articles/mothers-in-the-bible-and-why-they-matter- Judul asli artikel : Mothers in the Bible (And Why They Matter) Penulis artikel : Mary Van Weelden Tanggal akses : 31 Mei 20245 Wanita Tidak Sempurna dalam Alkitab yang Harus Diketahui Setiap Wanita
Hei Saudari! Berikut adalah 5 wanita tidak sempurna dalam Alkitab yang harus diketahui setiap wanita.
Banyak dari kita sebagai wanita Kristen melihat masa lalu kita dan hal-hal yang telah kita lakukan, kemudian kita mendiskualifikasi diri kita untuk dipakai oleh Allah.
Akan tetapi, Allah memakai wanita yang tidak sempurna.
Allah memakai wanita yang mungkin tampak tidak memenuhi syarat, dan tidak diinginkan dan Dia memakai mereka untuk menjangkau wanita lain yang tidak sempurna. Saya berdoa agar tulisan ini mendorong Anda dan membantu Anda untuk melihat melampaui siapa Anda pada masa lalu dan melihat siapa sebenarnya Anda melalui kuasa Kristus.
WANITA TIDAK SEMPURNA #1 TAMAR
Dalam Kejadian 38 kita diperkenalkan dengan kisah Tamar.
Seperti yang kita baca dalam kisah itu, Alkitab memberitahu kita bahwa Yakub (atau dikenal sebagai Israel) melahirkan seorang putra bernama Yehuda. Ketika Yehuda meninggalkan ayah dan saudara laki-lakinya, dia kemudian menikahi seorang wanita Kanaan bernama Syua. Mereka segera memiliki seorang putra dan menamai putra itu Er.
Ketika Er sudah cukup besar, orang tuanya memilihkan seorang istri untuknya yang bernama Tamar. Namun, Er bukanlah orang yang benar. Dia jahat di mata Tuhan dan karena ini, Tuhan membunuhnya; yang menyebabkan Tamar menjadi janda tanpa anak.
Karena hukum tentang pernikahan pada saat itu, Tamar kemudian menikah dengan adik Er, Onan. Menurut Kejadian 38, bagaimanapun, Onan menolak untuk memiliki anak dengan Tamar. Sekali lagi ini adalah dosa terhadap Allah karena niat jahatnya sehingga Allah mengambil nyawanya juga.
Segera setelah itu, Tamar sendirian. Para pria takut menikah dengannya karena nasib kedua suami sebelumnya. Belakangan, Tamar harus menipu Yehuda agar tidur dengannya untuk melahirkan seorang putra dan melanjutkan garis keturunan.
MENGAPA KITA HARUS BELAJAR DARI TAMAR?
Banyak dari kita yang membaca kisah Tamar mungkin akan digiring untuk percaya bahwa Tamar adalah pembawa sial atau kutuk karena kematian kedua suaminya.
Kita cenderung melewatkan akhir cerita, di mana meskipun Tamar menderita, meskipun dia menipu seorang pria untuk mengandung anak darinya, Allah masih memberikan anugerah kepadanya.
Allah bukan hanya sanggup mengampuni dosa-dosanya, dan dosa-dosa para pria dalam hidupnya, Dia kemudian memberkatinya dengan anak laki-laki kembar, Peres dan Zerah.
Tamar mungkin bukan seorang yang berasal dari umat pilihan Allah, dia mungkin wanita yang tidak sempurna, tapi dia tetap dipakai Allah sepanjang hidupnya. Itu menunjukkan betapa Bapa Surgawi kita menebus dan berbelas kasih terhadap kita.
Kisah Tamar mengungkapkan kepada kita bahwa Allah mengasihi kita tidak peduli betapa bobroknya kita. Dia tidak kurang mengasihi kita, tidak peduli berapa banyak masa lalu menyimpang yang mungkin kita bawa bersama kita, seberapa dalam kita mungkin berpikir bahwa kita telah tenggelam, atau bergumul dengan dosa yang mungkin kita miliki.
WANITA TIDAK SEMPURNA #2 HAGAR
Hagar, juga dikenal sebagai Agar, adalah wanita lain yang tidak sempurna yang kisahnya dapat ditemukan dalam Perjanjian Lama.
Kisahnya terdapat di Kejadian 16 dan Kejadian 21.
Hagar adalah seorang wanita budak dari Mesir yang dibeli oleh Abraham dan Sarah karena mereka sangat membutuhkan seorang anak. Karena usia tua mereka dan mungkin setelah banyak upaya, mereka merasa bahwa Hagar adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk melahirkan anak untuk melanjutkan garis keturunan Abraham.
Tak lama setelahnya Hagar hamil. Bagaimanapun, begitu dia mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan, Alkitab memberi tahu kita bahwa Hagar menjadi wanita yang sombong karena dia mampu melahirkan anak sementara Sarah tidak. Karena perubahan sikap ini, Sarah memperlakukannya dengan sangat buruk sehingga akhirnya Hagar terpaksa melarikan diri ke padang gurun.
Saat berada di padang gurun, Hagar diberi pesan oleh malaikat Tuhan yang menyuruhnya pulang. Malaikat itu juga mengatakan kepadanya bahwa akan ada banyak keturunan yang lahir melalui garis keturunan putranya.
MENGAPA KITA HARUS BELAJAR DARI HAGAR?
Kisah Hagar penting bagi kita sebagai wanita Kristen yang bergumul dengan ketidaksempurnaan dan pikiran negatif setiap harinya. Kita mungkin merasa tidak diinginkan, tidak dicintai, dan ditolak dengan cara yang sama sebagaimana Hagar yang bukanlah wanita saleh sempurna, dan ditolak oleh keluarganya.
Apa yang benar-benar penting tentang kisah Hagar adalah bahwa dalam Kejadian 16:13 di mana diungkapkan kepada kita bahwa Allah melihat Hagar. Dia melihatnya dalam kelemahannya, dalam dosanya, dan Dia berbicara kepadanya.
Ketika malaikat itu datang kepada Hagar, dia tidak berbicara kepadanya dan menegurnya tentang dosa-dosanya pada masa lalu atau masa sekarang. Sebaliknya, dia memilih untuk fokus pada masa depan Hagar. Malaikat itu memilih untuk fokus pada akan menjadi apa Hagar dan putranya di masa mendatang, terlepas dari situasi saat ini atau kesalahan masa lalu mereka.
Banyak dari kita mungkin berada di tempat di mana kita terisolasi dan merasa seperti seluruh dunia membenci kita. Tetapi dalam banyak hal, itu adalah hal yang baik.
Lihatlah Hagar.
Ketika Hagar diusir dan disingkirkan dari tuannya (orang-orang yang mengendalikan setiap aspek kehidupannya mulai dari apa yang dia lakukan hingga apa yang boleh dia percayai), dia mengembangkan perasaan pribadi tentang siapa dirinya. Meskipun dia mungkin bukan umat pilihan, meskipun dia mungkin bukan tokoh utama, hubungan yang dia kembangkan dengan Allah menjadi hubungan terpenting yang pernah dia alami.
Allah mengisolasi Anda sehingga Anda dapat berpikir jernih. Memang sepertinya Anda telah kehilangan persahabatan dan hubungan, tetapi Dia sedang membangun hubungan yang paling penting dari semuanya.
WANITA TIDAK SEMPURNA #3 MARTA
Ketika kita memikirkan dua bersaudara Maria dan Marta, banyak dari kita mungkin melihat Maria sebagai wanita yang harus dipelajari, wanita yang harus diteladani. Bagi saya, bagaimanapun, saya merasa Marta adalah salah satu wanita tidak sempurna dalam Alkitab yang sering diabaikan karena dia "melakukan kesalahan" ketika Yesus datang ke rumahnya.
Kisah Marta dapat ditemukan dalam Lukas 10:38-42. Dalam kisah Maria dan Marta, mereka sibuk menyiapkan rumah untuk kedatangan Yesus. Sementara Marta menyibukkan diri dengan persiapan makan malam hingga dekorasi dan banyak hal lainnya, Maria lebih peduli untuk belajar sebanyak mungkin dari Yesus.
Setelah Yesus datang, Marta masih tergesa-gesa mengerjakan sebanyak mungkin hal yang dia bisa lakukan sementara Maria duduk bersama Yesus dan berbicara dengan-Nya. Terganggu melihat kemalasan saudarinya, dia bertanya kepada Yesus apakah Dia tidak peduli dengan kemalasan Maria dan mencurahkan semua frustrasinya kepada-Nya.
Yesus menjawab dan mengatakan kepadanya, "Marta, Marta, kamu khawatir dan memusingkan diri dengan banyak hal. Hanya satu hal yang penting. Maria sudah memilih bagian yang lebih baik, dan bagiannya itu tidak akan pernah diambil darinya."
Pada dasarnya, Yesus menjelaskan kepada Marta bahwa dia telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk berkonsentrasi pada hal yang salah sehingga dia melewatkan esensi kedatangan-Nya.
MENGAPA KITA HARUS BELAJAR DARI MARTA?
Banyak hal yang bisa kita pelajari dari kisah Marta. Tetapi pelajaran terpenting yang saya ambil dari kisahnya adalah bahwa sering kali kita menghabiskan waktu kita berfokus pada bagian yang salah dari perjalanan kita bersama Yesus.
Kita khawatir dengan bagaimana kita terlihat oleh orang lain, bagaimana kita terdengar, dan bagian ritual Kekristenan apa yang kita praktikkan. Dalam melakukan hal ini kita sering lupa bahwa menghabiskan waktu bersama Yesus dan mengenal lebih dalam tentang siapa Dia pada tingkat yang lebih dalam jauh lebih penting.
Marta menghabiskan begitu banyak waktunya untuk melihat dan membandingkan apa yang dia lakukan dengan apa yang sedang dilakukan saudarinya, Maria, sehingga dia hampir tidak bisa berkonsentrasi pada tugas-tugasnya. Akhirnya, rasa frustrasinya menyebabkan ledakan frustrasi.
Hal yang luar biasa adalah bahwa alih-alih menghukum Marta dan membuatnya merasa lebih buruk tentang situasinya, Yesus hanya mengingatkannya tentang pentingnya kehadiran. Dia mengingatkannya bahwa meskipun pekerjaan rumah dan tugasnya penting, menghabiskan waktu bersama-Nya bahkan lebih penting.
Mari kita gunakan kisah Marta sebagai pengingat bahwa di tengah kesibukan kita, kita juga perlu meluangkan waktu untuk Bapa Surgawi kita.
WANITA TIDAK SEMPURNA #4 ELISABET
Kisah Elisabet dalam Alkitab sedikit berbeda dari wanita lain yang telah saya sebutkan sejauh ini karena ketidaksempurnaannya tidak bersifat rohani. Ketidaksempurnaannya terletak pada kenyataan bahwa meskipun dia adalah seorang wanita beriman, dia tidak dapat melahirkan anak untuk suaminya Zakharia.
Alkitab memberitahu kita dalam Lukas pasal 1 bahwa Elisabet adalah seorang wanita beriman yang benar di hadapan Tuhan. Dia hidup dengan firman-Nya dan mematuhi perintah-perintah Tuhan.
Terlepas dari kenyataan bahwa dia menjalani kehidupan tanpa cela, dia tidak dapat melahirkan anak. Sebagai seorang wanita, saya sendiri dapat membayangkan bahwa ini pasti sulit baginya. Dia pasti merasa sendirian saat dia melihat teman-teman dan keluarganya hamil dan bersenang-senang dengan anak-anak mereka saat dia sendiri sedang bergumul.
Meskipun dia bisa saja menyerah dan mengutuk Allah karena ketidakmampuannya untuk melahirkan anak, dia tetap setia kepada-Nya. Dia memercayai firman Tuhan dan pada akhirnya, Allah memberkati dia dengan seorang putra, Yohanes Pembaptis, yang akan memainkan peran luar biasa dalam kehidupan Yesus Kristus. Dengan demikian, dia menjadi salah satu wanita tidak sempurna yang paling penting dalam Alkitab.
MENGAPA KITA HARUS BELAJAR DARI ELISABET?
Meskipun Elisabet berjuang untuk melahirkan seorang anak, meskipun dia menderita kekecewaan dan bahkan mungkin penolakan, dia tetap setia kepada Allah. Menurut saya, ini adalah contoh sejati tentang kekuatan yang sebenarnya.
Ada banyak waktu dalam hidup kita di mana kita menghadapi kekecewaan dan hal-hal tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Itu dapat menyebabkan kita membangun kebencian terhadap Tuhan dan terhadap perjalanan kita bersama dengan Allah.
Tapi seperti Elisabet, kita bisa belajar untuk berpegang pada Allah. Kita dapat belajar untuk bersandar pada janji-janji-Nya dan mengetahui bahwa meskipun segala sesuatunya mungkin sulit saat ini, segalanya akan menjadi lebih baik. Elisabet adalah buktinya.
Dapatkah Anda bayangkan betapa senangnya dia ketika mengetahui bahwa dia akan melahirkan seorang putra? Bayangkan betapa senangnya Anda ketika hal yang selama ini Anda doakan membuahkan hasil atau musim hidup Anda yang terasa berat dan berkabut berakhir.
Sama seperti Elisabet, Allah membuat sesuatu terjadi untuk Anda. Bahkan ketika Anda tidak melihatnya, bahkan ketika Anda tidak dapat merasakannya dan bahkan ketika itu tidak terlihat, Allah sedang mengerjakan doa-doa Anda.
WANITA TIDAK SEMPURNA #5 WANITA BERDOSA
Dalam Lukas 7:36-50, kita diperkenalkan kepada wanita berdosa. Banyak versi Alkitab menyebutnya Maria tetapi untuk tulisan ini, saya akan menyebutnya wanita berdosa yang sangat mencintai Allah sehingga terlepas dari dosa-dosanya, dan terlepas dari rasa malunya, dia harus mempersembahkan dirinya kepada Allah.
Saat kita membaca cerita itu, kita melihat bahwa wanita ini begitu diliputi oleh hadirat Yesus sehingga dia menjatuhkan dirinya ke tanah. Dia membasuh kaki Yesus dengan air matanya dan karena dia sangat mengasihi Yesus, dia mengusap kaki Yesus dengan rambutnya. Setelah dia selesai membasuh kaki Yesus, dia mengurapinya dengan sebotol minyak wangi yang sangat mahal.
Meskipun murid-murid-Nya kemungkinan besar sangat terkejut dengan pemborosan minyak wangi dan terkejut dengan tindakannya, Yesus melihat melampaui itu semua dan Dia mengampuni dosa-dosanya dan membebaskannya.
MENGAPA KITA HARUS BELAJAR DARI WANITA BERDOSA?
Berapa kali Anda merasa bahwa Anda terlalu berdosa untuk menghadap Tuhan? Seberapa sering Anda ingin berbicara dengan Yesus, untuk menjatuhkan diri di hadapan-Nya tetapi kesombongan menahan Anda untuk melakukannya?
Kisah wanita berdosa ini mengingatkan kita masing-masing bahwa tidak ada sudut gelap yang tidak dapat disinari oleh terang Allah. Tidak ada dosa yang begitu memalukan sehingga ketika kita menghadap Allah dengan hati yang murni, Dia tidak dapat membebaskan kita dari dosa itu.
Entah itu dosa yang telah kita gumuli selama bertahun-tahun atau dosa yang bahkan tidak kita sadari sedang kita gumuli, kisah wanita berdosa ini mengingatkan kita bahwa di tengah ketidaksempurnaan kita, Yesus ada untuk kita. Di tengah rasa sakit dan penderitaan kita, Allah ada untuk menyelamatkan kita.
Tidak peduli seberapa jauh kita berpikir bahwa kita telah menyimpang dari Allah, Dia bersedia dan ingin menerima kita kembali ke dalam kerajaan-Nya, untuk memberi kita pengharapan dan masa depan.
Wanita tidak sempurna mana dalam Alkitab yang akan Anda tambahkan ke dalam daftar ini? (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: Nama situs : She Is a Message Alamat situs : https://sheisamessage.com/5-imperfect-women-in-the-bible Judul asli artikel : 5 Imperfect Women in the Bible Every Woman Should Know About Penulis artikel : Daeyna Jackson