RSS Wanita
Tinggalkan Komentar
Kuasa dari Seorang Ibu yang Berdoa
Jika Anda menelusuri ke belakang keadaan awal hamba-hamba Allah terhebat, Anda akan sering menemukan diri Anda dalam lemari tersembunyi atau bangku sepi, di mana seorang ibu berlutut untuk berdoa. Lihatlah di belakang Augustine, Anda akan menemukan Monica. Lihatlah di belakang Spurgeon, Anda akan menemukan Eliza. Lihatlah di belakang Hudson Taylor, Anda akan menemukan Amelia. Dan, lihatlah setiap ibu ini, dan Anda akan menemukan doa yang sungguh-sungguh.
Mereka yang mengetahui Alkitab mereka seharusnya tidak terkejut. Seperti bintang yang dilihat orang majus, kisah-kisah gerakan penebusan Allah sering membawa kita ke sebuah rumah di mana seorang wanita, tersembunyi dari para wanita hebat di bumi, membelai tumit yang suatu hari akan menghancurkan seekor ular. Dalam doa-doa seorang ibu, kebangkitan lahir dan orang-orang menang, berhala digulingkan dan setan dihancurkan, tulang-tulang kering dibangkitkan dan anak yang hilang diselamatkan.
Berkali-kali, sebelum Allah meletakkan tangan-Nya ke atas seorang pria, Dia meletakkannya di atas ibunya.
Ibu Kerajaan
"Fajar gerakan baru Allah yang besar berulang kali terjadi di ruang lingkup perempuan," tulis Alastair Roberts. Kata itu berulang kali benar. Berulang kali, sejarah penebusan berpaling pada ibu yang tidak sempurna, tetapi setia, yang melahirkan seorang anak laki-laki: Sarah dan Ishak, Ribka dan Yakub, Rahel dan Yusuf, Rut dan Obed, Elisabet dan Yohanes, Eunike dan Timotius -- dan, tentu saja, Maria dan Yesus.
Namun, di antara semua kisah ini, ada satu yang secara khusus menggambarkan kuasa dari seorang ibu yang berdoa. Kitab 1 dan 2 Samuel menceritakan kisah tentang bagaimana Allah mengubah Israel menjadi sebuah kerajaan -- bagaimana Ia mencari "seorang pria yang berkenan di hatinya" (1 Samuel 13:14) untuk duduk di atas takhta dan memulai garis kerajaan suatu hari nanti yang akan menuju kepada Yesus (2 Samuel 7:13-14). Namun, di mana kisah raja dan kerajaan ini dimulai? Dengan seorang wanita mandul, yang memohon untuk mendapat anak laki-laki.
[Elkana] mempunyai dua istri. Yang pertama bernama Hana, dan yang kedua bernama Penina. Adapun Penina mempunyai anak, sedangkan Hana tidak mempunyai anak. (1 Samuel 1:2, AYT)
Seorang wanita mandul dan saingan yang subur: kita pernah ke sini sebelumnya (Kejadian 16:1-6; 30:1-8). Panggung diatur agar Allah membuat diri-Nya dikenal melalui kelahiran yang ajaib. Dan, doa menjadi sarana yang ditetapkan-Nya.
Doa Hana
Seperti Hagar sebelumnya, Penina tidak tahan untuk tidak mengacungkan jarinya ke rahim Hana yang kosong: "Madunya (Hana) selalu menyakiti hatinya supaya dia jengkel, sebab TUHAN telah menutup rahimnya. Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun." (1 Samuel 1:6-7, AYT). Akan tetapi, tidak seperti Sara sebelumnya, Hana berpaling kepada Allah, bukannya berbalik melawan Penina.
Dengarkan doa sederhana seorang wanita yang menderita, yang merindukan rahim yang terbuka:
Ya Tuhan semesta alam, jika Engkau sungguh-sungguh memperhatikan kesengsaraan hamba-Mu, mengingatku, dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi mengaruniakan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, aku akan mempersembahkan dia kepada TUHAN seumur hidupnya, dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya. (1 Samuel 1:11, AYT)
Kita tahu cerita selanjutnya. Tuhan mendengar Hana dan memberinya seorang anak laki-laki. Dan, anak laki-lakinya, Samuel, akan mendirikan kerajaan Israel (1 Samuel 16:10-13), memulai garis kenabian bangsa itu (Kisah Para Rasul 3:24; 13:20), dan memperoleh kedudukan di samping Musa sebagai perantara umat Allah (Yeremia 15:1). Melalui doa, rahim Hana yang tadinya mandul sekarang melahirkan seorang anak laki-laki untuk menyelamatkan Israel.
Apa yang dapat para ibu pelajari dari doa Hana hari ini?
1. Penderitaan bisa menjadi guru yang baik.
Mandul selama bertahun-tahun, ditambah dengan ejekan Penina, akhirnya merobohkan bendungan kesedihan Hana. Rasa sakit karena harapan yang tertunda membanjiri hatinya, dan banjir itu tidak bisa disembunyikan. "Hana menangis dan tidak mau makan. ... hati Hana getir" (1 Samuel 1:7, 10, AYT).
Namun, seperti yang sering terjadi, air mata Hana menjadi jalan yang membuatnya berlutut. "Setelah mereka makan dan minum di Silo, berdirilah Hana ... dan berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu" (1 Samuel 1:9-10, AYT). Kita tidak tahu seperti apa kehidupan doa Hana sebelum saat ini. Akan tetapi di sini, setidaknya, penderitaan menjadi guru terbaiknya.
Di dunia yang hancur seperti dunia kita, penderitaan menyelimuti seorang ibu, di belakang dan sebelumnya. Beberapa pribadi, seperti Hana, merasakan penderitaan yang spesifik dari harapan untuk menjadi ibu. Lainnya, rasa sakit dari kehamilan dan persalinan itu sendiri. Dan, yang lainnya lagi, kesedihan karena seorang anak yang belum dilahirkan kembali. Apa yang Agustinus pernah katakan tentang ibunya berlaku bagi banyak orang:
Dia menangis dan meratap, dan tangisan penderitaan ini mengungkapkan apa yang tersisa dari Hawa dalam dirinya, seperti dalam kesedihan dia mencari anak laki-laki yang dalam kesedihan telah dia lahirkan. (Confession, 5.8.15)
Penderitaan, kita tahu, mungkin menggoda seorang ibu ke arah kepahitan, seperti yang dialami Sara dan Rahel untuk sementara waktu (Kejadian 16:5-6; 30:1). Namun, di sini, Hana mengungkapkan kebenaran yang mengejutkan: penderitaan sering membawa seorang ibu ke doa yang Allah rindukan untuk dijawab.
2. Allah senang dengan tangan terbuka.
Dua kata dalam doa Hana muncul ke permukaan melalui pengulangan: Tuhan (dua kali) dan padanannya, hamba (tiga kali). Dalam penderitaannya, dia tidak lupa bahwa Allah adalah Tuhannya, tinggi dan bijaksana melebihi dirinya, atau bahwa dia adalah hamba-Nya, terdorong untuk melakukan kehendak-Nya. Kata-kata Maria yang terkenal lebih dari satu milenium kemudian -- "Sesungguhnya, aku ini hamba Tuhan" (Lukas 1:38, AYT) -- adalah gema dari kata-kata Hana.
Tangan Hana yang terbuka juga muncul dalam nazarnya yang luar biasa, "Jika Engkau ... mengaruniakan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, aku akan mempersembahkan dia kepada TUHAN seumur hidupnya, dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya" (1 Samuel 1:11, AYT). Janjinya untuk tidak memotong rambut anak laki-lakinya mengacu pada sumpah Nazir, di mana hidup seseorang diabdikan sepenuhnya kepada Allah (Bilangan 6:1-5). Hana berkata, dengan kata lain, "Beri aku seorang anak laki-laki, dan aku akan mengembalikannya kepada-Mu - hati dan jiwa, tubuh dan pikiran, seumur hidupnya." Sebagai tanggapan, Allah memberinya seorang anak laki-laki untuk kembali kepada Allah.
Kita akan ragu, tentu saja, sebelum membuat batasan yang jelas antara hati seorang ibu dan bagaimana Allah menjawab doanya. Beberapa ibu berdoa dengan penyerahan seperti Hana, dan rahim mereka tetap kosong, atau anak-anak mereka terus berjalan ke negeri yang jauh. Namun, kisah Hana mengajarkan kita bahwa Allah senang menaruh pemberian di tangan yang terbuka. Dia senang ketika seorang ibu, yang dipenuhi dengan kasih sayang keibuan, semakin bertumbuh dengan kerinduan akan Kristus dan kerajaan-Nya.
Dalam kasus Hana, keibuannya yang terbuka memungkinkan Samuel menghabiskan hari-harinya di bait suci, di mana, narator memberitahu kita, "dia menyembah kepada TUHAN" (1 Samuel 1:28). Kiranya Allah senang melakukan hal yang sama untuk banyak anak ibu.
3. Doa seorang ibu dapat mengguncang dunia.
Doa kesedihan dalam 1 Samuel 1:11 bukanlah satu-satunya doa yang kita dengar dari Hana. Ketika dia membawa anak laki-lakinya yang baru disapih ke kuil, dia berdoa lagi, kali ini melonjak dengan pujian (1 Samuel 2:1-10). Dan, saat kita mendengarkan, kita segera menyadari bahwa kisah Hana dan Samuel mencapai jauh melampaui empat dinding rumah yang bahagia.
Perhatikan hanya kata-kata terakhirnya, yang menawarkan akhir yang pas untuk doa yang agung:
TUHAN akan menghancurkan orang yang menentang,
Dia mengguntur atas mereka di langit.
TUHAN mengadili ujung-ujung bumi,
Dia akan memberi kekuatan kepada raja
dan meninggikan tanduk orang yang diurapi-Nya. (1 Samuel 2:10, AYT)
Hana, yang digerakkan oleh Roh, mendapati dirinya terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih besar daripada harapan domestiknya sendiri: dalam kedaulatan Allah, anak laki-lakinya akan membebaskan Israel dari penindasnya dan mendirikan kerajaan yang suatu hari akan memenuhi bumi. Hana hanya berdoa untuk seorang anak laki-laki - tetapi sebagai balasannya, Allah menjawab jauh lebih besar daripada yang dia minta.
Dan, Dia masih melakukannya. Eliza Spurgeon dan Amelia Taylor berdoa untuk anak-anak yang diselamatkan, hampir tidak membayangkan bahwa Allah akan memberikan seorang pengkhotbah kepada massa dan seorang misionaris kepada bangsa-bangsa. Dan, meskipun tidak setiap anak adalah Samuel, atau Spurgeon, atau Taylor, siapa yang tahu pecinta anak yatim, atau pendeta gereja, atau pencari keadilan, atau ayah dari orang-orang yang terhilang, sekarang sedang dibangkitkan Allah melalui seorang ibu yang setia berlutut? Dengan Allah seperti Allah kita, kita bisa berani bermimpi -- dan berdoa.
Ibu bagi Setiap Ibu
Seperti bintang yang dilihat orang majus, kisah-kisah gerakan penebusan Allah sering membawa kita ke sebuah rumah di mana seorang wanita, tersembunyi dari para wanita hebat di bumi, membelai tumit yang suatu hari akan menghancurkan seekor ular.Hana yang menangis dan cemas dalam 1 Samuel 1 bukanlah seorang wanita di luar jangkauan seorang ibu. Dia bukanlah wanita terkenal. Dia bukan wanita yang lebih baik. Sejauh yang kita tahu, dia bukan wanita yang sangat kuat. Namun, dia adalah wanita yang berdoa. Dan, melalui doanya, Allah menunjukkan kuasa-Nya yang besar.
Allah yang menghancurkan kepala ular oleh keturunan wanita itu memiliki lebih banyak kemenangan untuk diraih. Yesus memberikan pukulan maut, pukulan yang tidak dapat diberikan oleh anak laki-laki lain. Akan tetapi, lebih banyak lagi kerajaan iblis yang perlu dihancurkan. Dan, jika kita melihat di belakang para pria yang mengangkat tumit mereka, kita akan sering menemukan seorang ibu seperti Hana: menderita, tetapi dengan tangan terbuka, berdoa untuk anak laki-lakinya. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: Nama situs : Desiring God Alamat situs : https://desiringgod.org/articles/the-power-of-a-praying-mother Judul asli artikel : The Power of a Praying Mother Penulis artikel : Scott HubbardAllah Memilih Ibu Mertua Anda
Lima Hal yang Dapat Menjadi Sandaran Para Istri
Saya bertemu calon ibu mertua saya ketika saya baru berusia 17 tahun. Barb adalah seorang yang hangat dan ramah, dan saya langsung menyukainya. Sebagai seorang Kristen baru, Barb adalah mentor bagi saya dan seseorang yang saya hormati.
Namun, begitu saya bertunangan dengan putranya, ketegangan muncul. Ben dan saya memiliki penawaran studi unik dari negara bagian yang berbeda, dengan beasiswa yang menarik. Barb menyarankan agar kami menunggu satu tahun lagi untuk bersama dan memanfaatkan peluang ini sebaik-baiknya. Akan tetapi, Ben dan saya tidak dapat membayangkan berpisah untuk satu tahun lagi dan bersedia untuk melupakan keuntungan finansial agar tetap bersama. Itu adalah kali pertama saya sadar bahwa Barb dan saya mungkin tidak selalu melihat hal-hal dengan sudut pandang yang sama.
Ketika dia dan ayah mertua saya mengumumkan bahwa mereka akan pindah ke Afrika Selatan tepat setelah pernikahan kami, kami merasa sangat gembira untuk mereka. Mereka mengikuti panggilan Tuhan dalam hidup mereka. Saya tidak terlalu memikirkan bagaimana jarak akan memengaruhi hubungan awal kami. Kami semua adalah orang Kristen, jadi semuanya harusnya baik-baik saja, bukan? Saya sangat sibuk memulai kehidupan pernikahan dan karier baru saya, sehingga membangun hubungan dengan ibu mertua saya yang berada di luar negeri bukanlah prioritas utama saya.
Jika dilihat ke belakang, saya berharap saya dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengembangkan hubungan baru itu -- seberapapun sulitnya karena saat itu belum zamannya telepon seluler dan panggilan video. Jarak antara kami menciptakan jurang yang menempatkan kami berdua di pinggiran kehidupan masing-masing -- terutama ketika melalui momen-momen penting seperti kelulusan, pindahan, dan kehamilan pertama.
Kunjungan pertama kami setelah kepindahan mertua saya ke luar negeri mengungkapkan bahwa hubungan yang ada mungkin tidak cocok alamiah seperti yang saya duga. Percakapan bersifat dangkal, dengan masalah hati mendalam tidak diungkapkan. Ekspektasi waktu-waktu liburan dan kunjungan keluarga besar terasa membebani. Berapa banyak kesalahpahaman yang bisa dihindari jika saya mengagihkan lebih banyak waktu untuk benar-benar mengenal Barb?
Kasih yang Terkenal Sulit
Hubungan ibu mertua/menantu perempuan terkenal sulit. Dari komedi situasi di televisi, lelucon ibu mertua, hingga Ribka yang mengeluh kepada Ishak tentang menantu perempuan Hetnya (Kejadian 27:46), kita secara konsisten melihat konflik, perselisihan, dan perpecahan.
Ironisnya di sini, kedua wanita ini mencintai pria yang sama. Anak dari wanita yang satu telah menjadi suami dari wanita yang lain. Sekarang dua wanita memiliki kepentingan dalam bagaimana pria ini menghabiskan waktu dan uangnya, di mana dia tinggal, dan bagaimana dia membesarkan anak-anaknya. Akankah dia meneruskan apa yang diberikan ibunya dengan penuh kasih kepadanya? Atau, akankah dia memilih untuk menempa jalan baru dengan istri masa mudanya?
Hubungan pernikahan mengikat kita bersama dalam sebuah keluarga baru, suka atau tidak suka. Mungkin Anda senang dengan ibu mertua yang Allah berikan kepada Anda. Anda dengan mudah terhubung dan membentuk persahabatan. Atau mungkin hubungan Anda dengan mertua adalah hubungan tersulit yang Anda miliki. Ada pola sakit hati dan singgungan yang tampaknya mustahil untuk diperbaiki.
Apakah ada harapan untuk hubungan yang memiliki begitu banyak air di bawah jembatan?
Wanita yang Dipilihkan Bagi Satu Sama Lain
Ibu mertua Anda mungkin jauh dari orang ideal yang Anda bayangkan, tetapi dia adalah ibu dari pria yang Anda cintai dan pilih di atas segalanya. Dia adalah pilihan Allah untuk menjadi ibu mertua Anda. Ikatan yang mengikat Anda kemungkinan besar adalah hubungan duniawi terkuat yang akan Anda miliki -- pernikahan, anak-anak, cucu.
Beberapa orang mungkin membaca apa yang saya katakan sejauh ini, dan masih bertanya-tanya apakah hubungan dengan ibu mertua Anda itu penting. Tidak cukupkah untuk berbicara "melalui" pria di tengah dan hanya bertemu satu sama lain pada hari libur? Bagaimana pun, Anda memiliki keluarga sendiri sekarang dan sibuk membesarkan anak-anak dan menciptakan tradisi baru. Akan tetapi, hubungan dengan mertua itu lebih penting daripada yang Anda kira. Dan, dapat menghasilkan buah yang mengejutkan sambil kita berusaha untuk menghormati Allah saat kita bergerak menuju, dan bukannya menjauh dari, ibu mertua kita.
Berikut adalah lima alasan mengapa mengusahakan hubungan dengan ibu mertua Anda sepadan dengan investasi (terkadang serius) yang dibutuhkannya.
1. Kasihi dia untuk mengasihi suami Anda.
Menantu perempuan dapat menciptakan ketegangan yang tidak perlu dalam pernikahan mereka sendiri dengan mengeluh atau mengkritik ibu mertua mereka kepada suaminya.
Bukannya tidak akan pernah ada alasan yang valid untuk membicarakan masalah itu dengan suami Anda, tetapi nada apa yang Anda gunakan? Apakah dengan hormat dan penuh kebaikan? Bagaimanapun, dialah yang melahirkan suami Anda, yang memberinya makan, merawatnya, mengantarnya ke sekolah dan latihan yang tak ada habisnya, dan mungkin telah mendoakannya lebih dari siapa pun di dunia. Bahkan, jika suami Anda dan ibunya tidak memiliki hubungan yang baik, dia masih layak mendapatkan penghormatan sebagai wanita yang Allah tempatkan dalam hidupnya, dan sekarang dalam hidup Anda juga.
Berbicara baik tentang ibu mertua Anda akan membantu untuk menciptakan keharmonisan dalam keluarga, bukannya menciptakan perpecahan dengan memaksa suami Anda untuk berpihak pada salah satu. Menghabiskan waktu bersamanya menunjukkan bahwa Anda menghargai tempat yang dia miliki dalam kehidupan keluarga Anda. Hasilnya, kita menunjukkan kasih kepada suami kita dan memperkuat pernikahan kita sendiri ketika kita dengan gembira berinvestasi dalam hubungan dengan ibu mertua kita.
2. Kasihi dia untuk mengalami dan mengungkapkan kasih Kristus yang mahal.
Sebagai orang berdosa yang egois, kita pasti memiliki konflik dengan ibu mertua kita. Kita dan mertua kita sama-sama memiliki rencana ideal untuk pergi berpiknik, atau untuk liburan, atau cara anak-anak (atau cucu) akan dididik. Sering kali ini menyebabkan ketegangan dalam hubungan. Atau mungkin hubungan sudah tegang sejak hari pertama. Mungkin, bahkan suami Anda memiliki hubungan yang tegang dengan ibunya.
Apa pun penyebabnya, dengan kuasa Roh Kudus yang berdiam di dalam kita, kita dapat menunjukkan kasih dan anugerah, bahkan pada saat-saat terburuk. Ketika kita terluka, kita dapat memilih untuk menjaga lidah kita daripada mengatakan komentar yang menggigit sebagai tanggapan (Mazmur 141:3). Kita membentuk pola diri kita sendiri menurut Juru Selamat kita yang penuh belas kasihan, yang dengan bebas menawarkan kepada kita pengampunan dan penerimaan di kayu salib. Ketika kita masih menjadi musuh-Nya, Kristus mati untuk kita! Dengan rahmat-Nya, kita bisa melangkah dengan kasih menuju ibu mertua yang sulit, dengan bebas memaafkan luka yang ditimbulkan, tanpa kepahitan. Dan, kita dapat meminta Allah untuk menyelidiki hati kita sendiri untuk setiap dosa yang menambah ketegangan (Mazmur 139:23).
3. Kasihi dia untuk menaati Allah.
Dalam Keluaran 20:12, perintah kelima, Allah menyuruh kita untuk menghormati ibu dan ayah kita. Meskipun ibu mertua Anda bukan ibu Anda sendiri, dia tetap ibu dari suami Anda. Dan, karena kita menjadi satu tubuh dengan suami kita dalam pernikahan, dia harus dihormati, seolah-olah dia adalah ibu kita sendiri.
Sebagai pengikut Kristus, kita tidak hanya harus menghormati orang tua kita, tetapi kita harus menghormati semua orang (1 Petrus 2:17), karena setiap orang yang kita kenal diciptakan menurut gambar Allah. Kita tidak diberi "alasan" untuk tidak melakukannya bahkan jika ibu mertua kita kasar atau memiliki pertentangan kepribadian dengan kita. Sebaliknya, kita harus mengandalkan kasih karunia Allah yang cukup untuk mencintai dan menghormati ibu dari suami kita tercinta (2 Korintus 12:9). Ini benar-benar menyenangkan Tuhan.
4. Kasihi dia untuk menemukan kegembiraan, kedamaian, dan persahabatan yang tak terduga.
Saat kita berusaha untuk menghormati ibu mertua kita dengan sengaja menemuinya, mencari cara untuk mengasihinya dengan baik, kita dapat memercayai Allah akan memberi kita sukacita dan kedamaian.
Saat kita berusaha menjadi pembawa damai, kita mencari cara untuk menghormati preferensinya -- mungkin itu panggilan telepon untuk berbicara langsung dibandingkan pesan teks, atau membuat ruang di kalender untuk makan malam keluarga. Saat kita dengan hangat menyambut ibu baru ini ke dalam hidup kita, Allah akan setia memberi kita rahmat yang kita butuhkan untuk mengarungi perairan bergejolak dalam hubungan keluarga. Dia akan dimuliakan saat kita bersandar pada-Nya untuk tetap mengasihi dan mengejar ibu mertua kita.
Dan, Anda mungkin akan terkejut bahwa dalam proses membangun hubungan Anda, Anda mendapatkan teman baru!
5. Kasihilah dia untuk menjadi lebih seperti Yesus.
Saat kita berusaha untuk mengenal dan mengasihi ibu mertua kita, tidak peduli kecanggungan apa pun yang terjadi dalam keluarga, Allah akan mencetak dan membentuk kita agar serupa Kristus.
Allah akan memberi kita kesabaran ketika kita sudah kehabisan akal. Dia akan memberi kita rahmat untuk memaafkan komentar yang menyakitkan. Kita dapat percaya bahwa Allah menggunakan konflik dengan mertua kita sebagai cara untuk menguji iman kita, menghasilkan ketekunan, dan mendewasakan kita menjadi wanita yang diinginkan-Nya (Yakobus 1:2-4). Dia akan memungkinkan diri kita yang tidak sempurna untuk mengandalkan Allah yang sempurna agar dengan rahmat-Nya kita dapat terus bergerak menuju ibu mertua kita, dan tidak menjauh darinya.
Dua puluh dua tahun setelah saya berkata, "Ya, saya bersedia", Allah telah bermurah hati menebus tahun-tahun yang mungkin lebih bermanfaat dalam hubungan saya dengan Barb. Meskipun Barb dan saya masih jauh dari melakukan segalanya dengan "benar", saya bersyukur bahwa kami bertahan melalui masa-masa sulit ke tempat di mana kami memiliki kasih dan penghargaan yang lebih besar satu sama lain. Dia telah berjalan bersama saya melalui banyak momen penting, kelahiran anak-anak saya, dan konflik gereja. Telinganya yang mendengarkan dan dukungannya yang nyata telah menjadi hadiah bagi saya.
Saya bersyukur tidak hanya dapat menyebut Barb sebagai ibu mertua saya, tetapi juga seorang teman baik. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: Nama situs : Desiring God Alamat situs : https://desiringgod.org/articles/god-chose-your-mother-in-law Judul asli artikel : God Chose Your Mother-in-Law Penulis artikel : Stacy Reaoch6. Apakah tim SABDA memiliki program live khusus wanita?
Program live khusus belum ada, tetapi SABDA pernah mengadakan webinar seputar wanita Kristen. Apabila ada kebutuhan, saran, atau ide dari Anda terkait seminar, pelatihan, atau materi-materi untuk pelayanan wanita, silakan menghubungi kami di 0881-2979-100 (WA) atau IG @sabdaresources.
5. Apa saja yang bisa dilakukan pengguna untuk berpartisipasi di situs Wanita Kristen?
Pengguna dapat membaca, mengunduh bahan-bahan (gratis), memberi komentar, dan membagikan bahan-bahan dari situs ini kepada orang-orang yang mereka kenal agar semakin banyak orang mendapat berkat dari situs Wanita Kristen. YLSA juga memberi kesempatan kepada pengguna untuk mengirimkan karya atau artikelnya kepada kami. Jika sesuai kriteria YLSA, karya Anda akan di-publish di situs Wanita Kristen.
4. Siapa saja yang boleh berkunjung ke situs Wanita Kristen?
Semua wanita Kristen, hamba Tuhan, dan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan wanita, baik di gereja maupun komunitas.
3. Apa saja isi situs Wanita Kristen?
Situs Wanita Kristen memiliki banyak sekali bahan, baik berupa artikel, blog, renungan, tip, audio, video, bundel, maupun materi dari SABDA Live. Bahan berupa artikel terdiri dari banyak kategori, seperti: karier, kehidupan rohani, keluarga, kesehatan, masalah keuangan, konseling, Natal, Paskah, pengasuhan anak, pernikahan, tokoh, dsb.. Terdapat juga kumpulan artikel yang mengungkap kisah-kisah wanita dari berbagai tempat dan negara di dunia dalam kolom Suara Hati dan bahan biografi tokoh-tokoh wanita, baik Alkitab maupun di luar Alkitab yang berasal dari berbagai negara dan zaman. Bahan-bahan multimedia dalam situs ini bisa diunduh.
2. Kapan situs Wanita Kristen diluncurkan?
Situs Wanita Kristen diluncurkan pada 2009 untuk menjadi pelengkap dari keberadaan Milis Publikasi e-Wanita. Publikasi e-Wanita diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) sejak 25 November 2008 yang dikirimkan kepada pembaca/pelanggan melalui jaringan sistem I-KAN (Internet - Komputer Alkitab Network). Untuk dapat membaca arsip publikasi e-Wanita sejak 2008, silakan kunjungi arsip publikasinya di https://sabda.org/publikasi/e-wanita.
1. Mengapa SABDA membuat situs wanita.sabda.org?
SABDA melihat bahwa Allah menghargai kaum wanita, seperti yang dapat kita lihat dalam keseluruhan firman Tuhan, dan bahwa kaum wanita dipanggil untuk melayani bersama-sama kaum pria. Oleh sebab itu, SABDA memandang perlu untuk memperlengkapi kaum wanita dalam pelayanan mereka, baik dalam keluarga, gereja, maupun masyarakat, dengan bahan-bahan yang dapat menambah hikmat dan wawasan serta membangun kerohanian mereka.