Penerang Abadi
Saya, MH, lahir di tahun kemerdekaan negeri kita. Dengan latar belakang kepercayaan leluhur ditambah tradisi Kejawen, hampir tiap malam Jumat saya "nyekar" (menabur bunga, Red.) ke kuburan. Kalau menyebut nama Patih Gajah Mada, maka saya merasa menjadi kuat dan orang lain akan menjadi takut dan segan kepada saya.
Saya menyadari bahwa saya bukanlah seorang ayah yang baik. Saya lebih banyak mengejar kesenangan pribadi daripada memikirkan keluarga. Saya biasa pamit pada istri untuk pergi tiga hari, tapi baru sebulan kemudian saya kembali ke rumah. Keluarga saya seperti saya terlantarkan. Anak-anak saya pun tidak saya perhatikan, bahkan saat salah satu anak saya hampir mati ketika ia sedang bermain, saya tidak begitu peduli. Read more... about Penerang Abadi